Skip to main content

Imaji Nirwana di Kawah Putih

Kawah Putih menjadi objek wisata yang layak untuk dikunjungi saat berada di Bandung Selatan. Objek ini menawarkan sebuah imaji mengenai sebuah nirwana. Pertengahan November ini bersama rombongan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengunjungi ceceran surga itu.

**********
MENUJU lokasi objek wisata Kawah Putih memang membutuhkan kesabaran karena lokasi ini berada di wilayah Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat. Apalagi jika Anda melakukan perjalanan di akhir pekan maka bersiaplah menghadapi kemacetan. Meski begitu, perjalanan yang cukup jauh dalam mencapai lokasi cukup terhibur dengan adanya tanaman strawberry yang ada di kanan-kiri. Dan kelelahan pun terbayar lunas dengan keindahan Kawah Putih.
Kawah Putih terletak di selatan Kota Bandung, sekitar 46 km atau setidaknya membutuhkan waktu dua setengah jam. Kawah yang berada 2.194m dpl sebenarnya terbentuk akibat letusan Gunung Patuha pada abad X dan XII silam. Gunung Patuha atau Gunung Sepuh (Pak Tua), memiliki ketinggian 2.434m diatas permukaan laut dan bersuhu sekitar 8-22 derajat celcius. Keluar dari tol Kopo, kita harus melewati Jalan Raya Kopo Bandung yang padat dengan lalu lalang kendaraan. Laiknya lokasi-lokasi wisata di Bandung, banyak Jika perjalanan ingin lancar, berangkat lebih pagi tentu jadi pilihan yang baik. Persiapan yang baik juga akan membuat kunjungan ke lokasi tersebut menjadi lebih menyenangkan.


Hal yang wajib dipersiapkan sebelum mengunjungi lokasi itu adalah perlengkapan melindungi tubuh dari suhu dingin dan masker. Tapi jangan khawatir kalau ternyata perlengkapan itu tidak dibawa karena di lokasi wisata, banyak penjual yang menyediakan jaket, sarung tangan, penutup kepala termasuk masker. Pengalaman penulis ketika mengunjungi lokasi tersebut, sebuah jaket tebal dengan kualitas cukup baik dihargai Rp 30 ribu. Masker dibutuhkan karena Kawah Putih terkenal dengan kandungan belerang yang tinggi. Konon bau belerang sangat menyengat sehingga untuk keamanan pengunjung harus menggunakan masker. Di lokasi wisata sendiri ditulis bahwa maksimal keberadaan turis di kawah maksimal 15 menit.


Dengan jarak yang lumayan jauh, jalanan yang tidak terlalu lebar dan menanjak memang sedikit membuat was-was. Tapi kita tetap terhibur dengan pemandangan hijau yang terhampar di samping kiri dan kanan milik warga Ciwidey maupun yang dikomersialkan. Jalan yang berkelok-kelok diwarnai dengan rimbunnya pepohonan, masuk ke gerbang Kawah Putih seolah membawa imaji kita masuk dalam sebuah nirwana para dewa.
Datang di pintu masuk, yang juga lokasi parkir untuk bus, kita menghirup sejuknya udara pegunungan. Disana terdapat berbagai kios jualan,mulai dari perlengkapan penghangat tubuh, jagung hingga penjual masker.Bila menggunakan kendaraan pribadi, bisa langsung masuk ke lokasi kawah yang jaraknya sekitar 5 km atau setidaknya butuh waktu 20 menit untuk tiba disana. Hanya saja, kehati-hatian perlu disampirkan karena jalanan yang sempit dan sedikit rusak harus berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.
Namun jika menggunakan bus, pengelola PT Perhutani menyediakan sebuah kendaraan khusus menuju lokasi wisata. Tiap kendaraan bisa menampung hingga 13 orang dan membayar Rp 10 ribu per orang. Secara periodik, mereka berangkat ke kawah dan stand by di sebuah terminal kecil untuk mengangkut pulang para pengunjung.
Mungkin kelelahan akan terasa dengan panjangnya rute yang harus dilalui. Tetapi, selama perjalanan, pemandangan pepohonan kayu yang menjulang ke langit, kabut tipis yang menyapa kulit dan gerimis menyapa kami saat menuju ke lokasi puncak. Dan ketika hamparan kawah yang berwarna kehijauan terpampang di ujung tangga di bawah sana, maka kelelahan itu terbayar sudah. Seorang pemain sitar yang menyanyikan kidung Sunda menyambut dengan hangat.
Asap belerang yang terlihat samar kembali membawa kita berada di sebuah imaji mengenai sungai-sungai di surga dengan keindahannya. Pegunungan yang mengelilingi dan pepohonan yang meranggas juga membawa efek misterius nan menggoda. Warna air kawah ini konon juga berubah-ubah tergantung cuaca. Permukaan kawah memang berbatu namun melangkah dengan hati-hati terutama di bibir kawah karena pasir yang terlihat padat bisa menjebak kaki menjadi penuh lumpur belerang.



Tentu saja, mereka yang berwisata disini tidak bisa mengabaikan pemandangan indah ini begitu saja. Keindahan alamnya juga membuat lokasi ini menjadi pilihan favorit para pengantin yang ingin melakukan foto pre-wedding. Beberapa kali, lokasi ini juga jadi tempat syuting film maupun sinetron. Semua yang datang kesini tidak pernah lupa untuk mengeluarkan kamera, apapun jenisnya. Mulai dari kamera ponsel, kamera poket bahkan DSLR pun berlomba menangkap keindahan kawah yang didekatnya juga terdapat makam-makam para leluhur.
Namun, pengunjung tetap harus waspada. Pasalnya, beberapa peneliti mengatakan bahwa gunung Patuha masih aktif dan ada sebuah gua sedalam 5 meter yang pernah dipakai sebagai tambang belerang. Dengan sifatnya yang masih aktif, kerap ditemui pengunjung yang terbatuk-batuk karena menghirup bau belerang. Berwisata ke Kawah Putih sebenarnya bisa diteruskan menuju ke Situu Patengan atau berkemah di Ranca Upas, yang juga merupakan tempat penangkaran rusa atau memetik strawberry langsung dari pohonnya. (*)

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej