Skip to main content

Misteri Samosir, pulau di tengah pulau

Berkunjung ke Sumatera Utara tentu  tidak akan lengkap bila tidak mengunjungi Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengah-tengahnya. Tidak disangka, pulau tersebut memiliki sejuta pesona budaya yang sayang jika dilewatkan. Salah satu yang unik adalah banyaknya makam-makam tua yang tersebar di berbagai sudut pulau.

Mentari terlihat malu-malu di balik awan-awan yang berarak di atas perairan Danau Toba meski jam tangan menunjukkan waktu pukul 10.00 WIB. Sejak pagi, kami mengambil gambar dari berbagai sudut yang ada di Toledo Inn, Tuktuk Siadong. Usai menikmati sarapan pagi bersama, kami memacu mobil menuju ke Makam Tua Raja Sidabutar di Tomok.

Pulau Samosir adalah sebuah pulau yang ada di tengah-tengah Danau Toba  yang seluruh penghuninya adalah suku Batak Toba. Meski matahari mulai naik, cuaca yang mendung membuat suasana pulau terasa sejuk. Kami membuka lebar-lebar jendela mobil sekedar untuk menghirup udara segar.

Dalam perjalanan tersebut, kami sempat memotret kehidupan masyarakat setempat yang kebanyakan adalah petani dan peternak budi daya ikan. Tidak banyak kendaraan umum yang ditemui saat kami melintasi perdesaan asri ini sehingga kami kerap melihat warga berjalan kaki atau menggunakan
motor.

dulu ini dimuat di Majalah Wisata...kenapa fotonya ada disini? hahahahahaa
Sepanjang perjalanan menuju Tomok, ada satu hal yang membuat kami tergelitik yaitu sebuah bangunan mirip kapel, gereja berukuran kecil dengan sebuah salib di atasnya. Namun ternyata dugaan kami salah karena ternyata itu adalah makam leluhur.
 
Orang Batak memiliki sebuah adat yaitu membangun sebuah makam dengan bentuk tugu, rumah adat maupun bangunan unik. Makam-makam indah ini juga banyak tersebar di Sibolangit, Deli Serdang maupun Pematang Siantar. Tidak hanya dibangun di pemakaman, namun juga bisa dilihat dari tepi jalan, pekarangan maupun persawahan.

Pemandu kami, Pak Hilman berkisah, kebiasaan membangun makam orang tua merupakan kebiasaan turun temurun. Selain untuk menghormati leluhur, juga sebagai salah satu ‘strategi’ orang tua agar anak-cucu kelak tidak menjual lahan yang berhasil dikumpulkannya.
(bagian 1)
Teks & Foto : Nani Mashita & Adinda Lestari
Artikel ini pernah dimuat di Majalah Wisata

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

ArtJog 2011

Guys....akhir pekan kemarin abis berkunjung ke Taman Budaya Yogyakarta yang lagi ada acara heboh yaitu ArtJog 2011. Awalnya sih aku rada-rada males karena menduga akan mendapatkan sajian yang gak jauh beda ama pameran-pameran sebelumnya. Tapi ternyata saya SALAH. Seni instalasi di Art Jog 2011 ini lumayan menarik. Sayang, aku gak beli katalog-nya coz lagi bokek. kekwkekwk...so i share foto-fotonya aja yah, ntar aku lengkapi caption fotonya. Cekidot gan. ini namanya :Luz Series: kayaknya seni instalasi lagi heboh gaya gini ya? kapan hari, aku liat tulisannya USA atau kalau dibalik jadi ASU (Bhs Jawa; Anjing). Kesalahan aku cuma satu: aku gak baca/tidak tahu siapa senimannya. sowli.... yang ini aku foto coz ini adalah kertas yang diukir. menurutku hebat, karena aku gak bisa. hehehe aku upload ini coz sebenarnya aku jijik, kirain tai beneran. hahaha...norak kan? beklah...saya ikutan numpang disini yah :))