Sering muncul dalam benak kita, “Ada apa dengan hatiku, kok sepertinya g` mempan nasihat? Mengapa belakangan ini, aku merasa jauh dari Allah, apa karena hati ini telah keras membatu, tertutup dari rahmat Allah? Oh Ya Allah!”
Beragam pertanyaan maupun pernyataan seperti itu kerap menyelimuti diri kita, bukan? Tak dipungkiri, hati kita bisa selembut sutera namun bisa pula mengeras dan membatu seperti batu besar di tengah sungai.
Kini, saatnya kita mengikuti dan mencucup obat pelembut hati berikut ini, seperti yang direkomendasikan oleh sebagian ulama.
Pertama, membaca al-Qur`an dan dzikrullah. Al-Qur`an dan berdzikir atau ingat pada Allah merupakan obat hati pertama yang paling mujarrab bagi hati yang beku. Dalam Al-Qur`an dan dzikir kepada Allah tersimpan segala obat semua penyakit dan penawar duka.
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka; apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Qs. Al-Anfal : 02)
Suatu hari, datanglah seseorang kepada Rasulullah lalu berkata: “Aku ingin mengadu tentang keadaan hatiku.” Rasul berkata, “Bacalah Al-Qur`an, Allah berfirman: Al-Qur`an adalah obat dari penyakit yang ada dalam hati.”
Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Qs. Al-Israa`: 82)
Ibnu Jauzi berkata mengenai kata ‘penawar’ pada ayat tersebut. Katanya, “Tentang penawar ini ada tiga pendapat: 1. Penawar dari kesesatan 2. Penawar dari penyakit 3. penawar berupa keterangan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban.
Kedua, merendahkan diri dan menangis di hadapan Allah. Obat kedua ini dapat kita lakukan dengan menghadirkan bayangan kematian yang akan datang tanpa permisi, mengingat dosa, membaca ayat-ayat Al-Qur`an yang berisi ancaman, dan membaca buku atau kitab yang mengupas masalah akhirat.
Ketiga, mengadiri majelis ilmu. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berjalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Tumurdzi). Ilmu sangat penting bagi hati ini. Menurut sebagian ulama, jika hati tidak diisi ilmu selama tiga hari, hati itu akan mati.
Dengan menghadiri majelis ilmu, banyak pelajaran dan hikmah kaum shalihin yang bisa kita ambil. Ilmu adalah ibadah hati. Obat ketiga ini layak untuk ‘diminum’ dengan aktif menghadiri majelis-majelis ilmu yang mengajak kepada kebaikan, kebenaran, dan mengantarkan kita untuk lebih mengetahui tentang Islam dan Iman kepada Allah serta Rasul-Nya.
Keempat, mengasihi anak yatim. “Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi..” ([HR. Thabrani).
Seseorang yang mengasihi anak yatim berarti dia memposisikan hati dan dirinya sebagai ayah atau ibu atau saudara bagi mereka. Maka secara naluriah akan terhimpun rasa kasih sayang dan kelembutan hati di dalamnya. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa salah satu hikmah menyantuni dan mengasihi anak yatim adalah melembutkan hati. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Kasihilah yang ada di bumi maka yg dilangit akan mengasihimu.”
Kelima, mengingat mati. Diriwayatkan bahwa ketika sepertiga malam terakhir telah tiba, beliau berdiri dan berkata: “Wahai umat manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, akan datang tiupan terompet kiamat diikuti oleh tiupan terompet kiamat berikutnya. Kematian pasti akan datang dengan menyimpan keadaaan di dalamnya.” (HR. Tumurdzi)
Dengan ingat mati, bukan saja hati menjadi lebih sensitive terhadap kemaksiatan. Lebih dari itu, ingat mati akan membawa pada zuhud kepada dunia, tidak berangan-angan panjang.
Sayidina Utsman bin Affan r.a. pernah melihat keranda jenazah lewat di hadapannya, lalu beliau menangis hingga jatuh pingsan. Setelah siuman, beliau berkata, “Kuburan adalah salah satu tingkatan di akhirat. Jika ia selamat, maka selanjutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia celaka dalam kuburannya, maka tingkatan berikutnya akan jauh lebih sulit ia lalui.” Beliau juga berkata, “Tidak pernah aku melihat sebuah pemandangan yang lebih menakutkan selain kuburan.”
Keenam, berziarah kubur. Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Dahulu aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur namun sekarang lakukanlah sebab ia bisa membuat hati menjadi lembut, mata menangis, ingat akhirat, namun jangan ucapkan kata-kata yang tidak baik.”
Al-Munawi berkata, “Ziarah kubur adalah obat bagi yang merasa hatinya keras dan terkungkung dalam dosa.”
Ketahuilah, hati ini adalah raja seluruh anggota tubuh yang melekat. Baik-buruk dan naik-turunnya kualitas ibadah kita tergantung pada ‘raja’. Maka jadikan raja dalam diri kita ini bersemayam dengan sehat, tidak kekurangan bacaan Al-Qur`an, dzikrullah, majelis ilmu, ingat mati, dan ziarah kubur.
~~~~ Ali Akbar Bin Agil ~~~~~
Beragam pertanyaan maupun pernyataan seperti itu kerap menyelimuti diri kita, bukan? Tak dipungkiri, hati kita bisa selembut sutera namun bisa pula mengeras dan membatu seperti batu besar di tengah sungai.
Kini, saatnya kita mengikuti dan mencucup obat pelembut hati berikut ini, seperti yang direkomendasikan oleh sebagian ulama.
Pertama, membaca al-Qur`an dan dzikrullah. Al-Qur`an dan berdzikir atau ingat pada Allah merupakan obat hati pertama yang paling mujarrab bagi hati yang beku. Dalam Al-Qur`an dan dzikir kepada Allah tersimpan segala obat semua penyakit dan penawar duka.
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka; apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Qs. Al-Anfal : 02)
Suatu hari, datanglah seseorang kepada Rasulullah lalu berkata: “Aku ingin mengadu tentang keadaan hatiku.” Rasul berkata, “Bacalah Al-Qur`an, Allah berfirman: Al-Qur`an adalah obat dari penyakit yang ada dalam hati.”
Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Qs. Al-Israa`: 82)
Ibnu Jauzi berkata mengenai kata ‘penawar’ pada ayat tersebut. Katanya, “Tentang penawar ini ada tiga pendapat: 1. Penawar dari kesesatan 2. Penawar dari penyakit 3. penawar berupa keterangan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban.
Kedua, merendahkan diri dan menangis di hadapan Allah. Obat kedua ini dapat kita lakukan dengan menghadirkan bayangan kematian yang akan datang tanpa permisi, mengingat dosa, membaca ayat-ayat Al-Qur`an yang berisi ancaman, dan membaca buku atau kitab yang mengupas masalah akhirat.
Ketiga, mengadiri majelis ilmu. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berjalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Tumurdzi). Ilmu sangat penting bagi hati ini. Menurut sebagian ulama, jika hati tidak diisi ilmu selama tiga hari, hati itu akan mati.
Dengan menghadiri majelis ilmu, banyak pelajaran dan hikmah kaum shalihin yang bisa kita ambil. Ilmu adalah ibadah hati. Obat ketiga ini layak untuk ‘diminum’ dengan aktif menghadiri majelis-majelis ilmu yang mengajak kepada kebaikan, kebenaran, dan mengantarkan kita untuk lebih mengetahui tentang Islam dan Iman kepada Allah serta Rasul-Nya.
Keempat, mengasihi anak yatim. “Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi..” ([HR. Thabrani).
Seseorang yang mengasihi anak yatim berarti dia memposisikan hati dan dirinya sebagai ayah atau ibu atau saudara bagi mereka. Maka secara naluriah akan terhimpun rasa kasih sayang dan kelembutan hati di dalamnya. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa salah satu hikmah menyantuni dan mengasihi anak yatim adalah melembutkan hati. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Kasihilah yang ada di bumi maka yg dilangit akan mengasihimu.”
Kelima, mengingat mati. Diriwayatkan bahwa ketika sepertiga malam terakhir telah tiba, beliau berdiri dan berkata: “Wahai umat manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, akan datang tiupan terompet kiamat diikuti oleh tiupan terompet kiamat berikutnya. Kematian pasti akan datang dengan menyimpan keadaaan di dalamnya.” (HR. Tumurdzi)
Dengan ingat mati, bukan saja hati menjadi lebih sensitive terhadap kemaksiatan. Lebih dari itu, ingat mati akan membawa pada zuhud kepada dunia, tidak berangan-angan panjang.
Sayidina Utsman bin Affan r.a. pernah melihat keranda jenazah lewat di hadapannya, lalu beliau menangis hingga jatuh pingsan. Setelah siuman, beliau berkata, “Kuburan adalah salah satu tingkatan di akhirat. Jika ia selamat, maka selanjutnya akan lebih mudah. Namun, jika ia celaka dalam kuburannya, maka tingkatan berikutnya akan jauh lebih sulit ia lalui.” Beliau juga berkata, “Tidak pernah aku melihat sebuah pemandangan yang lebih menakutkan selain kuburan.”
Keenam, berziarah kubur. Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Dahulu aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur namun sekarang lakukanlah sebab ia bisa membuat hati menjadi lembut, mata menangis, ingat akhirat, namun jangan ucapkan kata-kata yang tidak baik.”
Al-Munawi berkata, “Ziarah kubur adalah obat bagi yang merasa hatinya keras dan terkungkung dalam dosa.”
Ketahuilah, hati ini adalah raja seluruh anggota tubuh yang melekat. Baik-buruk dan naik-turunnya kualitas ibadah kita tergantung pada ‘raja’. Maka jadikan raja dalam diri kita ini bersemayam dengan sehat, tidak kekurangan bacaan Al-Qur`an, dzikrullah, majelis ilmu, ingat mati, dan ziarah kubur.
~~~~ Ali Akbar Bin Agil ~~~~~
Comments