Skip to main content

Mau Pilih Pakar Gusip, Suram atau Sinchan? (1)

Pemilihan gubernur Jawa Timur sudah tinggal hitungan hari. Aura politik semakin hangat, makin tinggi intensitas komunikasi politiknya, gencar menggelar konsolidasi, makin tinggi pula persaingan memenangkan pertarungan politik terpanas di Jatim saat ini.

Empat kandidat sudah memastikan akan bertarung. Yakni pasangan Soekarwo-Syaifullah Yusuf atau Pakde Karwo - Gus Ipul (PaKar GusIp), Sutjipto-Ridwan Hisjam (SuRam) atau Soenarjo-Ali Maschan (SinChan). Xixixiixixixixixi....anokrim sesungguhnya sih KarSa, SR sama Salam. Tadi diatas cuma buat senyam-senyum aja.

Eniwei....
Menurut Sita :

1. PaKar GusIp
Kandidat satu ini merupakan pasangan yang paling awal dalam segala hal ketimbang calon lainnya terutama dalam hal deklarasi dan sosialiasasi. Pasangan ini diusung oleh Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat untuk maju sebagai kandidat dalam pilgub nanti.
Bisa dibilang, kandidat ini merupakan salah satu yang terkuat memenangkan pertarungan ini. Ditilik dari sosok :
Soekarwo yang birokrat menjabat sebagai Sekretaris Daerah Propinsi, jelas sudah memiliki pengalaman berorganisasi dalam pemerintahan propinsi. Dia juga dikenal sebagai tangan kanan gubernur Jatim saat ini, Imam Utomo. Bahkan, pencalonan dia disebut-sebut atas dukungan mantan Pangdam V/Brawijaya tersebut.
Jaringan sebagai pucuk tertinggi jabatan PNS di propinsi membuat dia sudah memiliki hubungan baik dengan seluruh pihak. Master hukum lulusan UGM (kalo gak salah) tersebut tentu sudah menjalin hubungan baik pula dengan politisi maupun pelaku ekonomi.
Sosialiasi yang dilakukan sejak 2005 lalu jelas menjadi hal yang menguntungkan meski dalam survey, dia bukan sosok tertinggi yang dikenal masyarakat. Di beberapa tempat, sejumlah kyai sudah menerima dirinya sebagai cagub jauh sebelum diusung oleh PAN-Demokrat. Tidak hanya itu, dia juga didukung dari PDIP yang dahulu memilih dia dalam rakerdasus, meski sifatnya masih diam-diam.

Masalahnya :

Sebagai pemegang kuasa pengelola keuangan daerah, posisi Soekarwo terancam dengan tudingan pemanfaaatan wewenang demi kemenangan dia. Birokrat asal Madiun itu juga dituding melakukan rekayasa penganggaran daerah demi membiayai kegiatan kampanyenya.
Selain itu, banyaknya poster, baliho maupun poster yang menyebar ke seluruh daerah memunculkan dugaan pengumpulan dana kampanye yang tidak wajar. Soekarwo bahkan sudah SOMASi, sebuah LSM, karena banyaknya baliho raksasa Pakde di berbagai lokasi. Kini baliho tersebut sudah dicopot semua.
Dan yang terakhir adalah adanya dugaan keluarga besar mantan Kadispenda Jatim tersebut dengan Partai Komunis Indonesia. Kalau menurut saya, PKI di jaman ORLA seperti Golkar di jaman ORBA. Semua milih PKI seperti halnya PNS dan ABRI dulu milih Golkar

Gus Ipul : sebagai figur yang memiliki 'darah biru', karena memiliki garis keturunan dengan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari. Politisi Jombang ini juga keponakan Ketua Dewan Syuro PKB KH Abdurrahman Wahid. Karier politiknya cukup mengesankan. Dengan sosok pribadi yang hangat, mudah akrab, sekaligus dianggap memiliki keimanan tebal, menjadi figur yang diidamkan oleh masyarakat Jatim yang dikenal berbasis religius.
Jaringan di kelompok pemuda ataupun di panggung politik tidak usah dipertanyakan lagi. Gus Ipul sudah pernah mencicipi berbagai jabatan di parpol besar yang ada di Indonesia. Sebut saja PDIP, PKB, PPP maupun PAN. Nama Gus Ipul juga bisa jadi jaminan jika vote getters akan memilih dia, toh dia juga masih memiliki hubungan kuat dengan para kyai terutama dari Kyai Langitan.

Masalahnya :
Sosoknya yang kerap kali berpindah-pindah partai membuat nama dia cukup 'tercoreng' di kancah perpolitikan. Gus Ipul dianggap sosok yang tidak konsisten akan pilihan politiknya. Ini salah satu senjata yang digunakan lawan politik untuk menjegalnya supaya tidak menang.

Sebagai seorang nahdliyyin tulen, diusungnya Gus Ipul lewat PAN menimbulkan aroma tak sedap. Ada tudingan jika Gus Ipul sudah berpindah dari NU ke Muhammadiyah, organisasi yang dikenal dekat PAN. Isu me-Muhammadiyah-kan NU pun berembus kemana-mana. Meski demikian, tudingan ini ditolak mentah-mentah oleh Gus Ipul.

Dengan diusung oleh PAN-Demokrat, Gus Ipul berarti sudah menyiapkan diri 'melawan' pamannya, Gus Dur. Yang saya ketahui, dalam tubuh PKB hanya ada dua orang yang berani 'menantang' GD yaitu Choirul Anam (Cak Anam, PKNU) dan Syaifullah Yusuf sendiri. Cak Anam cukup sukses dengan tetap mempertahankan 19 anteknya di DPRD Jatim atas nama PKB, mempertahankan gedung Astranawa dan menelurkan PKNU, lain halnya dengan Gus Ipul.

Ipul mencoba melawan ketika masih tergabung dalam PKB. Hasilnya, dia didepak dari kursi empuk Menteri PDT di Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Meski begitu, perlawanan baru dilakukan Ipul dengan persetujuannya digandeng Soekarwo. Apa Ipul kali ini sukses???


















Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej