Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Katsaridaphobia...

Pada suatu ketika... Ada anak kecil nangis-nangis gulung kuming minta dibelikan jajan ama ibunya. Si Ibu menolak, entahlah apa alasannya. Anak kecil ini nangisnya tambah kenceng... Ladalah, ibune malah medeni anake. Salah satu penyebabnya kepala si anak 'niduri' kecoa sampek gepeng. Si Ibu - yang sesungguhnya berkata jujur - malah membuat anak makin nangis. Juga merasa takut kalau perkataan ibunya benar - saat itu si anak belum tahu. Apesnya, si anak tetep nangis. Si Ibu akhirnya ke dapur. Tak dipedulikan si anak akhirnya bangun...dan langsung merasa ngeri bak bertemu sekawanan perampok hati (eeeeaaa...). Ada mayat di sela-sela rambutnya. Mendadak dia punya katsaridaphobia atau fobia kecoa. Anak kecil itu... aku. Dan dini hari ini, aku terbangun, ketakutan. Ada kecoa lewat malam ini. Dekat kamar. Mengurung dalam kamar, mata tiba-tiba 100 watt. Curhat di blog. Kelaparan sambil komat-kamit. "Untunglah kecoa tak hinggap di kepalaku. Alhamdulillah."

Takut kalau ga pegang handphone? Mungkin Anda mengidap Nomophobia

Zaman sekarang udah ga heran deh ngeliat sahabatan, duduk mengelilingi meja dengan berbagai makanan dan minuman. Taaaapiii..mereka gak saling ngobrol satu sama lain. Sibuk ama handphone masing-masing. Gak heran juga ada sepasang kekasih, atau suami isteri duduk berdua. Anehnya, mereka diem-dieman. Berantem? Enggak. Mereka asyik ngeliatin gadget-nya masing-masing. Mereka kayaknya gak sadar ada sosok yang lebih nyata ada di depan mereka. Gak aneh juga kalau kadang kita kebingungan saat sehari aja gak pegang hape. Jangankan sehari, satu jam aja gak pegang hape udah panik. Bahkan, kita jadi bergantung kepada ponsel. Apa-apa larinya ke ponsel. Serasa jadi kebutuhan utama. Reaksi ketika ponsel itu tidak berada di genggaman tangan, muncul berbagai hal yang bahkan berakibat pada kondisi psikologis. Penasaran saya memuncak ketika lagi nontot NCIS, dimana salah satu aktrisnya ketemu pemain lain. Dimana dia memiliki ketakutan karena tidak membawa hape dan tak menemukan hapenya.

Aja nggumunan, aja kagetan, aja dumeh

Aku tak tahu Entah kekuatan apa yang ada dalam diri anakku ini. Mungkin dia punya sihir, atau kemampuan indera keenam yang tak pernah kuketahui. Tentu saja itu hanya kekonyolan, kataku. Itu yang disebut dengan buah hati, yang dengan segala tingkah lugunya akan membuat kita tersenyum dan tertawa. Dan walaupun dia kerap melakukan hal yang membuat kita kesal atau marah atau tersinggung, tak membuat kita memalingkan wajah darinya. Sepertinya begitu. Setidaknya bagi ibuku saat menghadapi sosokku. Perempuan itu sebenarnya sudah 60 tahun namun uban hanya satu-dua terlihat berkilat di sela rambutnya yang tipis. Satu-satunya penanda bahwa dia sudah sepuh adalah penyakit encoknya, yang kali ini mendadak kambuh saat menggendong cucunya ini. Tentu saja aku bukannya tak tahu untung. Seorang asisten sudah kusewa untuk menjaga anakku yang tengah lucu-lucunya itu. Namun pipinya yang gembil itu membuat ibuku tak berpaling untuk memanjakannya, seperti ibuku memanjakanku. Begitulah seorang ib

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

Ibu

“Assalamualaikum Ta…udah di kos?”, kata Ibu di seberang telepon. “Sudah, barusan datang,” kataku sembari merebahkan tubuh di atas kasur. “Trus…kapan pindah balik ke rumah,” kata beliau. “Iya…sedang beberes ini. Masih harus nyari kardus yang lebih besar lagi,” ucapku sedikit enggan. Lalu obrolan selanjutnya mulai mengalir. Mulai dari pekerjaanku, mantanku, sampe marah-marah karena aku yang selalu susah makan tepat waktu. *** Ibu bukan sekedar pertanyaan, tapi desakan yang cenderung untuk memerintah. Ibu tahu, kalau terlalu keras memaksa, aku akan makin keras menolak. Secara pelan namun pasti, Ibu meminta untuk kembali ke rumah. Awalnya, berat karena tentu ada pertanyaan apa yang harus dikerjakan? Apa yang harus dilakukan kalau kembali ke rumah? Apa tidak membebani orang tua? Bagaimana pekerjaan yang sekarang? Banyak ketakutan. Banyak keresahan. Sedih dan kecewa meninggalkan pekerjaan lama memang sempat menggelayut hati. Tapi mengabaikan

Mie Akhirat, sensasi pedas di mulut aman di perut

Apa saja makanan dan minuman yang disajikan ketika kita berada di akhirat terutama di Surga? Meski disebutkan dalam kitab-kitab maupun hadis, tetap saja tak bisa mendeskripsikan makanan yang akan disajikan bila kita berada di Surga nanti. Tapi kalau soal Mie Akherat yang di Jalan Citarum nomor 2 Surabaya, tepatnya sederet ama Masjid Al Falah, dekatnya Kebon Binatang Surabaya (KBS) dan dekat Taman Bungkul, saya tahu sedikit. Meski tak berada di jalan utama, toh pembeli yang datang tak kunjung berhenti terutama anak-anak muda yang gahol itu. Iseng-iseng sebenarnya datang kesana, mengingat kesohorannya. Restoran atau mungkin lebih asyik disebut tempat nongkrong itu berada di sebuah rumah dengan halaman cukup luas. Kursi-kursi ditata sedemikian rupa sehingga saya prediksi mampu menampung sekitar 200 orang sekali makan. Tidak ada dekorasi yang menarik, selain logo Mie Akherat yang dipasang di atas pagarnya. Ada dekorasi semacam stiker dinding. Sayangnya, itu digarap dengan tidak sep

Empu keris masa lalu ternyata sudah kenal teknologi

Pengantar: Tulisan ini jelasnya bukan tulisan saya. Judulnya pun merupakan bentuk rasa takjub saya pada para empu keris yang teryata lebih cerdas dari yang kita kira. Beruntung ada kawan Kompas yang mau memberikan tulisan Ahmad Arif untuk dibaca isinya dan siapa tahu menginspirasi pembaca disini untuk lebih mencintai kebudayaan sendiri. Selamat menikmati. --- Sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO, pengetahuan kita tentang keris cenderung sangat kurang. Kalaupun keris didiskusikan, biasanya aspek bentuk, pamor, dan mistiknya. Padahal, senjata ini juga bisa dilihat sebagai produk budaya yang menandai kemajuan ilmu dan teknologi metalurgi masyarakat Nusantara di masa lalu. Sebagai sebuah produk budaya, keris menyebar di hampir seluruh Nusantara, utamanya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, dan Madura, dengan berbagai variasi penyebutan. Bahkan, keris juga ditemui di Malaysia, Thailand, dan Filipina. Aneka variasi keris dan senjata pusaka lain d

Bersyukur untuk belajar memahami anak

Once again... Menjadi orang tua yang benar-benar ideal adalah perjuangan yang sangaaaatt luar biasa. Kesadaran ini mendadak muncul ketika seorang kawan memposting bagaimana anaknya, yang ketika awal di Jakarta ia punya kemampuan berbahasa Inggris lumayan. Ketika dibawa ke negara ayahnya di Chinese, ia dipaksa berbahasa Mandarin. Ia mengalami kebingungan bahasa (menurutku). Si ibu juga takut anaknya telat berbicara. Sang ibu, yang kawan saya itu, akhirnya memilih pulang ke Indonesia dan memasukkannya ke sekolah TK dengan bahasa pengantar Inggris. Awalnya si anak marah dan menolak mengikuti apa kata guru dan tak mau duduk di kursi. Pada pekan kedua, si ibu dengan tegas tak mau menunggui anaknya di kelas. Jadi dia menunggu di lobi sekolah dan memantau anaknya lewat CCTV. Dan tebak apa, si anak mendadak sangat patuh dan mengikuti kelas serta mau duduk. Dan ajaibnya, hal itu bisa membuat pasangan merasa paling bahagia di dunia. Kurang lebihnya seperti itu. Sebenarnya kemarin, M

Morning rush setengah hati

Kapan Anda merasa "rush" alias merasa terburu-buru, bekerja super cepat dan serasa dibawah tekanan? Mungkin ada yang menjawab ketika berangkat kerja lalu terkena macet parah. Mungkin ada juga mengalami "rush" ketika diajak ketemu ama calon mertua. Kalau saya sih, ada dua periode. Yang pertama ya pas pagi hari, sejak mata melek sampai berangkat kerja. Sejak punya baby bernama Khalila Aulia Qurrota'ayun, tidur dah gak pernah nyenyak lagi. Apalagi kalau bukan karena bayi lucu nan menggemaskan ini minta susu tiap dua jam sekali. Yap...tiap dua jam sekali dia selalu nangis minta susu. Dulu malah ditambahi ngompol ama pup. Sekarang udah pake popok, plus popok kain (clodi) yang bikin hemat. Rasanya lelaaaaah banget. Belum lagi, melek Ayun sekarang sebelum Subuh ada ritualnya yaitu pup. Daaan mungkin betah-betahnya di kamar cuma setengah jam. Abis itu, nendang-nendang minta digendong keluar kamar. Dia bosan. Dan ia tahu apa itu pintu keluar. Tiap kali mel

Kenalan bule di Facebook, malah disuruh jadi bandar narkoba

Sepak terjang Lita, janda beranak dua ini sungguh mengejutkan. Perempuan berusia 43 tahun itu mneyimpan sabu-sabu seberat 28 kilogram setara dengan Rp44,8 miliar. Lita diringkus Satreskrim Polres Jakarta Barat, yang berpura-pura ingin membeli sabu-sabu 5 kilogram. Saat ditangkap, ia mengaku masih menyimpan 23 kilogram di rumahnya di bagian bawah teko berwarna hitam. Baca juga: Ayam Taliwang Bersaudara jadi buah bibir di Singapura dan Nelangsa Dewi Septiani, pelapor beras plastik yang terancam dipidana Lita nekad jadi bandar sabu-sabu setelah dibujuk oleh kekasihnya, VT, seorang warga Nigeria yang berdomisili di Indonesia. Lita mengenalnya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta dan saling bertukar nomor ponsel. Setelah itu, hubungan keduanya menjadi pasangan kekasih. VT pun akhirnya mengenalkan bisnis narkoba yang dilakoninya kepada Lita. Awalnya Lita menolak untuk terjun berkecimpung, namun akhirnya luluh karena terdesak kebutuhan ekonomi. Perempuan jadi bandar narkoba bu

Ayam Taliwang Bersaudara jadi buah bibir di Singapura di ajang World Street Food Congress 2015

Siapa yang tak kenal dengan kuliner Ayam Taliwang Bersaudara? Makanan khas masyarakat Sasak,Lombok, NTB, ini berhasil mengharumkan nama Indonesia dalam ajang World Street Food Congress (WSFC) 2015 di Singapura. Saat ini, anak-anak generasi kedua Ayam Taliwang Bersaudara mulai terjun langsung mengelola brand kuliner ini. Salah satunya Vivi, yang mengaku ikut berjibaku dalam WSFC 2015. Keikutsertaan yang dibantu Bango itu juga mengajak Soto Ambengan Pak Sadi dan Gudeg Yu Nap, Surabaya, serta Kupat Tahu Gempol, Bandung. Perempuan cantik ini mengaku terkejut saat mengetahui bila kuliner yang diciptakan keluarganya mendapat apresiasi tinggi. Bahkan, ia tak menyangka resep asli bisa disajikan dan diterima penikmat kuliner internasional. “Biasanya kan kalau kita bawa menu ke luar negeri harus menyesuaikan rasa dengan standar internasional.Nah ini nggak. Kita bahkan diminta untuk menyajikan resep aslinya,” ujarnya saat ditemui di Festival Jajanan Bango 2015 di Grand City Mall, Minggu (31

Kenangan dalam semangkok bubur ayam

Pernahkah saya bercerita tentang lezatnya bubur ayam Jakarta? Ya..saya memang penggemar berat makanan yang katanya buat orang sakit itu. Saya sukaaa sekali, bahkan pernah ada suatu momen tiap hari sarapan pake menu ini. Itu dulu, ketika masih duduk di bangku SMP di Bekasi. Kalau tak ada bubur ayam, selezat apapun masakan Ibu rasanya sarapan/makan siang kurang enak. Oiya, jaman dulu SMP negeri masih ada yang masuk siang. Makanya, kalau berangkat sekolah gak makan bubur ayam rasanya gak semangat. Isinya sih gak hebat-hebat amat, bubur ayam ditaburi bawang goreng, kacang, cakue, ayam suwir, plus kecap manis dan sambal. Ditemani dengan teh manis, sarapan dengan bubur ayam rasanya tak ternilai harganya. Total hanya Rp9000 saja. ( helooo..jaman gini saya suka harga segitu. hahahaha... ) Waktu itu, seingat saya seporsi masih murah banget. Mulai dari Rp1500, abang jualannya pun pakai rombong dan bersepeda. Warnanya kalau tak salah ingat warna biru muda. Tiap jam 9 hingga jam 10, si aba

Isi tausiyah, Dhimam Abror didoakan menangkan Pilwali Surabaya

SURABAYA - Bakal calon wali kota Surabaya, Dhimam Abror Djuraid mengisi tausiyah di hadapan ratusan jamaah Aisyah enam ranting cabang Tandes. Tanpa diminta, mereka mendoakan agar Abror memenangkan Pilwali Surabaya 205. Nama Dhimam Abror Djuraid sudah tidak asing lagi bagi warga Manukan Kulon, Tandes, Surabaya. Selain karena memang daerah kelahirannya, nama belakangnya, Djuraid, diambilkan dari nama almarhum bapaknya, KH Djuraid Mahfud, adalah seorang tokoh yang gigih memperjuangkan agama Islam di wilayah Surabaya Barat pada era 60-an dan mempelopori pendirian Muhammadiyah di Surabaya Barat. Abror yang sejatinya hadir untuk mengisi jamaah pengajian ibu-ibu Aisyah Ranting Manukan Kulon, cabang Tandes tersebut, disambut bak artis idola. Acara pengajian seakan berubah menjadi reuni sekolah dan para santri almarhum ayahnya. Semua orang menyalaminya. Dan ratusan jamaah ibu-ibu lantas mengerubuti Dhimam Abror untuk berfoto bersama. Baca juga: Isi tausiyah, Dhimam Abror didoakan menangka

Menanti Jawaban "Blusukan" Politik Jokowi

Awal tahun 2015, masyarakat Indonesia tersedot perhatiannya pada pencalonan Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai calon kapolri, pengganti Jenderal Sutarman. Betapa tidak, BG ditetapkan jadi tersangka sehari sebelum proses fit and proper test. Hampir satu bulan, polemik tersebut belum berakhir. Yang ada, masyarakat disuguhi oleh “blusukan” politik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Sejak DPR RI menyetujui BG sebagai calon kapolri Kamis (15/1/2015) lalu, presiden menemui berbagai tokoh untuk “meminta” solusi. Presiden sudah membentuk Tim Independen atau Tim Sembilan yang dipimpin oleh Buya Syafi’i Maarif. Dalam pertemuan tersebut, sembilan orang ahli merekomendasikan untuk tak melantik Budi Gunawan. “Pencalonan Budi Gunawan bukan inisiatif dari presiden,” ungkap Syafi’i Maarif menjawab pertanyaan wartawan usai bertemu presiden, Rabu (28/1/2015). Esok harinya, presiden menemui mantan presiden BJ Habibie yang memberi “suntikan” semangat pada Jokowi. Ia menegaskan presiden bukanl