”Keluarga bahagia mirip satu dengan lainnya, keluarga tak bahagia tidak bahagia dengan jalannya sendiri-sendiri” (Leo Tolstoi)
Ini adalah kalimat pembuka dari novel laris sepanjang masa, Anna Karenina yang ditulis pujangga besar Lev (Leo) Nikolayevich Tolstoi yang hidup pada 1828-1910. Sebenarnya ini adalah novel lawas yang ditulis, diubah dan diperbaiki selama lima tahun pada 1873 hingga 1877.
Sudah banyak orang yang meresensi buku ini dan memuja buku ini. Saking banyaknya yang suka akan buku ini, novel ini sudah disalin dan diterbitkan sebanyak 625 kali dalam 40 bahasa. Keterangan dari buku yang dicetak dua jilid ini menyebut hasil terjemahan berbeda dalam bahasa Inggris sudah dicetak 75 kali, Belanda 14 kali, Jerman 67 kali, Prancis dan Italia sebanyak 36 kali, Cina15 kali dan Arab 6 kali. Kalo di Indonesia, baru dua kali diterjemahkan (Alamaak...dikit amat!!) oleh Koesalah Soebagyo Toer dari novel aslinya yang berbahasa Rusia.
Resensiku sih gak sebagus yang ditulis Profesor Willen V.Sikorsky, seorang ahli sastra Indonesia di Moskwa, yang jadi pembuka di buku Anna Karenina jilid I. Bagi yang dah baca, maaf ya kalo resensinya biasa-biasa aja. Yah...aku buatnya sih dari sudut pandang seorang pembaca pemula.
Hm..jadi gini nih ceritanya.
Buku ini bercerita soal kalangan ningrat Rusia yang tinggal pada zaman kerajaan (sebutannya feodal yah?) masih ada di Rusia. Dikisahkan tiga orang keluarga yang memiliki kisahnya masing-masing dan saling memiliki keterikatan saudara baik dari garis suami atau istri, ataupun keterikatan alumnus sebuah universitas di Rusia. Tokoh utamanya sendiri adalah Anna Karenina atau Anna Arkadyevna yang digambarkan sebagai bangsawan cantik, rambutnya dibuat kriwil, pandangan matanya sayu tapi tegas, leher jenjang dan berkulit putih terawat. Otaknya juga tokcer serta teguh pendirian.
Tiga keluarga itu adalah keluarga Karenin, Konstantin Levin dan Stiva Oblonskii yang berasal dari kalangan ningrat di Petesburg. Bangsawan Rusia saat itu masih menghargai nilai-nilai kesusilaan dan keluarga, meski kenyataannya banyak pula kalangan high society ini melakukan perbuatan menyimpang dan asusila.
Begitu pula salah pejabat terpandang Petersburg, Karenin yang menghadapi masalah besar atas perselingkuhan istrinya Anna Karenina. Karenin atau Aleksei Aleksandrovich Karenin mengetahui jika istrinya yang cantik, Anna berselingkuh dengan Aleksei Vronskii, seorang opsir muda tampan dari keluarga ternama.
Vronskii sangat mengagumi Anna dan ini membuat Anna memutuskan meninggalkan perkawinannya untuk hidup bersama dengan lelaki tampan itu. Alasannya, Anna tidak pernah mencintai Karenin meski telah menikah dengannya. Sebaliknya, dengan Vronskii, Anna merasakan cinta yang dicari-carinya selama ini.
Meski sempat mengakui jika telah jatuh cinta pada Vronskii, Anna akhirnya mengaku pada Karenin jika telah berselingkuh. Saat itu, Aleksei Aleksandrovna sempat tersinggung dan marah yang membuat hubungan keduanya bertambah renggang karena masih tinggal dalam satu rumah. Kondisi tegang makin menjadi karena Anna tetap nekad menemui Vronskii, meski tahu di zaman tersebut, perselingkuhan masih dikecam dan dikutuk masyarakat sekitarnya.
Ketegangan keduanya sempat mereda setelah Karenin dengan besar hati memaafkan Anna yang nyaris mati usai melahirkan Annie, anak hasil perselingkuhannya dengan Vronskii. Ancaman perceraian pun akhirnya dikubur dalam dan keduanya mencoba untuk melupakan pengkhianatan Anna dan mencoba untuk akur.
Meski bersyukur atas mukjizat yang telah turun, mengingat kondisi sosial Rusia saat itu, Anna tetap tidak bisa membohongi hatinya. Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Aleksei Aleksandrovna dan kabur bersama Vronskii ke luar negeri. Vronskii sendiri memutuskan untuk menghentikan karier cemerlangnya di dinas ketentaraan Rusia demi kekasih sejatinya Anna.
Selama berbulan-bulan, mereka mengecap kehidupan indah dalam balutan cinta. Anna ingin sekali bertemu dengan anaknya dan mengurus perceraiannya sehingga kembali ke Petersburg. Vronskii yang tahu jika perbuatan keduanya dikecam kalangan bangsawan, tak bisa menahan keinginan Anna. Di kota tersebut, Anna menjadi bulan-bulanan kecaman dan makian dari kalangan jet set Rusia.
Vronskii bukannya tidak membela namun hati Anna yang mengeras membuatnya kehabisan cara. Hidup keduanya makin memprihatinkan. Permintaan cerai Anna pada Aleksei Aleksandrovna juga ditolak. Belum lagi, rasa cemburu Anna makin menjadi karena Vronskii dianggap telah kehilangan cinta terhadap Anna dengan menemui lagi kekasihnya dahulu, sebelum hidup bersama Anna. Wanita cantik ini memutuskan mengakhiri hidupnya di rel KA untuk memberi pelajaran pada Vronskii yang dianggapnya tak setia lagi. Kematian ini membuat Aleksei Vronskii patah hati dan semangat hidupnya pun redup.
Keluarga kedua adalah pasangan Stepan Arkadyich dengan Darya Aleksandrovna atau Dolly. Keluarga ini berantakan setelah Stiva Oblonskii ketahuan berselingkuh dengan mantan guru prancis anaknya yang mengajar di sekolah. Sebagai seorang ningrat yang memuja nilai-nilai kesusilaan, apa yang dilakukan Stepan jelas menampar dirinya. Dia pun berniat untuk bercerai dan kabur ke rumah ayahnya Graf Shcherbatskii namun akhirnya batal. Lucunya, keduanya didamaikan oleh Anna yang saat itu belum berselingkuh dengan Vronskii.
Tapi pada akhirnya, kedua pasangan ini berpisah karena Stiva masih melakukan hobinya yang senang bergaul dengan perempuan-perempuan lain selain istrinya sendiri. Meski sempat menduduki jabatan tinggi, kariernya sendiri juga tidak terlalu bagus. Kondisi finansial keluarganya pun makin memburuk. Tanah pusaka dan simpanan di bank makin lama makin habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan diperburuk dengan hobi Stepan minum-minuman keras. Dolly akhirnya meninggalkan Stiva dengan setumpuk utang yang belum terbayarkan. Dolly sempat menolak membagi harta penjualan hutan yang dimilikinya pada Stepan.
Pasangan ideal yang didamba Tolstoi adalah Konstantin Levin dengan Keterina Shcherbatstkii atau Kitty. Kitty sendiri sempat jatuh cinta pada Vronskii namun jatuh sakit ketika tahu opsir ganteng itu memilih Anna ketimbang dirinya. Hatinya yang patah terobati setelah mengetahui Levin masih mencintainya dan mau menikahinya.
Levin, seorang tuan tanah dari desa digambarkan sebagai sosok lelaki gentle yang masih memegang erat nilai tradisi. Dia mencintai Kitty semenjak pertama kali dia mengenalnya lewat Stepan Arkadyich, suami Darya Aleksandrovna, kakak Kitty. Dia juga kaya raya. Tapi Levin digambarkan sebagai sosok yang menolak kehadiran Tuhan dan agama dalam hidupnya.
Keduanya hidup bahagia meski ada riak-riak yang menghadang. Namun setiap permasalahan selalu segera dipecahkan karena keduanya memikirkan perasaan dan posisi masing-masing sebagai pasangan suami istri. Satu-satunya yang membuat hubungan keduanya agak canggung adalah ketiadaan iman Levin, padahal Kitty adalah penganut Kristen Ortodoks tulen. Awalnya, hal ini tidak masalah namun keadaan berubah ketika keduanya memiliki anak. Pada perjalanan hidupnya, Levin akhirnya mau mempercayai keberadaan Tuhan dengan makin seringnya dia berdoa pada Tuhan.
Begitulah sekilas cerita buku Anna Karenina. Dan seperti kata para pujangga lain ataupun peresensi profesional, buku ini memang cukup menarik. Memotret kalangan bangsawan dari sudut mata bangsawan. Lev Tolstoi adalah bangsawan Rusia, anak dari Graf (Comte) Nikolai Ilyich Tolstoi seorang tentara berpangkat Letkol dalam perang melawan invasi Napoleon pada 1812-1814.
Dia memotret pada zaman itu telah terjadi penurunan moral para bangsawan yang seharusnya jadi patokan masyarakat Rusia. Kepercayaan pada Tuhan merosot drastis dan kehidupan hedonis menjadi warna yang sangat kentara saat itu.
Dalam novel ini, Tolstoi disebut bisa menceritakan pergulatan batin masing-masing karakter tokohnya dengan sangat teliti dan presisi. Sangat menarik. Usai membaca dua jilid novel ini, aku merasa lelah. Bukan karena bosan membaca buku ini tapi karena aku merasa jika AKU-lah yang jadi tokoh di buku itu.
AKU merasakan pertempuran hebat Anna, seorang wanita jujur, teguh dan punya aura kecantikan tinggi, yang memutuskan berselingkuh, meninggalkan suaminya yang pejabat ternama hingga akhirnya mati bunuh diri ditabrak KA.
AKU juga merasakan patah hatinya Levin saat tahu Kitty telah jatuh cinta dan menanti lamaran Vronskii. Tolstoi juga membuat aku percaya dan berpikir dengan pola pikir yang dianut Levin. Begitu juga Oblonskii. AKU pun merasakan kenyamanan Stiva yang seorang playboy, dalam menikmati hidup meski kondisi finansialnya kacau balau.
Tapi yang bikin aku bete dengan buku ini adalah penutup novelnya. Kurang dramatis gitu loh. Seharusnya ketika Anna mati bunuh diri, novelnya selesai dan dipungkasi dengan isak tangis sesal Vronskii. Sebaliknya, Tolstoi menutup kisah ini dengan pergulatan Levin yang akhirnya mempercayai adanya Tuhan dan keberdaan agama-agama di dunia.
Gak tau kenapa kok Tolstoi menutup ceritanya seperti itu. Kalau kata Profesor Willen, Tolstoi mencoba meredam ketegangan paska kematian Anna.
Ah...tapi rasanya kurang pas deh. Atau bener Tolstoi ya? Kan dia pujangga besarnya, jadi tahu gimana membuat penutup sebuah kisah.
Mana kutahu lah, toh pengarangnya aja dah mati 200 tahun lalu. Kikiksisksisksikik.
Ini adalah kalimat pembuka dari novel laris sepanjang masa, Anna Karenina yang ditulis pujangga besar Lev (Leo) Nikolayevich Tolstoi yang hidup pada 1828-1910. Sebenarnya ini adalah novel lawas yang ditulis, diubah dan diperbaiki selama lima tahun pada 1873 hingga 1877.
Sudah banyak orang yang meresensi buku ini dan memuja buku ini. Saking banyaknya yang suka akan buku ini, novel ini sudah disalin dan diterbitkan sebanyak 625 kali dalam 40 bahasa. Keterangan dari buku yang dicetak dua jilid ini menyebut hasil terjemahan berbeda dalam bahasa Inggris sudah dicetak 75 kali, Belanda 14 kali, Jerman 67 kali, Prancis dan Italia sebanyak 36 kali, Cina15 kali dan Arab 6 kali. Kalo di Indonesia, baru dua kali diterjemahkan (Alamaak...dikit amat!!) oleh Koesalah Soebagyo Toer dari novel aslinya yang berbahasa Rusia.
Resensiku sih gak sebagus yang ditulis Profesor Willen V.Sikorsky, seorang ahli sastra Indonesia di Moskwa, yang jadi pembuka di buku Anna Karenina jilid I. Bagi yang dah baca, maaf ya kalo resensinya biasa-biasa aja. Yah...aku buatnya sih dari sudut pandang seorang pembaca pemula.
Hm..jadi gini nih ceritanya.
Buku ini bercerita soal kalangan ningrat Rusia yang tinggal pada zaman kerajaan (sebutannya feodal yah?) masih ada di Rusia. Dikisahkan tiga orang keluarga yang memiliki kisahnya masing-masing dan saling memiliki keterikatan saudara baik dari garis suami atau istri, ataupun keterikatan alumnus sebuah universitas di Rusia. Tokoh utamanya sendiri adalah Anna Karenina atau Anna Arkadyevna yang digambarkan sebagai bangsawan cantik, rambutnya dibuat kriwil, pandangan matanya sayu tapi tegas, leher jenjang dan berkulit putih terawat. Otaknya juga tokcer serta teguh pendirian.
Tiga keluarga itu adalah keluarga Karenin, Konstantin Levin dan Stiva Oblonskii yang berasal dari kalangan ningrat di Petesburg. Bangsawan Rusia saat itu masih menghargai nilai-nilai kesusilaan dan keluarga, meski kenyataannya banyak pula kalangan high society ini melakukan perbuatan menyimpang dan asusila.
Begitu pula salah pejabat terpandang Petersburg, Karenin yang menghadapi masalah besar atas perselingkuhan istrinya Anna Karenina. Karenin atau Aleksei Aleksandrovich Karenin mengetahui jika istrinya yang cantik, Anna berselingkuh dengan Aleksei Vronskii, seorang opsir muda tampan dari keluarga ternama.
Vronskii sangat mengagumi Anna dan ini membuat Anna memutuskan meninggalkan perkawinannya untuk hidup bersama dengan lelaki tampan itu. Alasannya, Anna tidak pernah mencintai Karenin meski telah menikah dengannya. Sebaliknya, dengan Vronskii, Anna merasakan cinta yang dicari-carinya selama ini.
Meski sempat mengakui jika telah jatuh cinta pada Vronskii, Anna akhirnya mengaku pada Karenin jika telah berselingkuh. Saat itu, Aleksei Aleksandrovna sempat tersinggung dan marah yang membuat hubungan keduanya bertambah renggang karena masih tinggal dalam satu rumah. Kondisi tegang makin menjadi karena Anna tetap nekad menemui Vronskii, meski tahu di zaman tersebut, perselingkuhan masih dikecam dan dikutuk masyarakat sekitarnya.
Ketegangan keduanya sempat mereda setelah Karenin dengan besar hati memaafkan Anna yang nyaris mati usai melahirkan Annie, anak hasil perselingkuhannya dengan Vronskii. Ancaman perceraian pun akhirnya dikubur dalam dan keduanya mencoba untuk melupakan pengkhianatan Anna dan mencoba untuk akur.
Meski bersyukur atas mukjizat yang telah turun, mengingat kondisi sosial Rusia saat itu, Anna tetap tidak bisa membohongi hatinya. Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Aleksei Aleksandrovna dan kabur bersama Vronskii ke luar negeri. Vronskii sendiri memutuskan untuk menghentikan karier cemerlangnya di dinas ketentaraan Rusia demi kekasih sejatinya Anna.
Selama berbulan-bulan, mereka mengecap kehidupan indah dalam balutan cinta. Anna ingin sekali bertemu dengan anaknya dan mengurus perceraiannya sehingga kembali ke Petersburg. Vronskii yang tahu jika perbuatan keduanya dikecam kalangan bangsawan, tak bisa menahan keinginan Anna. Di kota tersebut, Anna menjadi bulan-bulanan kecaman dan makian dari kalangan jet set Rusia.
Vronskii bukannya tidak membela namun hati Anna yang mengeras membuatnya kehabisan cara. Hidup keduanya makin memprihatinkan. Permintaan cerai Anna pada Aleksei Aleksandrovna juga ditolak. Belum lagi, rasa cemburu Anna makin menjadi karena Vronskii dianggap telah kehilangan cinta terhadap Anna dengan menemui lagi kekasihnya dahulu, sebelum hidup bersama Anna. Wanita cantik ini memutuskan mengakhiri hidupnya di rel KA untuk memberi pelajaran pada Vronskii yang dianggapnya tak setia lagi. Kematian ini membuat Aleksei Vronskii patah hati dan semangat hidupnya pun redup.
Keluarga kedua adalah pasangan Stepan Arkadyich dengan Darya Aleksandrovna atau Dolly. Keluarga ini berantakan setelah Stiva Oblonskii ketahuan berselingkuh dengan mantan guru prancis anaknya yang mengajar di sekolah. Sebagai seorang ningrat yang memuja nilai-nilai kesusilaan, apa yang dilakukan Stepan jelas menampar dirinya. Dia pun berniat untuk bercerai dan kabur ke rumah ayahnya Graf Shcherbatskii namun akhirnya batal. Lucunya, keduanya didamaikan oleh Anna yang saat itu belum berselingkuh dengan Vronskii.
Tapi pada akhirnya, kedua pasangan ini berpisah karena Stiva masih melakukan hobinya yang senang bergaul dengan perempuan-perempuan lain selain istrinya sendiri. Meski sempat menduduki jabatan tinggi, kariernya sendiri juga tidak terlalu bagus. Kondisi finansial keluarganya pun makin memburuk. Tanah pusaka dan simpanan di bank makin lama makin habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan diperburuk dengan hobi Stepan minum-minuman keras. Dolly akhirnya meninggalkan Stiva dengan setumpuk utang yang belum terbayarkan. Dolly sempat menolak membagi harta penjualan hutan yang dimilikinya pada Stepan.
Pasangan ideal yang didamba Tolstoi adalah Konstantin Levin dengan Keterina Shcherbatstkii atau Kitty. Kitty sendiri sempat jatuh cinta pada Vronskii namun jatuh sakit ketika tahu opsir ganteng itu memilih Anna ketimbang dirinya. Hatinya yang patah terobati setelah mengetahui Levin masih mencintainya dan mau menikahinya.
Levin, seorang tuan tanah dari desa digambarkan sebagai sosok lelaki gentle yang masih memegang erat nilai tradisi. Dia mencintai Kitty semenjak pertama kali dia mengenalnya lewat Stepan Arkadyich, suami Darya Aleksandrovna, kakak Kitty. Dia juga kaya raya. Tapi Levin digambarkan sebagai sosok yang menolak kehadiran Tuhan dan agama dalam hidupnya.
Keduanya hidup bahagia meski ada riak-riak yang menghadang. Namun setiap permasalahan selalu segera dipecahkan karena keduanya memikirkan perasaan dan posisi masing-masing sebagai pasangan suami istri. Satu-satunya yang membuat hubungan keduanya agak canggung adalah ketiadaan iman Levin, padahal Kitty adalah penganut Kristen Ortodoks tulen. Awalnya, hal ini tidak masalah namun keadaan berubah ketika keduanya memiliki anak. Pada perjalanan hidupnya, Levin akhirnya mau mempercayai keberadaan Tuhan dengan makin seringnya dia berdoa pada Tuhan.
Begitulah sekilas cerita buku Anna Karenina. Dan seperti kata para pujangga lain ataupun peresensi profesional, buku ini memang cukup menarik. Memotret kalangan bangsawan dari sudut mata bangsawan. Lev Tolstoi adalah bangsawan Rusia, anak dari Graf (Comte) Nikolai Ilyich Tolstoi seorang tentara berpangkat Letkol dalam perang melawan invasi Napoleon pada 1812-1814.
Dia memotret pada zaman itu telah terjadi penurunan moral para bangsawan yang seharusnya jadi patokan masyarakat Rusia. Kepercayaan pada Tuhan merosot drastis dan kehidupan hedonis menjadi warna yang sangat kentara saat itu.
Dalam novel ini, Tolstoi disebut bisa menceritakan pergulatan batin masing-masing karakter tokohnya dengan sangat teliti dan presisi. Sangat menarik. Usai membaca dua jilid novel ini, aku merasa lelah. Bukan karena bosan membaca buku ini tapi karena aku merasa jika AKU-lah yang jadi tokoh di buku itu.
AKU merasakan pertempuran hebat Anna, seorang wanita jujur, teguh dan punya aura kecantikan tinggi, yang memutuskan berselingkuh, meninggalkan suaminya yang pejabat ternama hingga akhirnya mati bunuh diri ditabrak KA.
AKU juga merasakan patah hatinya Levin saat tahu Kitty telah jatuh cinta dan menanti lamaran Vronskii. Tolstoi juga membuat aku percaya dan berpikir dengan pola pikir yang dianut Levin. Begitu juga Oblonskii. AKU pun merasakan kenyamanan Stiva yang seorang playboy, dalam menikmati hidup meski kondisi finansialnya kacau balau.
Tapi yang bikin aku bete dengan buku ini adalah penutup novelnya. Kurang dramatis gitu loh. Seharusnya ketika Anna mati bunuh diri, novelnya selesai dan dipungkasi dengan isak tangis sesal Vronskii. Sebaliknya, Tolstoi menutup kisah ini dengan pergulatan Levin yang akhirnya mempercayai adanya Tuhan dan keberdaan agama-agama di dunia.
Gak tau kenapa kok Tolstoi menutup ceritanya seperti itu. Kalau kata Profesor Willen, Tolstoi mencoba meredam ketegangan paska kematian Anna.
Ah...tapi rasanya kurang pas deh. Atau bener Tolstoi ya? Kan dia pujangga besarnya, jadi tahu gimana membuat penutup sebuah kisah.
Mana kutahu lah, toh pengarangnya aja dah mati 200 tahun lalu. Kikiksisksisksikik.
Comments