Skip to main content

UNY Ingin Jadi Yang Terdepan di Pendidikan Karakter

Foto: M. Asim

Pendidikan karakter menjadi isu yang digulirkan dengan tujuan perbaikan sistem pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta ingin berperan lebih dalam pendidikan karakter tersebut. Berikut perbincangan dengan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab MA MPd.

**********

Pendidikan karakter sekarang banyak dibahas berbagai pakar pendidikan. Tapi sebenarnya apa latar belakang pendidikan karakter?

Pendidikan idealnya adalah untuk menciptakan insan yang berketuhanan sekaligus berkebangsaan berdasarkan Pancasila. Pendidikan karak ter ini mencoba mengartikulasikan hal itu dan memantapkannya.

Sebenarnya bagaimana mengaplikasikan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan kita?

Pendidikan karakter itu sebenarnya bisa di berbagai jalur. Bisa dimasukkan ke berbagai mata kuliah, ada di akademik. Artinya bahwa pendidikan pesan dari pendidikan nilai itu bisa dimasukkan ke semua pelajaran. Apapun itu mulai dari sosial hingga Matematika.
Pendidikan karakter ini kan sebenarnya proses, jadi jangan dianggap susah dan jangan berlebihan. Enjoy saja.

Peran masyarakat dalam pendidikan karakter seperti apa?

Banyak hal bisa dilakukan. Salah satu adalah rencana UNY untuk bekerja sama ketua RT/RW yang lingkungannya terdapat kos-kosan untuk ikut menanamkan nilai moralitas di kampungnya. Ini dilakukan agar ada kesamaan bahasa menciptakan lingkungan yang baik.
Kualitas pribadi memang bisa melawan lingkungan yang buruk, tetapi lama kelamaan bisa terjebak juga. Apalagi perilaku buruk itu menggunakan pancingan yang sangat persuasif.
Membentuk manusia itu tidak gampang dan harus berbagai angle. Kalau tak ada gerakan bersama, ya ada akibat terhadap moral generasi kita. Guru dan orang tua itu memiliki keterbatasan sendiri.
Pencegahannya?

Tentu lewat penanaman nilai-nilai moral dan ini harus ada gerakan masif. Semua lini harus jadi gerakan. Dan disini pendidikan karakter harus jadi gerakan sosial dan itu baru akan berhasil.
UNY ingin berkontribusi dengan menciptakan lingkungan yang memiliki kesadaran kolektif bahwa di kampus kebebasannya tidak bebas dan tidak leluasa melakukan amoral.

Ada yang mengkritik mengenai pendidikan karakter?

Tidak apa-apa. Tetapi saya yakin semua sadar rujukan pendidikan karakter itu ada dan baik. Kalaupun ada kesalahan, itu khilaf dan kita coba selesaikan. Namanya proses berarti akan sampai kapanpun dibenahi dan ditata

Mengapa UNY sangat ingin berperan dalam pendidikan karakter?

Kita adalah kampus yang melahirkan guru, sehingga sangat perhatian dengan pendidikan karakter. Bayangkan jika ada satu guru yang mengajar di kelas sebanyak 30-40 siswa. Bayangkan bagaimana dampaknya pendidikan karakter.
Oleh karena itu, ini kita seriusi karena guru itu pasti bersentuhan langsung dengan siswa.

Apa hambatan merealisasikan pendidikan karakter?

Hambatannya tentu perlu ada kesamaan visi bersama terkait pendidikan karakter. Kita harus sadar dengan menempatkan moral di atas segalanya.
Oleh karena itu, supaya pendidikan karakter ini bisa terlaksana kita ciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif dan kesadaran bersih lingkungan. Sehat visi dan lingkungan.

Apa itu moral?

Moral itu perilaku, menggambarkan batin yang ditunjukkan lewat perilaku, hubungannya antar manusia seperti apa. Respect each other, sikap ingin memberi pelayanan yang terbaik. Tidak boleh diskriminatif.

Penerapan di UNY?


Saya meminta agar semua pimpinan UNY untuk meningkatkan disiplin, karena ada yang mencoba melanggar disiplin. Kami tetap harus tunjukkan disiplin kerja, ya melayani orang dengan baik.
Selain itu, UNY berupaya untuk transparan dalam pengelolaan keuangan dan kampus. Pengelolaan keuangan UNY sudah WTP (wajar tanpa pengecualian) sebanyak dua kali.
UNY memang kecil tetapi dengan status BLU berarti mendapatkan otonomi, dewasa, bertanggung jawab. Kita tidak bisa seenaknya menggunakan uang, harus jaga baik-baik sesuai dengan aturan yang ada
Semuanya terhitung dan terukur. Bahkan selama UNY ditunjuk sebagai bendahara SNMPTN, laporannya semua rapi.
Semua prosedural. All out kerja disini.
Saya ingin komitmen supaya tidak terjadi kekeliruan.

Penerapan pendidikan karakter di UNY seperti apa?

UNY mencoba menerapkan nuansa religius dalam tiap kesempatan. Sekarang semua WC tidak boleh menghadap atau membelakangi ke kiblat. Semua karyawan, kalau hari Jumat, mengenakan baju koko (baju khas Muslim)
Yang penting iklim itu kita ciptakan dan benahi agar sesuai dengan nilai-nilai karakter. Memang belum ideal, tetapi UNY ingin yang terdepan. Leading in character education.

Kalau target yang ingin dicapai dalam pengembangan UNY?

Ada beberapa hal yang ingin saya capai tahun depan tentu berkaitan pendidikan karakter. Semua lini di UNY harus bergerak agar ini bisa tercapai, kita kondisikan, ciptakan kesadaran beragama. Yang Ñon-Muslim tetap dihormati sehingga tidak ada yang perlu merasa terpojok.
Target laina dalah penggunaan bahasa Inggris di semua lini sebagai wujud gerakan go international. Dengan peningkatan kemampuan bahasa, maka kapanpun seluruh unsur UNY bisa mengakses pengetahuan lebih cepat tanpa kesulitan.
Entrepreunership juga kita tingkatkan. (*)

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej