Skip to main content

Met Ultah Jogja

tugu jogjakarta
Jogjakarta memperingati hari ulang tahunnya yang ke-255 pada 7 Oktober lalu. Sejumlah kegiatan mewarnai peringatan ini. Tapi yang paling menarik menurutku adalah acara Night Rider di Tugu Yogyakarta pada Kamis (6/10) malam yang diikuti ratusan bahkan mungkin ribuan penggowes!

Mereka datang dari pelbagai penjuru kota di Jogja bahkan ada kelompok penggowes yang datang dari Klaten. Ada yang menggunakan sepeda kuno, ada yang menggunakan sepeda fixie dan ada juga yang menggunakan sepeda gunung. Mangkubumi Bicycle Playground pun dilaunching walikota Herry Zudianto. Konsepnya: tiap Jumat di Jl Mangkubumi akan jadi pusat gowes di Jogja. Mantabs!!!

mari gowes




Ada juga rombongan yang mengenakan pakaian inlander ala Belanda di jaman penjajahan termasuk topi bulatnya itu loh. Trus juga ada yang memakai pakaian ala Jawa. Hahaha...asyik tenan






heboh poto-potoan




mbah-mbah pun ikutan gowes

Nah ini, salah satu peserta nggowes yang bisa kupotret dengan jelas menggunakan kamera poketku yang butut. hiks...dia tetep terlihat bersemangat. luar biasa ya...saya kapan bisa nggowes? kwkwkw


sepeda parkir di sepanjang jalan





Wow...anda bakal ngiler kalo liat sepeda-sepeda yang dijejer pada pesta kemarin lusa. Kinclong dan kring-kring. Mantappsss....


sepeda merk jaguar? kwkwk




Dan saya sempat mengira ada sepeda merk Jaguar saat pesta kembang api di Tugu Yogyakarta kemarin. Benar atau tidak, saya tidak tahu. Tapi keren banget yak....kkwkw



tukang kacang pun berpesta
<--- class="separator" data-blogger-escaped-div="" data-blogger-escaped-jaguar.="" data-blogger-escaped-kirain="" data-blogger-escaped-xixixi="" style="clear: both; text-align: center;">




Dan dimana ada kemeriahan, disana ada para PKL yang mengais rejeki. Terima kasih buat bapak penjual kacang....menjadikan malam menjadi hangat.


 Sayangnya, aku gak bisa motret pas pesta sinar laser. Huhuhuhu...temanku udah kepengen pulang aja. Padahal pesta baru saja memanas. Ah...payaaah...hiks..hiks....hiks...
Sayonara pesta...tahun depan Insya Allah aku tetap di Jogja. Dan nggowes. Amiiiiiiinn....!!!

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej