Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior
Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan,
Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7)
diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51.
NANI MASHITA
Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah
jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V
No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman.
Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa
perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan
di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik
berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya,
sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring
makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas
meja bertaplak warna merah. Satu-satunya cahaya di ruangan itu berasal dari
jendela kecil yang terbuka lebar tadi.
Dari balik tirai, tuan rumah Agung Bakhtiyar muncul dengan mengenakan
baju batik warna terang dipadu celana kain hitam. Memakai kacamata, wajahnya
terlihat bersih terawat dengan janggut tipis di dagu. Tidak ada yang mengira
apabila dia anak tukang becak yang biasa mangkal di depan Hotel Santika Jogja.
Awalnya, Agung terlihat kikuk saat menceritakan
keberhasilannya menjadi dokter. Tangannya terlihat menggenggam buku rekening
BNI. ’’Waduh… mau cerita apa ya,” katanya malu-malu, Jumat (8/7).
Agung resmi bergelar dokter setelah menyelesaikan pendidikan
di Fakultas Kedokteran UGM selama lima
tahun tujuh bulan. Sebelum diwisuda kemarin, dia menjalani profesi dokter muda
di Klaten serta menempuh pendidikan dokter dengan dengan nilai IPK (indeks
prestasi kumulatif) 3,51. Saat diwisuda, dia didampingi kedua orang tua dan salah
seorang kakaknya. Usai wisuda, Agung dan keluarga langsung pulang. Tidak ada
acara perayaan untuk menandai keberhasilan pemuda 24 tahun itu menyelesaikan
pendidikan dokternya.
’’Ibu tidak mau ada perayaan untuk syukuran kuliah.
Rencananya ingin mengadakan aqiqah
saya dan dua kakak laki-laki saya, kalau ada uang lebih,” tuturnya.
Agung mengaku sebenarnya dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena
melihat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Suyatno, hanya seorang
tukang becak yang penghasilannya tidak tetap dan hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Sedangkan ibunya, Saniya, saat itu (2005) berjualan botol bekas.
Meski begitu, orang tua Agung menginginkan bungsu dari empat bersaudara itu melanjutkan
kuliah hingga lulus, tidak seperti tiga kakaknya yang hanya lulus SMA. ’’Ibu
saya sangat kepingin saya kuliah,”
katanya
Awalnya, Agung menjajal ikut seleksi ujian masuk di Fakultas
Pertanian UGM namun gagal. Meski begitu, alumnus SMAN 6 Jogjakarta itu tidak
putus asa. Dia lalu ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Kali ini dia
memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama dan ilmu hama Fakultas Pertanian di pilihan kedua.
’’Saya tidak tahu kenapa memilih kedokteran saat itu. Mungkin
karena saya gampang tersentuh kalau melihat pasien,” katanya.
Saat berbincang, gaya bertutur lelaki kelahiran Jogja 30
Juni 1987 itu terkesan slengekan meski
beberapa kali tatapannya menerawang jauh. Perbincangan sempat terhenti saat ibu
Agung datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat. Tidak lama kemudian,
dia pergi meninggalkan rumah. ’’Ibu kembali ke Pasar Terban, jualan rongsokan,” kata Agung.
Tak disangka, lanjut cerita Agung, dia diterima di Fakultas
Kedokteran UGM. Dia sempat kebingungan mengetahui diterima di fakultas
bergengsi itu. Dia pun takut memberitahukan kabar menggembirakan itu kepada
orang tuanya. Salah satu yang menjadi bebannya saat itu adalah biaya pendidikan
kedokteran yang sangat besar.
Sebelumnya, Agung juga diterima di D3 Komputer dan Sistem
Informasi (Komsi) UGM. Mau tidak mau akhirnya dia memberi tahu orang tuanya
sekaligus minta pertimbangan untuk memilih fakultas yang akan dimasuki. Tapi,
orang tua menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada Agung. Agung pun akhirnya
memilih kedokteran setelah mendapat masukan teman-temannya.
Untuk menunjang kuliah, Agung sempat ’’nodong’’ orang tuanya
untuk dibelikan komputer dan ternyata dikabulkan. ’’Saya sungguh terharu dengan
orang tua saya yang berkomitmen mendukung saya kuliah,” katanya.
Hambatan terus menghadang Agung ketika menjalani perkuliahan.
Yang paling tampak mengenai gaya
hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kebanyakan dari kalangan the have dan glamor. Mulai gaya berpakaian, kendaraan,
hingga peralatan pendukung perkuliahan lainnya. Orang tuanya sempat khawatir
dengan kondisi psikologis Agung menghadapi teman-temannya yang serba
berkecukupan. ’’Tapi saya meyakinkan orang tua untuk tidak perlu khawatir,”
tuturnya.
Soal pelajaran di kampus, setahun pertama Agung sempat tidak
betah gara-gara dia lebih senang ilmu eksak seperti fisika, matematika, dan
kimia. Sedangkan di kedokteran, nilai-nilai humanisme dikedepankan. Tetapi,
perubahan terjadi ketika dia sudah mulai bersentuhan dengan pasien di rumah
sakit. ’’Dari sana
tumbuh kecintaan saya untuk kuliah di kedokteran hingga lulus,” tuturnya.
Alumnus SMPN 5 Jogja itu berupaya untuk bisa menekan ’’biaya
kuliah’’ hingga seminim mungkin. Beberapa cara yang dilakukan dengan memfoto-copy
materi kuliah, men-download referensi
di internet atau meminjam buku-buku ke senior. Dalam pergaulan Agung juga tidak
minder bila temannya mengajak dia untuk
nongkrong di tempat-tempat gaul.
’’Teman-teman saya baik-baik semua. Mereka tahu dengan
kondisi saya,’’ ujar Agung yang mulai mendapatkan beasiswa dari UGM pada tahun
ketiga kuliahnya.
Salah satu yang memudahkan dia berbaur dengan teman-teman
kampus adalah sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran yang membagi mahasiswa
dalam kelompok-kelompok belajar. Dari sana , teman-temannya
mengetahui bahwa Agung berasal dari kalangan kurang mampu. Mereka juga tidak
memandang sebelah mata atas kondisi Agung itu. ’’Mereka paham dan bahkan saya
sering meminjam laptop teman-teman ke rumah,” katanya terkekeh.
Selama kuliah, Agung mengaku sempat ikut membantu ibunya
berjualan barang bekas di Pasar Terban. Tetapi, seiring dengan makin padatnya
jadwal kuliah dan praktik, maka kegiatan di pasar itu lama-kelamaan tak bisa
dia penuhi.
Kini, setelah diwisuda menjadi dokter, dia mengaku lega sekaligus
tertantang untuk bisa mengentaskan keluarganya dari kemiskinan. ’’Saya harus
bisa membantu ibu agar usaha jualan barang rongsok
itu berkembang dan bisa memperbaiki ekonomi keluarga,” katanya.
Sudah dua setengah bulan ini Agung bekerja di klinik sebuah
perusahaan di wilayah Tangerang. Kemarin dia harus pulang ke Jogja untuk
mengikuti upacara pelantikannya sebagai dokter, sekaligus mengurus KTP-nya yang hilang saat naik angkot.
Ditanya soal rencana masa depan, Agung mengaku ingin
meneruskan pendidikan dokter spesialis. Namun, dia sadar dengan kondisi ekonomi
kedua orang tuanya sehingga tidak terlalu berharap bisa meneruskan pendidikan
dalam waktu dekat.
’’Mungkin saya menabung dulu karena jadi dokter spesialis kan
butuh dana ratusan juta,” pungkasnya. (*/ari)
Comments
nemu juga blog yang membahas ini
saya tau dari detik, lalu searching di google
dapet blog ini
terima kasih tulisannya mbak
inspiring banget
Agung yang menginspirasi kita semua, bukan saya. Saya cuma menulis ulang perjalanan Agung saja.
monggo silakan di-share
Semoga sukses selalu ya
S
Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)
semua orang yang melihat ini di seluruh dunia, ada banyak penipu di situs ini, saya punya kabar baik untuk dibagikan. tolong bergabung dengan saya untuk menjadi bahagia dan berterima kasih kepada perusahaan peminjaman. Saya baru saja mendapat pinjaman dari ELINA JOHNSON yang sah, yang bertanggung jawab atas ALL GRANT.
Mereka memberikan semua jenis pinjaman mulai dari Jumlah minimal 5.000 hingga 500.000.000,00 pada mata uang berikut: Dolar Amerika Serikat, Eropa dan Pound Inggris Besar (GBP)., Setelah Anda menghubungi mereka, mereka akan memproses pinjaman Anda untuk Anda, semua yang harus Anda lakukan hubungi ibu Elina di elinajohnson22@gmail.com, Anda juga dapat menghubungi di WHATSAPP nya (+2348147739239).
Jika Anda ingin penjelasan lebih lanjut Anda dapat menghubungi saya di email saya .... wahyunielvin@gmail.com.
Harap diperhatikan bahwa hanya perusahaan induk yang dapat Anda dapatkan pinjaman, jadi waspadalah terhadap pemberi pinjaman lainnya.
Terima kasih, semoga Allah menjaga dan melindungi Anda semua .... Amin