Korfak Sempat Diancam dan Ditahan Sampai Pagi
JOGJA – Insiden balik badan yang terjadi saat display Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kini menimbulkan perpecahan di internal kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Mahasiswa saling tuding terkait tindakan kurang etis yang diinstruksikan oleh sebagian panitia Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).
Koordinator Fakultas (Korfak) Bahasa dan Seni (FBS) Arda Sedyoko yang mengatakan dirinya mengaku tidak tahu menahu adanya kesepakatan untuk membalikkan badan saat display UKM digelar. Saat di lokasi, dia mengaku terkejut dengan adanya aksi tutup mata dan ucapan-ucapan yang dianggap tidak tepat disampaikan dalam display. “Saya benar-benar tidak tahu. Kalau memang benar ada kesepakatan, maka saya tidak pernah dilibatkan,” ujarnya saat dihubungi Kamis (18/8).
Dikatakannya, ada dua fakultas yang tidak melakukan aksi balik badan yaitu FBS dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Sedangkan empat fakultas lain melakukan gerakan serupa khususnya bagi UKM yang berlatar belakang seni. Arda mengatakan insiden saat ospek itu memang tidak selayaknya terjadi karena hal tersebut dianggap kurang etis. “Hal seperti itu bisa disebut upaya doktrinasi kepada mahasiswa baru yang sebenarnya tidak tahu apa-apa soal UKM tersebut,” katanya.
Keputusan korfak FBS untuk tidak mengikuti aksi balik badan dalam display tersebut memang berkonsekuensi. Mahasiswa termasuk panitia dimusuhi oleh fakultas lain. Bahkan aksi damai yang digelar FBS juga dianggap berlebihan. “Kami menggelar aksi karena UKM seni akarnya dari FBS. Jadi kami juga merasa dikucilkan,” tuturnya.
Sementara itu, Korfak Fakultas MIPA Avi Raharjo mengatakan aksi tersebut dipicu karena panitia display UKM tidak melaksanakan saran yang disampaikan saat rapat persiapan ospek. Dia menyampaikan agar peristiwa setahun lalu, yang memunculkan anggota UKM berpakaian mini, kebanci-bancian, tidak muncul dalam ospek yang bersamaan dengan bulan Ramadan tersebut. Dia menegaskan panitia display dan fakultas memiliki posisi yang sejajar sehingga tidak saling membawahi.
“Usul ini bukan untuk membatasi apalagi melecehkan budaya, tetapi harus disesuaikan dengan visi UNY mengenai pendidikan karakter dan bulan Ramadan itu sendiri. Saat itu, panitia UKM setuju termasuk ada sanksi kalau tidak dilaksanakan,” ujarnya.
Dia membenarkan ada pertemuan dan kesepakatan usai insiden tersebut. Namun hal itu urung dibatalkan karena pihaknya menganggap kesepakatan dengan FK UKM tidak legal karena tidak memiliki SK. Prosesnya sendiri dibawah intimidasi dan tekanan terhadap korfak. “Selain itu, juga terjadi ancaman dan penahanan korfak oleh UKM hingga jam 4 pagi di gedung Student Center,” katanya.
Dia mengatakan dalam penahanan tersebut terjadi pemaksaan dan sikap kasar dari anggota UKM. Oleh karena itu, dia meminta agar seluruh pihak jangan melihat kasus ini secara parsial dan harus melihat secara menyeluruh.
Avi menambahkan masalah ini sudah sampai di rektorat dan saat ini menunggu keputusan rektor. Secara pribadi, Avi menyatakan akan bertanggung jawab apabila memang dinyatakan bersalah oleh rektor. “Tetapi kasus intimidasi terhadap korfak juga harus ditindak karena sudah masuk ke tindak kriminal,” ujarnya. (sit)
JOGJA – Insiden balik badan yang terjadi saat display Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kini menimbulkan perpecahan di internal kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Mahasiswa saling tuding terkait tindakan kurang etis yang diinstruksikan oleh sebagian panitia Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).
Koordinator Fakultas (Korfak) Bahasa dan Seni (FBS) Arda Sedyoko yang mengatakan dirinya mengaku tidak tahu menahu adanya kesepakatan untuk membalikkan badan saat display UKM digelar. Saat di lokasi, dia mengaku terkejut dengan adanya aksi tutup mata dan ucapan-ucapan yang dianggap tidak tepat disampaikan dalam display. “Saya benar-benar tidak tahu. Kalau memang benar ada kesepakatan, maka saya tidak pernah dilibatkan,” ujarnya saat dihubungi Kamis (18/8).
Dikatakannya, ada dua fakultas yang tidak melakukan aksi balik badan yaitu FBS dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Sedangkan empat fakultas lain melakukan gerakan serupa khususnya bagi UKM yang berlatar belakang seni. Arda mengatakan insiden saat ospek itu memang tidak selayaknya terjadi karena hal tersebut dianggap kurang etis. “Hal seperti itu bisa disebut upaya doktrinasi kepada mahasiswa baru yang sebenarnya tidak tahu apa-apa soal UKM tersebut,” katanya.
Keputusan korfak FBS untuk tidak mengikuti aksi balik badan dalam display tersebut memang berkonsekuensi. Mahasiswa termasuk panitia dimusuhi oleh fakultas lain. Bahkan aksi damai yang digelar FBS juga dianggap berlebihan. “Kami menggelar aksi karena UKM seni akarnya dari FBS. Jadi kami juga merasa dikucilkan,” tuturnya.
Sementara itu, Korfak Fakultas MIPA Avi Raharjo mengatakan aksi tersebut dipicu karena panitia display UKM tidak melaksanakan saran yang disampaikan saat rapat persiapan ospek. Dia menyampaikan agar peristiwa setahun lalu, yang memunculkan anggota UKM berpakaian mini, kebanci-bancian, tidak muncul dalam ospek yang bersamaan dengan bulan Ramadan tersebut. Dia menegaskan panitia display dan fakultas memiliki posisi yang sejajar sehingga tidak saling membawahi.
“Usul ini bukan untuk membatasi apalagi melecehkan budaya, tetapi harus disesuaikan dengan visi UNY mengenai pendidikan karakter dan bulan Ramadan itu sendiri. Saat itu, panitia UKM setuju termasuk ada sanksi kalau tidak dilaksanakan,” ujarnya.
Dia membenarkan ada pertemuan dan kesepakatan usai insiden tersebut. Namun hal itu urung dibatalkan karena pihaknya menganggap kesepakatan dengan FK UKM tidak legal karena tidak memiliki SK. Prosesnya sendiri dibawah intimidasi dan tekanan terhadap korfak. “Selain itu, juga terjadi ancaman dan penahanan korfak oleh UKM hingga jam 4 pagi di gedung Student Center,” katanya.
Dia mengatakan dalam penahanan tersebut terjadi pemaksaan dan sikap kasar dari anggota UKM. Oleh karena itu, dia meminta agar seluruh pihak jangan melihat kasus ini secara parsial dan harus melihat secara menyeluruh.
Avi menambahkan masalah ini sudah sampai di rektorat dan saat ini menunggu keputusan rektor. Secara pribadi, Avi menyatakan akan bertanggung jawab apabila memang dinyatakan bersalah oleh rektor. “Tetapi kasus intimidasi terhadap korfak juga harus ditindak karena sudah masuk ke tindak kriminal,” ujarnya. (sit)
Comments