Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2011

Perempuan dan Serat Centini

Serat Centini...sebuah karya yang sangat terkenal. Ada banyak ulasan mengenai karya yang ditulis pada abad XIX oleh tiga orang abdi dalem Kasunanan Surakarta, yaitu: Kyai Yasadipura I, Kyai Ranggasutrasno dan Raden Ngabehi Sastradipura (Kyai Haji Ahmad Ilhar) tersebut. Mengutip laman http://seratcenthini.wordpress.com/ penulisan itu atas perintah putra mahkota, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Nagara III yang kemudian menjadi raja bergelar Sunan Paku Buwana V (1820–1823). Serat Centhini menceritakan perjalanan hidup Syaikh Among Raga, salah seorang keturunan Sunan Giri yang melarikan diri setelah Keraton Giri diserang dan diduduki oleh tentara Sultan Agung yang dibantu Pangeran Pekik dari Surabaya. Syaikh Among Raga bersembunyi dan tinggal di satu pesantren ke pesantren lain sebagai santri kelana. Di situlah Syaikh Among Raga banyak mendapatkan pengajaran agama Islam, khususnya tentang kitab-kitab klasik (kitab kuning). Serat Centhini menyebutkan tidak kurang dari 20 na

UNY Ingin Jadi Yang Terdepan di Pendidikan Karakter

Foto: M. Asim Pendidikan karakter menjadi isu yang digulirkan dengan tujuan perbaikan sistem pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta ingin berperan lebih dalam pendidikan karakter tersebut. Berikut perbincangan dengan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab MA MPd. ********** Pendidikan karakter sekarang banyak dibahas berbagai pakar pendidikan. Tapi sebenarnya apa latar belakang pendidikan karakter? Pendidikan idealnya adalah untuk menciptakan insan yang berketuhanan sekaligus berkebangsaan berdasarkan Pancasila. Pendidikan karak ter ini mencoba mengartikulasikan hal itu dan memantapkannya. Sebenarnya bagaimana mengaplikasikan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan kita? Pendidikan karakter itu sebenarnya bisa di berbagai jalur. Bisa dimasukkan ke berbagai mata kuliah, ada di akademik. Artinya bahwa pendidikan pesan dari pendidikan nilai itu bisa dimasukkan ke semua pelajaran. Apapun itu mulai dari sosial hingga Matematika. Pendidikan karakter ini kan sebenarnya prose

Metafor dan Metamorfosis: Membaca Kembali ‘Malangsumirang’

OLEH: GOENAWAN MOHAMAD Pidato Penerimaan “Anugerah Hamengku Buwono IX’, Universitas Gadjah Mada, 19 Desember 2011. I Tak perlu saya kemukakan dengan paragraf-paragraf yang panjang rasa terima kasih saya atas kehormatan istimewa yang saya terima hari ini. Bagi saya, anugerah ini, di bawah nama ‘Hamengku Buwono IX’, menjadi tambah berharga karena apa yang saya kenang dari tokoh besar Yogyakarta dan Republik Indonesia itu. Yang saya kenang berasal dari tanggal 8 Oktober 1988. Itu hari pemakaman agung Sri Sultan. Hari itu saya berada di kota ini, bertugas meliput peristiwa besar itu, dan ikut menyumbang laporan yang dimuat di Majalah TEMP0 ini. Izinkan saya membacanya di sini: Tiga abad yang lalu, gunung bergemuruh ketika Sultan Agung mangkat. Babad Tanah Jawi mencatat itu. Pekan lalu, Sultan Hamengku Buwono IX wafat, dan tak ada gemuruh gunung dan tak ada gempa. Yang ada gemuruh lain: ratusan 1 * Pidato penerimaan Anugerah ‘Hamengku Buwono IX’ dari Universitas Gadjah Mada, 19 De

Beranjak Pergi............

Satu per satu teman-teman beranjak pergi. Bukan ke surga. Apalagi ke neraka. Mereka hanya pergi ke tempat lain. Aku harap di tempat yang lebih baik dari sekarang. Senang ? Tentu. Mereka memilih dan mengambil keputusan melanjutkan hidup. Teman-teman yang berjuang untuk meraih mimpi. Mimpi mereka sendiri. Tapi sekaligus aku sedih. Karena tiba-tiba saja hidup menjadi sepi. Tidak ada lagi teman yang suka lemot. Tidak ada lagi yang pendiam namun lidahnya tajam. Gak ada yang heboh main PS di kantor. Tidak ada lagi lontaran konyol dan sikap yang bikin ketawa ngakak. Gak ada lagi yang narsis disini. Udah pada tua. Ya ada sih yang masih asyik. Tapi jarang. Ngomong pada serius semua. Jelas soal masa depan yang direncanakan. Uang yang dibutuhkan. Ah…bukannya tidak mau bicara soal masa depan kawan. Tapi aku kangen kalian. Pengen kumpul lagi. Meski sekedar ngopi hingga pagi. Meski dengan hanya obrolan tak berarti. I miss when we were together *big-big-big-big-b

Kisah Para Pengajar Muda dalam Buku Indonesia Mengajar

Program Indonesia Mengajar yang dirintis Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan melahirkan kisah pengajar-pengajar muda bersemangat yang inspiratif. Kisah tersebut dituangkan dalam sebuah buku berjudul Indonesia Mengajar. Kebetulan, saya bertemu dengan salah satu pengajar muda saat penerbit buku Bentang Pustaka meluncurkan dan mendiskusikan buku Indonesia Mengajar di lobi MAP Fisipol UGM Agus Rachmanto. Agus tidak memiliki latar belakang mengajar karena dia lulusan dari Ilmu Administrasi Negara Fisipol Universitas Gadjah Mada angkatan 2008. Namun, saat itu dia membaca tantangan dari Anies Baswedan yang mengajak pemuda untuk mengajar di daerah pedalaman. “Saya kira itu menarik. Lagipula selama ini saya kuliah di UGM, ada subsidi Negara. Jadi program Indonesia mengajar menjadi salah satu cara saya untuk membayar ‘hutang’ pada masyarakat,” tutur pria asal Kebumen itu. Agus merupakan penerima beasiswa dari PPSDMS Nurul Fikri serta PPKB UGM sebagai mahasiswa berprestasi yang diwu

Menuju Bumi Para Dewa

SEPERTI namanya, dataran tinggi Dieng menyimpan berjuta misteri yang begitu memikat untuk diungkap. Selain keindahan alamnya, saya merasakan kehangatan dan kesederhanaan masyarakat Dieng Kulon saat berkunjung ke tempat tersebut akhir Oktober lalu. ************ Mengutip laman Wikipedia, Dieng merupakan kawasan tinggi di Jawa Tengah dan termasuk sebagai salah satu wilayah terpencil di provinsi ini. Dieng terletak di sebelah barat komplek Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing serta berada di kawasan vulkanik aktif dengan ketinggian rata-rata sekitar 2000 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi dataran tinggi Dieng terbagi dalam dua wilayah yaitu Dieng Kulon di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Dieng di Kecamatan Kejajar KabupatenWonosobo. Ada beberapa alternatif yang bisa digunakan jika ingin berkunjung ke Dieng Kulon yang berada di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara itu. Untuk menuju ke lokasi, bisa menggunakan sepeda motor maupun menggunakan bus yang