Skip to main content

Dinas Koreksi Kelulusan SMA/MA

Terjadi Kesalahan Input Siswa Peserta Unas

JOGJA – Dinas Pendidikan Kota Jogja merasa dirugikan dengan kesalahan input daftar nominator tetap (DNT) dalam ujian nasional (unas) SMA/MA dan SMK 2011. Akibatnya, Jogja terpuruk dalam peringkat kelulusan siswa, baik tingkat regional Daerah Istimewa Jogjakarta maupun tingkat nasional.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja Edy Heri Suasana mengatakan, kesalahan input DNT itu memang tidak berdampak signifikan terhadap siswa. Pasalnya, meski dinyatakan tidak lulus tahun ini namun sejatinya mereka sudah memegang ijazah ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) tahun lalu.
’’Bagi siswa tidak masalah, tapi ini merugikan kami karena secara persentase kami akhirnya di posisi buncit,’’ ujarnya, Selasa (17/5).
Seperti diberitakan, Dinas Pendidikan Kota Jogja melansir dari 50 siswa SMA/MA yang tidak lulus, 34 di antaranya sudah mendapat ijazah kesetaraan dalam ujian tahun sebelumnya. Sedangkan 16 siswa SMK yang dinyatakan tidak lulus, 12 di antaranya sudah memiliki ijazah UNPK. Sehingga, yang tidak lulus murni dalam unas kali ini hanya 16 siswa SMA/MA dan empat siswa SMK. Akibat kesalahan dalam memasukkan data peserta unas itulah yang membuat Jogja menempati peringkat terakhir dalam persentase kelulusan se-DIJ (Jogja Raya, 17/5).
Tahun ini, dari 6.077 siswa SMA/MA DIJ yang mengikuti unas, yang lulus sebanyak 6.027 siswa atau 99,18 persen. Sedangkan untuk jenjang SMK, dari 5.120 siswa peserta unas yang lulus sebanyak 5.104 orang atau 99,68 persen. Dengan persentase seperti itu, DIJ berada di urutan ke-18 untuk kelulusan SMA/MA, sedangkan untuk SMK di urutan ke-8 dari 33 provinsi di Indonesia.
Edy mengatakan, kesalahan input DNT itu sebenarnya sudah diketahui oleh Dindik jauh hari sebelum unas digelar. Dituturkan, saat itu nama-nama calon peserta unas sudah masuk dalam daftar nominator sementara (DNS). Pihak sekolah diberi waktu selama satu bulan untuk memverifikasi data-data tersebut. Setelah itu, daftar nama DNS itu dikirim ke pusat untuk ditetapkan menjadi DNT sebagai patokan peserta unas.
Edy mengaku pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena input data siswa tersebut telanjur menjadi DNT. ’’Ini karena sekolah yang tidak melaporkan bahwa ada siswanya yang ternyata sudah memiliki ijazah NUPK,’’ ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, ijazah UNPK tetap diakui meski siswa yang bersangkutan terdaftar dalam DNT unas 2011. Dia juga menegaskan bahwa pihaknya sudah memiliki dokumen yang menyatakan bahwa siswa yang bersangkutan sudah lulus UNPK.
’’Ke depan kami akan membuat sebuah mekanisme agar kesalahan seperti ini tidak terjadi lagi,’’ tuturnya.
Sementara itu, kesalahan input data DNT itu membuat Komisi D DPRD Kota Jogjakarta berencana memanggil Dinas Pendidikan Kota Jogja untuk mengklarifikasi. Ketua Komisi D Sudjanarko mengatakan, terjadinya kesalahan input data dalam DNT tidak pernah diinformasikan sebelumnya oleh Dindik. Dinas hanya menginformasikan mengenai adanya keterlambatan penyetoran data nilai ujian sekolah kepada dinas. Tidak hanya itu, dinas juga menyampaikan bahwa persiapan unas sangat matang termasuk antisipasi kegagalan siswa.
’’Pada saat hearing sebelumnya kami hanya diinformasikan mengenai adanya peluang kesalahan terkait keterlambatan penyerahan data ujian sekolah. Lainnya tidak ada,” kata Koko, panggilan akrab Sudjanarko.
Politisi PDI Perjuangan itu menyesalkan adanya kesalahan input itu. Menurut dia, hal itu menunjukkan Dindik tidak serius dalam pendataan peserta unas. Begitu pula pihak sekolah dinilai tidak teliti dalam melakukan verifikasi DNT siswanya. Padahal, masalah ini sangat krusial yang berdampak pada hasil kelulusan dan berujung citra Jogja sebagai kota pendidikan. ’’Ketidakseriusan ini berakibat fatal seperti ini,’’ sesalnya.
Koko meminta agar Dindik tidak beralasan karena terbatasnya kemampuan sumber daya manusia sebagai biang kesalahan ini. Dia pun mendesak agar kesalahan itu menjadi evaluasi bagi Dindik untuk lebih serius dalam menyiapkan unas ke depan.
Berdasarkan keputusan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), jumlah siswa SMA/MA Jogja yang tidak lulus unas sebanyak 50 orang. Sedangkan siswa SMK yang gagal 16 orang. Dengan paparan itu, jumlah siswa SMA/MA Jogja yang tidak lulus terbanyak se-DIJ. Disusul Sleman 48 siswa, Kulonprogo 21 siswa, Bantul 15 siswa, dan Gunungkidul 14 siswa. (sit/ari)

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej