Skip to main content

Pantai Slopeng Dan Lombang Madura Bak Pinang Dibelah Dua

Kota Sumenep yang berada di bagian paling ujung Pulau Madura menyimpan kecantikan pantai-pantainya. Pantai Slopeng dan Pantai Lombang ibarat pinang dibelah dua, sama-sama cantik dan pas dimanfaatkan untuk bersantai di tepian pantai.

fotoku..hiks sayang file aslinya ilang

 

Deburan ombak yang begitu tenang menyentuh lembut kaki-kaki yang berjalan di putihnya pasir Pantai Lombang. Sesekali, terdengar teriakan terkejut bersambung tawa yang tiada habis. Meski terik menyengat, tidak menyurutkan kegembiraan orang-orang untuk menikmati kelembutan ombak Pantai Lombang.

Sebuah sudut elok yang begitu indah di ujung timur pulau garam ini, tepatnya di Kecamatan Batang-
batang Kabupaten Sumenep. Meski cukup jauh, toh tidak akan menyesal begitu menjejakkan kaki di pantai ini. Apalagi ada keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan pantai-pantai yang lain. Apa itu?

Pantai lain umumnya diwarnai dengan pohon kelapa, maka Pantai Lombang memiliki pohon cemara udang. Ini merupakan satu-satunya pantai di Indonesia yang memiliki pohon jenis ini. Maka tidaklah heran jika di pantai ini cuaca terasa lebih sejuk dengan kerindangan pohon cemara udang yang tumbuh di sepanjang pantai ini. Belum lagi, dengan adanya tempat duduk-duduk yang teduh di bawah rindangnya cemara udang.

Satu lagi. Pantai ini belum terjamah oleh industri sehingga pantainya masih sangat bersih. Airnya masih jernih dan tidak terlihat sampah yang berserakan. Maka bersantai melepas penat sambil menikmati pemandangan matahari terbenam bisa jadi pilihan. Pas banget! 

Kisah Cemara Udang


Ada sebuah kisah sendiri terkait kehadiran pohon cemara udang yang tidak lepas dari sejarah masa lampau. Konon, pohon ini terbawa ke Sumenep ketika kekaisaran Tiongkok melakukan ekspedisi besar dalam mengarungi perairan nusantara pada abad ke-15 yang dipimpin oleh Jenderal The Ho (Sampo Thai Kam), Jenderal Ma’huan dan Jenderal Ong Keng Hong. Ketiganya juga dikenal dengan sebutan Sam Po Toa Lang yang artinya Tiga Pendekar Besar dan dalam logat Jawa kuno dikenal dengan nama Dempo Awang.
Tapi sesampainya di laut Jawa, salah satu kapal induk membentur batu karang sampai hancur. Dalam kejadian ini, Jenderal Ong Keng Hong selaku jurumudi utama meninggal dunia dan dimakamkan di daerah Gedongwatu, Semarang. Kecelakaan terjadi ketika pelayaran masuk ke perairan Masalembu. Angin topan yang kuat membuat kapal banyak yang tenggelam, dan hancur dengan barang-barang bawaan juga ikut tersebar.
Konon, salah satu muatannya adalah bibit cemara udang di Sumenep. Saat ini, masyarakat sekitar memanfaatkan cemara udang untuk diperjualbelikan dalam bentuk tanaman bonsai.
Cemara udang juga menghiasi Pantai Slopeng yang asri. Pantai pasir putih yang menggunung sepanjang 6 kilometer, membuat kawasan pantai ini banyak disinggahi oleh wisatawan domestik maupun dari mancanegara.
Pasir yang menggunung bisa digunakan untuk bermain pasir sepuasnya dan air laut yang jernih dan tenang. Dengan tenangnya suasana, Anda akan betah berlama-lama menikmati pantainya.

 

 

Senja di Pantai Slopeng

Pesona Pantai Slopeng akan bertambah cantik saat senja tiba. Cahaya sunset yang berwarna keemasan menjadi momen indah untuk diabadikan. Sayang, kami terlambat datang. Tapi masih ada jejak-jejak fotografer tengah mengambil latar belakang matahari tenggelam di Pantai Slopeng.

Pantai Slopeng merupakan salah satu Pantai Utara di Sumenep selain Pantai Lombang, Pantai ini terletak di jalan raya Ambunten km 17 Kecamatan Dasuk Kabupaten Sumenep, 21 km dari Pusat Kota Sumenep, yang berjarak 197km dari kota Surabaya.

Untuk menuju Pantai Slopeng yang satu ini para wisatawan bisa melewati beberapa akses jalan pantai Utara Sumenep. Akses tersebut bisa dilalui dari Pantai Lombang – Legung – Pantai Slopeng lewat jalan by pass yang sedang dibangun oleh pemerintah atau bisa juga bisa melalui jalur Sumenep – Ambunten – Pantai Slopeng.

Untuk mencapai ke dua pantai ini harus menggunakan jalur darat yang menghabiskan waktu lumayan lama. Untuk ke Madura bisa memanfaatkan Jembatan Suramadu lewat Surabaya. Melewati jalur darat artinya kita mengelilingi Pulau Madura.

Kita harus melewati tiga kabupaten terlebih dahulu yaitu Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.  Adapun Bandara Trunojoyo masih belum bisa dioperasionalkan untuk kepentingan komersial. Rencananya, tarif penerbangan Surabaya-Sumenep hanya Rp 200 ribu per orang dan dicapai dalam waktu singkat.

Dari Kota Sumenep menuju Pantai Lombang membutuhkan waktu sekira satu jam. Memang terasa lama, namun hal tersebut bakal pupus dengan pemandangan alam yang menyajikan lukisan alam maha sempurna.

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej