Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Jogja 2011 bakal digelar dalam dua minggu ke depan. Seperti tahun sebelumnya, Dinas Pendidikan Kota Jogja menerapkan sistem real time online (RTO) untuk pendaftaran SMP dan SMA/SMK. Dengan sistem yang lebih transparan, dinas mengimbau agar orang tua jeli memilih sekolah untuk anak-anaknya.
***
PENDAFTARAN yang dilakukan secara online mau tidak mau membuat sejumlah orang tua siswa harus menyiapkan strategi khusus agar tidak salah pilih. Salah satunya dengan pengerahan ’’pasukan’’ untuk memantau perkembangan pendaftaran di sekolah-sekolah.
Seperti yang diungkapkan salah satu orang tua siswa yang ditemui di kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Jogja, Bertha Winarni. Putrinya, Alfriska Deviane Puspita baru lulus dari SD Kanisius Wirobrajan dan ingin mendaftar di SMPN 2 dan SMPN 7 Jogja. Dia masih belum berani untuk berbicara peluang karena nilai ujian nasional (unas) SD baru diketahui hari ini (13/6).
’’Karena anaknya pengen ke sekolah di sana (SMPN 2 dan SMPN 7) ya saya turuti, asalkan nanti nilai unasnya mencukupi,” katanya.
Bertha mengaku sempat bingung dengan pelaksanaan PPDB terutama adanya perubahan jadwal pendaftaran yang dikeluarkan dindik. Wanita yang akan mendaftarkan dua anaknya ke SMP dan SMA itu sempat kelabakan dengan perubahan tersebut. Dia juga kewalahan ketika mengajukan penambahan nilai putrinya yang juara taekwondo tingkat Kota Jogjakarta. Pasalnya panitia penambahan nilai meminta nomor ujian padahal nomor ujian tersebut dipegang pihak sekolah. Beruntung, panitia akhirnya membuat kebijakan, untuk nomor ujian boleh menyusul.
’’Saya jadi lebih perhatian untuk terus memantau syarat-syarat maupun jadwal PPDB,” tuturnya.
Usai melakukan penambahan nilai, Bertha bersama putrinya bersiap untuk mengikuti proses pendataan bagi siswa pemegang KMS (kartu menuju sejahtera).
Meski sempat kebingungan, Bertha menilai pelaksanan PPDB tahun ini lebih rapi. Apalagi sosialisasinya hingga kelurahan. Melihat proses persiapan yang cukup matang, Bertha sudah menyiapkan strategi khusus. ’’Saya mau kerahkan saudara-saudara saya untuk melihat perkembangan di warnet atau di sekolah,” katanya.
Selain itu, dengan mencocokkan nilai ujian anaknya dengan sebaran nilai unas yang ada di kota Jogja. Sebagai peserta KMS, menurut Bertha, persaingannya tidak terlalu berat. Dia mengatakan, jika ternyata nilai unas Alfriska cukup tinggi maka dia akan dimasukkan ke SMPN 2. Namun, jika nilainya tidak begitu tinggi, dia memilih untuk memindahkan ke SMPN 7.
’’Saya tekankan pada anak saya bahwa tidak usah melihat sekolahnya tetapi yang penting prestasi sekolah harus terus digenjot,” tuturnya.
Persaingan untuk masuk sekolah di Jogja memang sangat kompetitif karena Dindik Kota Jogja memberlakukan sejumlah kebijakan khusus. Salah satunya, adanya penghargaan terhadap siswa berprestasi dalam bentuk penambahan nilai. Hal ini membuat sebaran nilai tidak melulu mengacu pada hasil unas. Meski dindik memberlakukan kuota, adanya siswa dari luar kota yang ingin masuk ke sekolah di kota ini membuat persaingan makin ketat.
Meski begitu, Kepala Dindik Kota Jogja Edy Heri Suasana meminta agar orang tua tidak terlalu panik dalam mendaftarkan anak-anaknya. Dia juga mengimbau agar saat mendaftar tidak perlu mengerahkan ’’pasukan’’ untuk memantau perkembangan PPDB. Pejabat berkacamata itu lalu memberi beberapa tips agar orang tua dan siswa tidak salah memilih sekolah. Yang pertama, orang tua harus sudah memegang data mengenai sebaran nilai hasil unas baik jenjang SD maupun SMP.
’’Dari sebaran nilai itu, kita bisa mengetahui di mana posisi anak kita dan sekolah mana yang bisa dituju,” tuturnya.
Setelah mengetahui posisi nilai, maka harus melihat kuota yang tersedia di masing-masing sekolah. Dia mencontohkan, jika ada siswa lulusan SMP memiliki nilai 37,5 harus dicocokkan dengan sebaran nilai yang dikeluarkan dindik. Dari sana diketahui bahwa jumlah yang lulus dengan nilai tersebut ada 52 orang.
’’Tapi, yang harus dilihat orang tua adalah kumulatif jumlah siswa yang lulus hingga nilai sebesar itu (37,5),” katanya.
Dari data yang dikeluarkan dindik, kumulatif siswa hingga batas 37,5 sebanyak 388 orang. Andaikan siswa tersebut ingin masuk ke SMAN xx yang terkenal favorit dan selama ini memiliki input siswa dengan nilai tinggi dengan daya tampung hanya 220 kursi, maka peluang siswa tersebut tertutup.
’’Karena dia berada di urutan 388 dan di atasnya ada banyak yang punya nilai lebih baik,” katanya.
Selain itu, juga perlu dilihat posisi siswa di dalam kuota dalam satu kota di Jogjakarta. Mantan kepala Kantor Taman Pintar itu mencontohkan, kuota SMA negeri di Jogja ’’hanya’’ 2.581. Melihat sebaran nilai unas SMP tahun ini dengan jumlah lulusan lebih dari 7.000 siswa, maka secara matematis, mereka yang berpeluang masuk sekolah negeri nilainya paling rendah ada di sekitar 33,51.
Edy mengingatkan, pemilihan sekolah yang dituju benar-benar harus dipertimbangan secara matang. Sebab, setelah melakukan pendaftaran maka data akan dimasukkan dalam sistem RTO (real time online). Sehingga, ketika siswa menyatakan mencabut pendaftarannya, maka haknya ikut PPDB menjadi gugur.
’’Saya harap tidak ada pencabutan pendaftaran dengan tips tadi. Jadi menentukan sekolah jangan gambling,” pesan Edy. (sit/ari)
***
PENDAFTARAN yang dilakukan secara online mau tidak mau membuat sejumlah orang tua siswa harus menyiapkan strategi khusus agar tidak salah pilih. Salah satunya dengan pengerahan ’’pasukan’’ untuk memantau perkembangan pendaftaran di sekolah-sekolah.
Seperti yang diungkapkan salah satu orang tua siswa yang ditemui di kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Jogja, Bertha Winarni. Putrinya, Alfriska Deviane Puspita baru lulus dari SD Kanisius Wirobrajan dan ingin mendaftar di SMPN 2 dan SMPN 7 Jogja. Dia masih belum berani untuk berbicara peluang karena nilai ujian nasional (unas) SD baru diketahui hari ini (13/6).
’’Karena anaknya pengen ke sekolah di sana (SMPN 2 dan SMPN 7) ya saya turuti, asalkan nanti nilai unasnya mencukupi,” katanya.
Bertha mengaku sempat bingung dengan pelaksanaan PPDB terutama adanya perubahan jadwal pendaftaran yang dikeluarkan dindik. Wanita yang akan mendaftarkan dua anaknya ke SMP dan SMA itu sempat kelabakan dengan perubahan tersebut. Dia juga kewalahan ketika mengajukan penambahan nilai putrinya yang juara taekwondo tingkat Kota Jogjakarta. Pasalnya panitia penambahan nilai meminta nomor ujian padahal nomor ujian tersebut dipegang pihak sekolah. Beruntung, panitia akhirnya membuat kebijakan, untuk nomor ujian boleh menyusul.
’’Saya jadi lebih perhatian untuk terus memantau syarat-syarat maupun jadwal PPDB,” tuturnya.
Usai melakukan penambahan nilai, Bertha bersama putrinya bersiap untuk mengikuti proses pendataan bagi siswa pemegang KMS (kartu menuju sejahtera).
Meski sempat kebingungan, Bertha menilai pelaksanan PPDB tahun ini lebih rapi. Apalagi sosialisasinya hingga kelurahan. Melihat proses persiapan yang cukup matang, Bertha sudah menyiapkan strategi khusus. ’’Saya mau kerahkan saudara-saudara saya untuk melihat perkembangan di warnet atau di sekolah,” katanya.
Selain itu, dengan mencocokkan nilai ujian anaknya dengan sebaran nilai unas yang ada di kota Jogja. Sebagai peserta KMS, menurut Bertha, persaingannya tidak terlalu berat. Dia mengatakan, jika ternyata nilai unas Alfriska cukup tinggi maka dia akan dimasukkan ke SMPN 2. Namun, jika nilainya tidak begitu tinggi, dia memilih untuk memindahkan ke SMPN 7.
’’Saya tekankan pada anak saya bahwa tidak usah melihat sekolahnya tetapi yang penting prestasi sekolah harus terus digenjot,” tuturnya.
Persaingan untuk masuk sekolah di Jogja memang sangat kompetitif karena Dindik Kota Jogja memberlakukan sejumlah kebijakan khusus. Salah satunya, adanya penghargaan terhadap siswa berprestasi dalam bentuk penambahan nilai. Hal ini membuat sebaran nilai tidak melulu mengacu pada hasil unas. Meski dindik memberlakukan kuota, adanya siswa dari luar kota yang ingin masuk ke sekolah di kota ini membuat persaingan makin ketat.
Meski begitu, Kepala Dindik Kota Jogja Edy Heri Suasana meminta agar orang tua tidak terlalu panik dalam mendaftarkan anak-anaknya. Dia juga mengimbau agar saat mendaftar tidak perlu mengerahkan ’’pasukan’’ untuk memantau perkembangan PPDB. Pejabat berkacamata itu lalu memberi beberapa tips agar orang tua dan siswa tidak salah memilih sekolah. Yang pertama, orang tua harus sudah memegang data mengenai sebaran nilai hasil unas baik jenjang SD maupun SMP.
’’Dari sebaran nilai itu, kita bisa mengetahui di mana posisi anak kita dan sekolah mana yang bisa dituju,” tuturnya.
Setelah mengetahui posisi nilai, maka harus melihat kuota yang tersedia di masing-masing sekolah. Dia mencontohkan, jika ada siswa lulusan SMP memiliki nilai 37,5 harus dicocokkan dengan sebaran nilai yang dikeluarkan dindik. Dari sana diketahui bahwa jumlah yang lulus dengan nilai tersebut ada 52 orang.
’’Tapi, yang harus dilihat orang tua adalah kumulatif jumlah siswa yang lulus hingga nilai sebesar itu (37,5),” katanya.
Dari data yang dikeluarkan dindik, kumulatif siswa hingga batas 37,5 sebanyak 388 orang. Andaikan siswa tersebut ingin masuk ke SMAN xx yang terkenal favorit dan selama ini memiliki input siswa dengan nilai tinggi dengan daya tampung hanya 220 kursi, maka peluang siswa tersebut tertutup.
’’Karena dia berada di urutan 388 dan di atasnya ada banyak yang punya nilai lebih baik,” katanya.
Selain itu, juga perlu dilihat posisi siswa di dalam kuota dalam satu kota di Jogjakarta. Mantan kepala Kantor Taman Pintar itu mencontohkan, kuota SMA negeri di Jogja ’’hanya’’ 2.581. Melihat sebaran nilai unas SMP tahun ini dengan jumlah lulusan lebih dari 7.000 siswa, maka secara matematis, mereka yang berpeluang masuk sekolah negeri nilainya paling rendah ada di sekitar 33,51.
Edy mengingatkan, pemilihan sekolah yang dituju benar-benar harus dipertimbangan secara matang. Sebab, setelah melakukan pendaftaran maka data akan dimasukkan dalam sistem RTO (real time online). Sehingga, ketika siswa menyatakan mencabut pendaftarannya, maka haknya ikut PPDB menjadi gugur.
’’Saya harap tidak ada pencabutan pendaftaran dengan tips tadi. Jadi menentukan sekolah jangan gambling,” pesan Edy. (sit/ari)
Comments