Skip to main content

Hati Unggul Tipis atas Fitri

*Dari 14 Kecamatan, Menang di 12 Kecamatan

JOGJA –Pasangan calon (paslon) Haryadi Suyuti-Imam Priyono (Hati) untuk sementara unggul dibandingkan dua paslon lainnya, Hanafi Suyuti-Tri Harjun Ismaji (Fitri) dan Zuhrif Hudaya-Aulia Reza Bastian. Keunggulan Hati itu berdasarkan perhitungan real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jogjakarta maupun quick count Jaringan Suara Indonesia (JSI), lembaga survei independen. Hasil pemilihan wali kota secara resmi akan ditetapkan lewat mekanisme perhitungan manual KPU.
Secara umum, proses pemungutan suara pemilihan wali kota di 838 TPS (tempat pemungutan suara) se-Jogja kemarin (25/9) berlangsung aman, lancar, dan cepat. Hanya, jumlah pemilih yang tidak menggunakan haknya masih cukup besar, ledbih dari 40 persen. Artinya, partisipasi warga untuk memilih calon pemimpin Kota Jogja lima tahun mendatang hanya sekitar 60 persen.


Dalam penghitungan real count KPU yang berlangsung hingga pukul 20.30 tadi malam menunjukkan paslon Hati memperoleh 67.793 suara atau 49,04 persen dari total suara yang sudah masuk. Mereka menang tipis atas paslon Fitri yang memperoleh 56.937 suara atau 41,18 persen. Sementara pasangan Zuhrif Hudaya-Aulia Reza di posisi ketiga dengan 13.518 suara atau 9,78 persen.
Dari 14 kecamatan di Jogja, Hati (untuk sementara) unggul di 12 kecamatan. Ke-12 kecamatan itu adalah Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis, Tegalrejo, Danurejan, dan Gondokusuman. Sedangkan, Fitri hanya menang di dua kantung basis massa-nya, Umbulharjo dan Kotagede. Sementara Zuhrif-Reza berada urutan ketiga di seluruh kecamatan (selengkapnya lihat grafis).


Anggota KPU Jogja Titok Haryanto menjelaskan mekanisme real count di KPU. Menurut dia, sebelumnya KPPS mendapat formulir yang harus diisi hasil penghitungan di TPS. Setelah itu, anggota sekretariat KPU akan mengambil formulir yang sudah disahkan pihak-pihak terkait itu.
Hingga tadi malam KPU baru berhasil mengambil 70 persen dari total 838 TPS atau 588 TPS. Setiap kelurahan diambil 70 persen TPS yang ada. ’’Hasil yang ditampilkan adalah penghitungan cepat berdasarkan laporan teman-teman KPPS lewat formulir dan dikirim PPK ke KPU,’’ katanya.
Dia menjelaskan KPU membatasi input data hanya 70 persen di tiap kelurahan. Sisanya akan dilakukan penghitungan secara manual. ’’Saya kira penghitungan ini sudah cukup menggambarkan hasil pilwali,’’ tuturnya.
Untuk sementara, pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun Ismaji menang di basis tradisional PAN, yaitu di Umbulharjo dengan 9.725 suara. Sedangkan Hati hanya meraup 8.994 suara, disusul Zuhrif-Aulia dengan 3.228 suara. Di Kecamatan Kotagede, Fitri juga unggul telak dengan perolehan 5.567 suara, disusul pasangan Hati yang mendapatkan 3.822 suara, dan Zuhrif-Reza yang mendapatkan 1.644 suara.
Di Kecamatan Mantrijeron Fitri gagal mendapatkan suara mayoritas. Hati berhasil menjadi kampiun dengan perolehan 5.753 suara, menang tipis atas Fitri yang memperoleh 5.333 suara. Zuhrif hanya mendapatkan 973 suara saja.
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil quick count yang dilansir Jaringan Suara Indonesia (JSI). Meski begitu, KPU menegaskan penghitungan akhir berdasarkan rekapitulasi penghitungan yang dilakukan oleh PPK pada 26-28 September mendatang.
Sesuai jadwal rekap dilaksanakan 29 September hingga 1 Oktober nanti.
’’Kemungkinan hasil penghitungan manual berbeda dengan hasil real count,’’ pungkasnya.




JSI Juga Menangkan Hati
Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan cepat (quick count) Jaringan Suara Indonesa (JSI), paslon Hati, untuk sementara juga dinyatakan unggul disbanding dua pesaingnya. Hal itu didasarkan pada hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga tersebut di 280 tempat pemungutan suara (TPS) sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
’’Hasil perhitungan cepat kami, pasangan nomor tiga yang unggul,” kata Eka Kusmayadi, direktur Divisi Riset JSI saat jumpa pers di Grand Quality Hotel, kemarin (25/9).
Eka menjelaskan, dari hasil analisis data yang masuk, Hati memperoleh suara sebesar 48,38 persen. Mereka unggul 6,41 pesern dari paslon Fitri yang meraup suara 41,97 pesen. Sementara paslon Zuhrif -Reza mendapatkan perolehan suara 9,65 persen.
Dia menambahkan, dari total sampel 280 persen tersebut, jumlah total suara sampel sebanyak 67.539. ’’Data sampel yang masuk ke server kami sudah masuk 100 pesen. Hasilnya cukup stabil, sehingga kemungkinan terjadi perubahan sangat kecil. Kami memprediksi, margin error-nya di bawah 1 persen dari hasil penetapan KPU mendatang,” tambah dia.
Lembaga konsultan politik itu juga membagi perolehan suara dalam lima zona dari 14 kecamatan yang ada. Dari data zonasi, pasangan Fitri hanya unggul di satu zona, yakni zona Jogja-5 yang terdiri dari dua kecamatan, Umbulharjo dan Kotagede. Sedangkan di empat zona lain, perolehan Hati lebih tinggi.
’’Selisihnya memang tidak begitu besar, antara 4-5 persen. Sementara di zona Jogja-5, Fitri hanya unggul sekitar 6 persen,” tandasnya.
Sementara itu, Popon Linggargeni, direktur Divisi Strategi JSI menyampaikan, selama 20 hari terakhir, pihaknya memang diminta oleh pasangan Fitri untuk membantu pemenangan dalam pilwali. Namun, dengan waktu yang singkat itu usaha pemenangan kurang maksimal.
Menurut Popon, idealnya untuk mengatur strategi pemenangan dibutuhkan waktu enam hingga 12 bulan. ’’Dengan begitu, masih ada waktu untuk menganalisis beberapa kemungkinan pengembangan strategi,” lanjut dia.
JSI tidak memungkiri bahwa kliennya kalah. Popon menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan paslon nomor tiga menang. Dia menyebut, setidaknya ada tiga unsur yang berpengaruh.
Yang pertama, partisipasi pemilih yang tergolong rendah. ”Biasanya, di kota lain yang setipe dengan Jogja, partisipasi pemilih mencapai 75-78 persen. Tapi di sini hanya 62 persen,” terangnya.
Di sisi lain, faktor kedua juga memberikan andil kemenangan pasangan yang dicalonkan PDIP dan Partai Golkar tersebut. Hal ini terkait dengan basis massa pendukung yang cukup militan.
’’Jadi, saat di satu sisi partisipasi pemilih rendah, di sisi lain pendukung Hati cukup militan. Sehingga, mereka tetap bisa meraup suara yang cukup besar,” papar Popon.
Haryadi Suyuti sendiri saat disambangi ke rumah dinasnya mengaku tidak terkejut. Semua berjalan biasa saja. Sebab, dia mengaku telah memperkirakan bakal meraih kemenangan dengan selisih suara tipis.
”Setiap pasangan calon pasti memiliki keyakinan yang sama bakal menang. Tapi, kita tunggu saja hasil resmi dari KPU. Hasil quick count ini merupakan gambaran awal saja,” kata Haryadi kepada wartawan kemarin sore.
Dia menyampaikan terima kasih atas kerja sama masyarakat. Sebab, kemenangan yang diperoleh ia dan pasangannya tetap merupakan kemenangan rakyat Jogja.
Sementara itu, Ardianto, ketua tim pemenangan pasangan Zuhrif-Reza mengucapkan selamat atas kemenangan Hati. Sebab, berdasar hasil real count yang dilakukan oleh tim sukses Zuhrif-Reza telah dapat diperkirakan peraih suara terbanyak adalah Hati.
’’Dari perhitungan relawan, kami memprediksi peraih suara terbanyak adalah pasangan nomor tiga. Kami mengucapkan selamat kepada pemenang. Semoga bisa membawa Jogja menuju kota sejahtera,” tandasnya.
Sementara itu Zuhrif Hudaya mengaku legawa dengan kekalahannya. Dia juga menyampaikan selamat kepada pasangan Hati. ’’Selamat kepada Mas Haryadi dan Mas Imam. Semoga amanah dalam memimpin Kota Jogja,” ujar Zuhrif.
Zuhrif menegaskan, dirinya akan tetap melanjutkan program Mbangun Kampung meski tidak terpilih menjadi wali kota. Setelah pilwali usai, Zuhrif tetap berkomitmen merealisasikan idenya tersebut. ’’Mbangun Kampung itu sebuah cita-cita. Bukan semata-mata program dalam pilwali,” pungkasnya. (sit/ang/ari)






Perolehan Suara di TPS Cawali

1. TPS Zuhrif Hudaya

DPT : 396
Pemilih : 257
Tak sah : 9
Paslon I : 161
II : 54
III : 33

2. TPS Hanafi Rais

DPT : 394
Pemilih : 271
Tidak sah : 8
Paslon I : 17
II : 137
III : 109

3. TPS Haryadi Suyuti

DPT : 546
Pemilih : 146
Tidak sah : 3
Paslon I : 11
II : 41
III : 91


Quick Count versi JSI

TPS Sampel : 280 TPS
Total Suara Sampel : 67.539
Pertisipasi Pemilih : 62,44 persen

Paslon I : 9,65 persen
II : 41, 97 persen
III : 48,38 persen


Riel Count KPU Jogja

TPS Sampel :
Total Suara Sampel :
Partisipasi Pemilih :

Paslon I :
II :
III :


Catatan:

1. TPS : Tempat Pemungutan Suara
2. DPT : Daftar Pemilih Tetap
3. Paslon : Pasangan Calon
4. JSI : Jaringan Suara Indonesia

Diolah dari berbagai sumber

Foto-foto: Nani Mashita, Moch Asim, Setiyaki

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej