Skip to main content

Pasar Turi oh...Pasar Turi



Peristiwa paling heboh yang terjadi di Surabaya tahun 2007 ini adalah terbakarnya Pasar Turi (26-29 Juli). Selama tiga hari terbakar hebat, setidaknya 1600 stan dan kios yang ada di dalam pasar tersebut ludes beserta barang dagangannya.

Selama tiga hari, para pedagang mencoba menyelamatkan barang dagangan yang mungkin bisa diselamatkan. Selama tiga hari, pedagang hanya bisa menyaksikan tempat menggantungkan hidup mereka ludes terlalap api membara.

Selama tiga hari itu pula, pemkot bingung dan kelabakan memadamkan api. PMK yang kantornya bersebelahan dengan Pasar Turi cuma wira-wiri balik ke kandang. Alasannya mengambil air yang habis untuk memadamkan api. Dan selama tiga hari, arek Suroboyo jadi saksi hangusnya omzet miliaran rupiah sehari.

Yup...selama tiga hari para pedagang dibuat horor dengan kebakaran luar biasa besar tersebut. Selama tiga hari pula petugas pemadam kebakaran wira-wiri di pasar grosir terbesar di Indonesia Timur itu tanpa bisa memadamkan dengan cepat.

Lamanya masa kebakaran membuat pedagang resah. Tiga bulan sebelumnya, seseorang menebar ancaman mengatakan pasar akan dibakar. Alasannya, pedagang menolak revitalisasi pasar dari Pemkot Surabaya.

Petugas PMK Surabaya pun dituding ikut dalam konspirasi pembakaran Pasar Turi. Beberapa pedagang mengaku jika sejumlah petugas tampak duduk-duduk tidak memadamkan api. Yang lainnya mengaku melihat petugas sengaja menghabiskan air dengan membuang air dari tangki. Bukan untuk memadamkan tapi dibuang.

Keresahan pedagang ini ditangkap oleh pihak kepolisian. Kapolda Jatim Irjen Pol Herman S Sumawiredja, mengatakan ada kesengajaan dalam kebakaran Pasar Turi. Eh..ndilalah tak lama kemudian pasar Turi terbakar lagi. Tercatat sekitar 40-an stand dan kios terbakar lagi. Puff...

Kata pedagang, "Bisa masuk catatan Museum MURI nih."

Sampai sekarang, siapa pelaku kebakaran Pasar Turi masih belum terungkap. Para pedagang sendiri memilih untuk mencari jalan agar bisa berjualan lagi.

Meski awalnya menolak, beberapa pedagang sudah pindah ke Pasar Grosir Surabaya (PGS) depan Pasar Turi. Beberapa ada yang pindah ke Darmo Trade Center (DTC) dan tersebar di beberapa pusat perbelanjaan lainnya.

Yang memilih bertahan, masih mencoba bernegoisasi dengan Pemkot Surabaya. Mereka meminta agar tetap berjualan di dalam pasar dan pemkot menolak.

Pemkot ngotot merelokasi ke TPS. Pedagang menolak. Selain bangunan pasar dianggap masih cukup kuat untuk ditempati. Lagipula stan darurat yang dibangun pemkot terlalu kecil.

Alhasil, dibangunlah stan-stan darurat. Jalan depan pasar Turi disulap jadi areal berdagang. Ruwetlah jalan-jalan itu. Ditengah hiruk pikuk pembangunan TPS, orang-orang yang berdagang plus kendaraan lalu lintas yang lewat jalur tersebut.

Sampai sekarang pun belum ada kejelasan pasti soal nasib-nasib para pedagang, pasar turi maupun sikap pemkot. Warga metropolis termasuk saya, cuma bisa melongo.

Duh...duh....ruwet euy!!!

Oh ya...ini difoto depan kendaraan pemadam kebakaran milik PMK Surabaya setelah ikutan sidak anggota DPRD Jatim ke Pasar Turi.

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej