Skip to main content

Ali Maschan Didesak Mundur

Dideklarasikan 23 Maret
KH Hasyim Muzadi Desak Ali Maschan Moesa Non Aktif
Reporter : Hari Istiawan

Malang - Kepastian Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa running dalam pilgub nanti mendapat perhatian dari Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi. Dia mendesak agar Ali segera me-non aktif-kan dirinya dari jabatan ketua PWNU Jatim.

"Kalau bisa sudah non aktif ketika deklarasi nanti sampai pemilihan dilakukan," ujar KH Hasyim Muzadi dalam Harlah NU ke 82 di GOR Ken Arok Malang, Minggu, (2/3/2008).

Kata Hasyim, ini selaras dengan aturan di PBNU yang mengharuskan ketua untuk non aktif sementara waktu saat ikut dalam kegiatan politik. "Jika nanti tidak jadi ya boleh kembali lagi, tapi atas persetujuan cabang," kata Hasyim Muzadi.

Tujuan penon-aktifan dari organisasi, dengan tujuan fasilitas organisasi tidak digunakan dalam kegiatan pilgub. Dengan demikian, NU tidak akan cawe-cawe dalam politik tapi tetap memberi kebebasan pada anggotanya untuk berpolitik.

Mengenai pengganti Ali Maschan sebagai ketua wilayah NU, Hasyim mengatakan hal itu akan dibahas dalam rapat wilayah NU dan siapa nanti yang terpilih maka surat keputusannya dari PBNU.

Sementara itu, Ali mengatakan setelah pamitan dan mendapat restu dari cabang-cabang NU untuk running pilgub, hatinya lebih plong. "Alhamdulillah, cabang sudah merelakan saya ikut running Pilgub nanti," terangnya.

Ditanya soal keberadaan kontrak jam'iyah yang menyatakan dia harus mundur jika terlibat politik, Ali menjawab singkat. Termasuk siapa pengganti dirinya saat benar-benar non aktif dan terlibat dalam pilgub.

"Masalah kontrak jam'iyah akan diselesaikan sat deklarasi 23 Maret nanti," katanya. [har/sit]

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej