Skip to main content

Merdeka!!!!!!

Hari ini Indonesia tepat memperingati kemerdekaannya yang ke-63. Rakyat Indonesia memperingatinya dengan berbagai cara dan kegiatan di kampung masing-masing. Namun apakah arti merdeka bagi masyarakat Surabaya?
”Merdeka? Aku gak weruh,” ujar Muslik sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak bisa menentukan definisi kemerdekaan yang tiap tahunnya diperingati dengan meriah di kampungnya. Pemuda berusia 24 tahun itu juga tidak mengerti makna dibalik peringatan detik-detik proklamasi yang ditontonnya tiap tanggal 17 Agustus itu.
Yang dia tahu, setiap Agustusan maka akan ada berbagai perlombaan dan hadiah-hadiah yang mungkin tidak bisa dibeli dari koceknya sendiri. Sekaligus jadi ajang mengenang jasa para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan negara ini.
Muslik sendiri tampak enggan memaknai kemerdekaan yang diraih susah payah oleh para pejuang. Dia lebih suka memikirkan cara menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan perutnya dengan berdagang bakso. Meski demikian, tetap ada harapan yang menyembul pada pemerintah dalam ulang tahun yang ke-63 tersebut.
”Paling tidak pemerintah memberi sesuatu yang layak pada masyarakat seperti lapangan pekerjaan,” katanya.
Pandangan berbeda disampaikan Suyanto yang mengatakan meski sudah 63 tahun merdeka, masyarakat Indonesia masih belum terbebas seluruhnya. Dia menjelaskan masyarakat Indonesia masih terbelit masalah yang sama dari tahun ke tahun yaitu pendidikan, kesehatan dan kemiskinan. ”Ini artinya masyarakat kita masih dijajah, tapi bukan fisiknya melainkan pikirannya,” kata Suyanto.



Mmm...apa yang dikatakan Suyanto boleh jadi benar adanya. Jika mengacu pada data Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Surabaya, tercatat ada 43.708 anak SD yang tidak bersekolah. Di tingkat SMP, ada 37.012 anak tidak mengenyam jenjang ini.

Belum lagi angka kemiskinan di Jatim, meski diklaim terus turun, masih saja besar. Lapangan pekerjaan pun semakin sempit karena investasi yant cukup rendah membuat masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan formal. Mau berusaha lewat sektor informal alias PKL, bolak-balik dirazia sama Satpol PP.

Hmmm...sekarang ini gubernur Jatim Imam Utomo bakalan lengser. Mudah-mudahan aja, gubernur yang akan datang bisa merealisasikan janji kemerdekaan yang diharapkan masyarakat Jatim. Enggak cuman bisa berjanji dan bermanis mulut, tapi hasil kerja nyata cagub tersebut.

Ditunggu!!!

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej