3. Soenarjo
Ini dia nih kandidat yang selalu menduduki peringkat pertama dalam tiap survey yang digelar di masyarakat. Ini adalah sosok yang paling dikenal di masyarakat. Gimana enggak? Sosok wakil gubernur ini cukup aktif dalam organisasi.
Sebut saja sebagai Ketua DPD I Jatim Partai Golkar, Ketua Badan Narkotika Propinsi Jatim, Ketua Kwarda Pramuka Jatim, sejumlah organisasi lain dan juga merupakan dalang terkenal dengan nama Ki Narjo Dalang mBeling.
Karir birokratnya dimulai pada tahun 1970 di Pemerintah Kodya Blitar dengan diangkat sebagai Pj. Kepala Humas Kodya Blitar. Dua tahun kemudian, dia diangkat sebagai Kepala Bagian Umum Kodya Blitar.
Kakek dua cucu tersebut menjabat posisi itu hanya sembilan bulan karena tepat ultahnya yang ke-28 Soenarjo diangkat sebagai Sekretaris Kodya Blitar. Ini menjadikannya sekda termuda se-Indonesia. Tiga tahun kemudian dia dipindah ke Malang sebagai Kepala BKKBN Kodya Malang. Tak lama, dia jadi Sekkodya Malang sekaligus Ketua Baperjakat, Ketua Korpri.
Enam tahun kemudian, dia ditarik ke pemprop Jatim dengan menjabat sebagai Sekretaris BP-7. Setahun kemudian, dia menjadi Sekkodya Surabaya berduet dengan Purnomo Kasidi, walikota saat itu (1985)
Lima tahun kemudian, dia ditunjuk sebagai Wakil Walikota Surabaya yang pertama pada 1 Oktober 1987. Saat itu, wawali merupakan jabatan baru. Tapi kariernya tak lama karena kabarnya karena adanya ketidaksukaan pada sosok Narjo.
Dewi fortuna benar-benar memayungi birokrat ini. Tahun 1992 dia kembali ke propnsi dan 1994 dia menjabat sebagai Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur Bidang Ketataprajaan.
Pada24 September 1996, Soenarjo dikukuhkan sebagai Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Jawa Timur. Dengan jabatan ini maka sekaligus juga pemegang kebijakan atau penentu kepegawaian daerah (BAPERJAKAT), pemegang jabatan Ketua Tim Anggaran Eksekutif, Ketua KORPRI Propinsi. Ketika Imam Utomo maju dalam pemilihan pilkada, dia pun terpilih sebagai orang nomor dua di propinsi ini.
Lulusan S3 Untag tahun 2004 tersebut juga konsen pada dunia pendidikan. Dalang ini sempat mengenyam pendidikan dan pelatihan di Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPANAS) Angkatan ke-XV tahun 1988, Kursus Reguler LEMHANAS Angkatan ke-XXVIII tahun 1995, Dosen Kewiraan tahun 1995 (SK Bersama Menhankam dan Mendikbud), Workshop Mind Setting and Velues tahun 2003.
Selain itu mengajar dan menangani kegiatan di berbagai lembaga pendidikan, antara lain ; Ketua STKW Surabaya (tahun 1990 – 2001), mengajar di ASMI/STMI Malang, mengajar di AKUN/STIEK Jayanegara Malang, mengajar di IKIP PGRI Blitar, Dosen Pasca Sarjana (S-3) di UNTAG Surabaya , serta aktif diberbagai seminar, workshop, pelatihan dan sebagainya.Juga aktif melakukan kegiatan penelitian-penelitian dan menulis buku, antara lain : Efektifitas Kontrasepsi KB dengan menggunakan PIL dan Kondom di Perkotaan tahun 1985 ; Politik, Dalang dan Kekuasaan tahun 2004. ”Swastanisasi : Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik” (CV. Adipura, 2004)
Soenarjo juga sempat menjabat di beberapa lembaga/organisasi sosial kemasyarakatan, antara lain : Penasehat PEPADI dan SENAWANGI Pusat ; Ketua PMI Jawa Timur ; Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Propinsi Jawa Timur ; Ketua Badan Narkotika Propinsi (BNP) Jawa Timur .
Soenarjo juga Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah Jawa Timur ; Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Timur ; Ketua Harian SATKORLAK PBP Jawa Timur ; Dewan Pengawas PERHUTANI Jawa Timur ; Ketua Masyarakat Hutan Jawa Timur.
Di organisasi sosial, Soenarjo melalui musda Pramuka tahun 2005 ditunjuk sebagai Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur periode 2005 – 2010.
Puff...panjang nian kariernya. Bisa dibilang ini jadi birokrat beneran yah.Hehehhehhehe
Di Golkar, dia terpilih sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jatim pada tahun 2004 secara aklamasi. Kalau dengar dari cerita yang diceritakan kalau musda saat itu berlangsung panas. Musda ini tertunda dua kali yaitu awalnya digelar di 29 Nopember 2004 di Hotel Grand Bromo Probolinggo, ternyata batal.
Kemudian disepakati digelar pada 13 Desember 2004 di Kantor DPD Partai Golkar Jawa
Timur, juga batal. Akhirnya, musda digelar di Hotel Hilton Internasional Surabaya dan disinilah Soenarjo terpilih.
Saat itu, Soenarjo dituding tidak pantas memimpin Golkar dengan posisi partai tersebut yang masih dimusuhi paska reformasi. Panasnya musda terasa hingga saat ini terutama dari Ridwan Hisjam yang meski tetap di Golkar, seakan jadi musuh dalam selimut.
Ini pun bisa jadi berbahaya karena Ridwan sendiri punya pengikut loyal dalam tubuh Golkar. Namun yang namanya politik, bisa saja berubah. 'Tul gak?
Eniwei, dia memang sangat dikenal di masyarakat. Masalahnya apakah masyarakat mau mencoblos dalan terkenal ini sebagai gubernur? Bisa jadi iya. Dibandingkan dengan kandidat lain, sosok Soenarjo dianggap lebih 'bersih' ketimbang kandidat lainnya.
Karir birokratnya mulus tanpa hambatan berarti. Satu-satunya yang mungkin menjegal dia adalah kasus korupsi dalam pembangunan Pasar Induk Agrobis (PIA) Jemundo. Kabarnya, kasus ini terungkap awalnya untuk menjegal Soekarwo. Tapi belakangan diketahui, kebijakan ini diambil ketika Soenarjo masih menjabat sebagai Sekdaprop.
Alhasil, tangan kanan Soenarjo kabarnya berusaha mati-matian agar penyelidikan PIA tidak diteruskan ke jabatan yang lebih tinggi yakni Sekdaprop. Entah kebetulan atau tidak, saat penyelidikan masih gencar dilakukan, Kajati saat itu Marwan Effendy langsung dimutasi.
Meski dimutasi ke Gedung Bundar, tetap saja ini menimbulkan bau tak sedap. Pasalnya sepeninggal Marwan, penyelidikan PIA tampaknya terhenti. Entah sudah tidak ada bukti atau memang tidak mencari bukti.
Dengan posisi sebagai tertinggi dalam survey, bisa membuat
Ini dia nih kandidat yang selalu menduduki peringkat pertama dalam tiap survey yang digelar di masyarakat. Ini adalah sosok yang paling dikenal di masyarakat. Gimana enggak? Sosok wakil gubernur ini cukup aktif dalam organisasi.
Sebut saja sebagai Ketua DPD I Jatim Partai Golkar, Ketua Badan Narkotika Propinsi Jatim, Ketua Kwarda Pramuka Jatim, sejumlah organisasi lain dan juga merupakan dalang terkenal dengan nama Ki Narjo Dalang mBeling.
Karir birokratnya dimulai pada tahun 1970 di Pemerintah Kodya Blitar dengan diangkat sebagai Pj. Kepala Humas Kodya Blitar. Dua tahun kemudian, dia diangkat sebagai Kepala Bagian Umum Kodya Blitar.
Kakek dua cucu tersebut menjabat posisi itu hanya sembilan bulan karena tepat ultahnya yang ke-28 Soenarjo diangkat sebagai Sekretaris Kodya Blitar. Ini menjadikannya sekda termuda se-Indonesia. Tiga tahun kemudian dia dipindah ke Malang sebagai Kepala BKKBN Kodya Malang. Tak lama, dia jadi Sekkodya Malang sekaligus Ketua Baperjakat, Ketua Korpri.
Enam tahun kemudian, dia ditarik ke pemprop Jatim dengan menjabat sebagai Sekretaris BP-7. Setahun kemudian, dia menjadi Sekkodya Surabaya berduet dengan Purnomo Kasidi, walikota saat itu (1985)
Lima tahun kemudian, dia ditunjuk sebagai Wakil Walikota Surabaya yang pertama pada 1 Oktober 1987. Saat itu, wawali merupakan jabatan baru. Tapi kariernya tak lama karena kabarnya karena adanya ketidaksukaan pada sosok Narjo.
Dewi fortuna benar-benar memayungi birokrat ini. Tahun 1992 dia kembali ke propnsi dan 1994 dia menjabat sebagai Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur Bidang Ketataprajaan.
Pada24 September 1996, Soenarjo dikukuhkan sebagai Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Jawa Timur. Dengan jabatan ini maka sekaligus juga pemegang kebijakan atau penentu kepegawaian daerah (BAPERJAKAT), pemegang jabatan Ketua Tim Anggaran Eksekutif, Ketua KORPRI Propinsi. Ketika Imam Utomo maju dalam pemilihan pilkada, dia pun terpilih sebagai orang nomor dua di propinsi ini.
Lulusan S3 Untag tahun 2004 tersebut juga konsen pada dunia pendidikan. Dalang ini sempat mengenyam pendidikan dan pelatihan di Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPANAS) Angkatan ke-XV tahun 1988, Kursus Reguler LEMHANAS Angkatan ke-XXVIII tahun 1995, Dosen Kewiraan tahun 1995 (SK Bersama Menhankam dan Mendikbud), Workshop Mind Setting and Velues tahun 2003.
Selain itu mengajar dan menangani kegiatan di berbagai lembaga pendidikan, antara lain ; Ketua STKW Surabaya (tahun 1990 – 2001), mengajar di ASMI/STMI Malang, mengajar di AKUN/STIEK Jayanegara Malang, mengajar di IKIP PGRI Blitar, Dosen Pasca Sarjana (S-3) di UNTAG Surabaya , serta aktif diberbagai seminar, workshop, pelatihan dan sebagainya.Juga aktif melakukan kegiatan penelitian-penelitian dan menulis buku, antara lain : Efektifitas Kontrasepsi KB dengan menggunakan PIL dan Kondom di Perkotaan tahun 1985 ; Politik, Dalang dan Kekuasaan tahun 2004. ”Swastanisasi : Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik” (CV. Adipura, 2004)
Soenarjo juga sempat menjabat di beberapa lembaga/organisasi sosial kemasyarakatan, antara lain : Penasehat PEPADI dan SENAWANGI Pusat ; Ketua PMI Jawa Timur ; Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Propinsi Jawa Timur ; Ketua Badan Narkotika Propinsi (BNP) Jawa Timur .
Soenarjo juga Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah Jawa Timur ; Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Timur ; Ketua Harian SATKORLAK PBP Jawa Timur ; Dewan Pengawas PERHUTANI Jawa Timur ; Ketua Masyarakat Hutan Jawa Timur.
Di organisasi sosial, Soenarjo melalui musda Pramuka tahun 2005 ditunjuk sebagai Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur periode 2005 – 2010.
Puff...panjang nian kariernya. Bisa dibilang ini jadi birokrat beneran yah.Hehehhehhehe
Di Golkar, dia terpilih sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jatim pada tahun 2004 secara aklamasi. Kalau dengar dari cerita yang diceritakan kalau musda saat itu berlangsung panas. Musda ini tertunda dua kali yaitu awalnya digelar di 29 Nopember 2004 di Hotel Grand Bromo Probolinggo, ternyata batal.
Kemudian disepakati digelar pada 13 Desember 2004 di Kantor DPD Partai Golkar Jawa
Timur, juga batal. Akhirnya, musda digelar di Hotel Hilton Internasional Surabaya dan disinilah Soenarjo terpilih.
Saat itu, Soenarjo dituding tidak pantas memimpin Golkar dengan posisi partai tersebut yang masih dimusuhi paska reformasi. Panasnya musda terasa hingga saat ini terutama dari Ridwan Hisjam yang meski tetap di Golkar, seakan jadi musuh dalam selimut.
Ini pun bisa jadi berbahaya karena Ridwan sendiri punya pengikut loyal dalam tubuh Golkar. Namun yang namanya politik, bisa saja berubah. 'Tul gak?
Eniwei, dia memang sangat dikenal di masyarakat. Masalahnya apakah masyarakat mau mencoblos dalan terkenal ini sebagai gubernur? Bisa jadi iya. Dibandingkan dengan kandidat lain, sosok Soenarjo dianggap lebih 'bersih' ketimbang kandidat lainnya.
Karir birokratnya mulus tanpa hambatan berarti. Satu-satunya yang mungkin menjegal dia adalah kasus korupsi dalam pembangunan Pasar Induk Agrobis (PIA) Jemundo. Kabarnya, kasus ini terungkap awalnya untuk menjegal Soekarwo. Tapi belakangan diketahui, kebijakan ini diambil ketika Soenarjo masih menjabat sebagai Sekdaprop.
Alhasil, tangan kanan Soenarjo kabarnya berusaha mati-matian agar penyelidikan PIA tidak diteruskan ke jabatan yang lebih tinggi yakni Sekdaprop. Entah kebetulan atau tidak, saat penyelidikan masih gencar dilakukan, Kajati saat itu Marwan Effendy langsung dimutasi.
Meski dimutasi ke Gedung Bundar, tetap saja ini menimbulkan bau tak sedap. Pasalnya sepeninggal Marwan, penyelidikan PIA tampaknya terhenti. Entah sudah tidak ada bukti atau memang tidak mencari bukti.
Dengan posisi sebagai tertinggi dalam survey, bisa membuat
Comments