Skip to main content

Menolak Lupa

Tolak Lupa, Mahasiswa Tuntut SBY Tuntaskan Kasus Hukum

JOGJA – Sekitar 50 mahasiswa Universitas Gadjah Mada menggelar aksi menolak lupa terhadap kasus hukum yang ada di Indonesia. Mereka menilai selama tujuh tahun pemerintahan SBY hingga kini dianggap tidak memiliki komitmen kuat dalam pemberantasan korupsi dan penegakkan hukum.
Aksi ini dilakukan di Bundaran UGM dan diikuti mahasiswa yang tergabung dalam Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum UGM, Kamis (6/10). Dalam aksinya mereka membawa aneka poster seperti 'Menagih Janji, Menolak Lupa', 'Century Sesuatu Banget Ya?' dan juga membawa tiga keranda. Keranda itu bertuliskan KPK, Munir dan Century dan digotong para mahasiswa saat berdemo. Saat menggelar aksi, mereka sempat memacetkan lalu lintas di seputar Bundaran UGM. Selain berorasi, mereka juga sempat menggelar aksi jalan mundur mengelilingi bundaran sebanyak dua kali.

Ketua Dema Justicia FH UGM, Gibran Sesunan mengatakan mahasiswa mengajak masyarakat untuk tidak lupa terhadap kasus korupsi dan hukum yang saat ini belum terpecahkan.
Dia mengatakan saat kampanye SBY memberikan janji manis terutama dalam penegakan hukum. Namun pada kenyataannya, hanya ditegakkan setengah hati sehingga melukai rasa keadilan masyarakat. Dikatakan, banyak kasus yang belum diungkap seperti pembunuhan Munir yang belum terungkap aktor intelektualnya. Kasus dana bailout Century, rekening gendut, mafia politik dan anggaran hingga pelemahan KPK. “Masyarakat tidak boleh lupa, meluupakan atau mau dibuat lupa atas kasus hukum yang ada,” tuturnya.
Dituturkannya, sejumlah pengamat mengatakan bahwa masyarakat Indonesia gampang lupa dengan kasus-kasus tersebut. Maka, stigma itu ingin dihapus para mahasiswa lewat aksi menolak lupa. “Kami ingin membuktikan bahwa masyarakat tidak lupa dan menuntut SBY segera proaktif menyelesaikan kasus hukum yang ada,” tegasnya.
Mahasiswa juga menggelar orasi menuntut agar SBY segera mengungkap kasus hukum. Mereka juga sempat menampilkan aksi teatrikal terkait mandulnya penyelesaian Century, kasus Munir dan pelemahan KPK lewat serangan dari berbagai oknum.

Yap....
Apakah kita akan lupa dengan kasus Century?
Apakah kita akan lupa dengan rekening gendut?
Apakah kita akan lupa dengan kasus mafia pajak dan mafia hukum?
Apakah kita akan lupa bahwa aktor intelektual pembunuhan Munir belum tertangkap?
Apakah kita akan lupa dengan korupsi Wisma Atlet?
Apakah kita akan lupa dengan suap kemenakertrans?
Apakah kita akan lupa dengan kasus Trisakti?
Apakah kita akan lupa dengan kasus mahasiswa/orang hilang?
Apakah kita akan lupa dengan kasus Tanjung Priok?

Apakah kita akan lupa??

Jawabnya tentu : MENOLAK LUPA!

Comments

Aurora Ribero said…
SELAMAT ANDA MENDAPATKAN UNDANGAN RESMI DARI SUMOQQ.ORG Kunjungi skrg Live Chat nya u/Info lbh Lanjut,Dan Dapatkan Jutaan Rupiah Dengan Cuma-Cuma BBM : D8ACD825
Daftarkan Segera ID Hokimu Di SumoQQ.ORG ! WinRate Terbesar Untuk Semua Permainan Kartu Anda ! Min Depo Cuma 15RB !
Pin BBM : D8ACD825

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej