Pidato Steve Jobs di Acara Wisuda Stanford University
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang,
yang akan segera lulus dari salah satu universitas
terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana
wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita
pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup
tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester
pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18
bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.
Mengapa saya DO?
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya
adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan"
dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga
sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut
anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan
istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka
berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka
orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut
berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari
seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal
dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:
"Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa
ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah
angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak
menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru
melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua
saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan
tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun,
dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir
sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh
tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-
habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya
tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang
harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana
kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah
menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang
tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun
memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang
terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang
saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang
pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas
wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti
perkuliahan yang saya sukai.
Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak
punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar
teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola
agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan.
Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam
untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna.
Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu
karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata
kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di
AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus,
setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan
dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak
harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan
mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya
belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat
variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat
tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi
cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat
ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.
Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi
bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian,
ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama,
ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer
pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya
tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan
memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk
dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac,
maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya
tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas
kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.
Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu
sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun
kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.
Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik
dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya
dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya
bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di
masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun
lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak
perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak
masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi
orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami
bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari
hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar
dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk
terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan
saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang
Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring
pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir
sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan
bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan
lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi
kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan.
Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di
usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.
Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya,
tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.
Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa
yang harus saya lakukan. Saya merasa telah
mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya
-saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan
David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas
keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang
gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon
Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul
kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang
terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya
telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya
putuskan untuk mulai lagi dari awal.
Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru
saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian
terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang
sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula,
segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam
hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan
perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta
dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri
saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story,
dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di
dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan,
Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple,
dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi
jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene
dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.
Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya
tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun
sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala
kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan
kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya
yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya
menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan
apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan
maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan
menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan
sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu
yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan
apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya,
teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan
mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana
halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-
semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari
sampai ketemu. Jangan berhenti.
Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang
kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup
seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka
suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33
tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap
pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini
adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan
apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya
selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut,
saya tahu saya harus berubah.
Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat
penting yang saya temukan untuk membantu membuat
keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua
harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau
gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.
Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian
adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari
jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.
Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada
alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap
kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan
hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor
pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti
jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan
hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter
menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan
segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar
saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan
kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang
Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah
bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan
selamat tinggal.
Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan
diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan
endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung,
memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil
beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya,
yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat
selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis
mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang
sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya
dioperasi dan sehat sampai sekarang.
Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan
berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.
Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya
bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut
konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang
ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk
mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita.
Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus
demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari
kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya
maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda.
Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun
memang begitu.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan
menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan
dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang
lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda
sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang
terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata
hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada
apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor
dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang
bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah
satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan
oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak
jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya
sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu
itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop
publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik,
gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google
dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran
Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan
ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi
"The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik
ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu
pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di
sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan
pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui
jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay
Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu
Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi
tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya
selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang,
karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru,
saya harapkan Anda juga begitu.
STAY HUNGRY ! STAY FOOLISH !
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang,
yang akan segera lulus dari salah satu universitas
terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana
wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita
pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup
tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester
pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18
bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.
Mengapa saya DO?
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya
adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan"
dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga
sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut
anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan
istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka
berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka
orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut
berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari
seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal
dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:
"Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa
ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah
angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak
menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru
melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua
saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan
tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun,
dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir
sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh
tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-
habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya
tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang
harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana
kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah
menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang
tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun
memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang
terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang
saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang
pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas
wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti
perkuliahan yang saya sukai.
Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak
punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar
teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola
agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan.
Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam
untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna.
Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu
karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata
kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di
AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus,
setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan
dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak
harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan
mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya
belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat
variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat
tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi
cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat
ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.
Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi
bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian,
ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama,
ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer
pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya
tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan
memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk
dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac,
maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya
tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas
kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.
Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu
sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun
kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.
Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik
dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya
dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya
bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di
masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun
lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak
perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak
masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi
orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami
bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari
hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar
dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk
terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan
saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang
Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring
pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir
sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan
bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan
lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi
kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan.
Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di
usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.
Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya,
tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.
Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa
yang harus saya lakukan. Saya merasa telah
mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya
-saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan
David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas
keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang
gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon
Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul
kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang
terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya
telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya
putuskan untuk mulai lagi dari awal.
Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru
saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian
terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang
sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula,
segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam
hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan
perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta
dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri
saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story,
dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di
dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan,
Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple,
dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi
jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene
dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.
Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya
tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun
sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala
kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan
kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya
yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya
menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan
apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan
maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan
menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan
sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu
yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan
apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya,
teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan
mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana
halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-
semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari
sampai ketemu. Jangan berhenti.
Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang
kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup
seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka
suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33
tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap
pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini
adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan
apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya
selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut,
saya tahu saya harus berubah.
Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat
penting yang saya temukan untuk membantu membuat
keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua
harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau
gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.
Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian
adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari
jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.
Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada
alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap
kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan
hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor
pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti
jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan
hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter
menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan
segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar
saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan
kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang
Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah
bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan
selamat tinggal.
Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan
diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan
endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung,
memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil
beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya,
yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat
selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis
mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang
sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya
dioperasi dan sehat sampai sekarang.
Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan
berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.
Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya
bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut
konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang
ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk
mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita.
Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus
demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari
kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya
maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda.
Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun
memang begitu.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan
menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan
dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang
lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda
sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang
terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata
hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada
apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor
dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang
bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah
satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan
oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak
jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya
sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu
itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop
publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik,
gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google
dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran
Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan
ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi
"The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik
ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu
pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di
sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan
pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui
jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay
Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu
Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi
tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya
selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang,
karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru,
saya harapkan Anda juga begitu.
STAY HUNGRY ! STAY FOOLISH !
Comments