Skip to main content

A Long Trip For A New Year 2009 (2)

Pergantian tahun 2008 ke 2009 kemarin mungkin gak spesial bagi sebagian orang. Tapi buat aku, acara pergantian kemarin tuh lucu sekaligus aneh tapi berkesan buat aku. Ya gimana gak berkesan, aneh, dan lucu wong waktu perayaan kemarin tuh rencananya ke Batu. Lah kok jadi nyasar ke rumahnya mas Iwan di daerah Rungkut. EO-nya sendiri juga garing gak ada susunan acara yang keren gitu. Tapi anehnya, kita tetap have fun dengan acara bakar-bakaran yang aku sendiri gak jelas ikan apa yang dibakar.

hahahhaha
jadi lucu kan. atau maksa untuk lucu??? hahahaha
yang bikin jadi berkesan ini adalah even pertama kalinya aku ngumpul ama anak-anak SP (meski gak semuanya) setelah 6 bulan bergabung di media ini. Hmm...tahun baru harapan baru. Harapanku sih hidupku lebih baik, karirku makin meningkat dan semuanya berjalan lancar meski gak harus selalu mulus. Amiiin.

Happy New Year!!!!!!!!!!



Ini dia lagi siap-siap untuk membakar ikan-ikan. Lucunya, ikan yang mau dibakar tuh lengket bertumpuk enam. akhirnya ketika waktu mau bakar tuh ikan, dibutuhkan waktu sekitar satu jam dan dibutuhkan 5 lelaki bertenaga cukup besar untuk memisahkan ikan kembar dempet dada ini. hahahah



ayo........kita bakar-bakar...ikannya mulai dibakar. hmm...gak ada rasa, gak ada bau yang menarik yang membuat lidah berhasrat untuk menyantap ikan itu. satu-satunya penghibur adalah warna ikan yang menjadi kuning dan terlihat sedikit gosong. Terlihat lezat...(pada akhirnya gak ada rasanya, tapi kok tetap habis yo?) hehehe.




It's time to the corn!
jagung saatnya membakar jagung....jagung.
sebenernya sih dah kenyang tapi kok melihat jagung nganggur jadi gak tega. mending ikutan dibakar deh. jadilah kita bakar-bakaran periode II.











puas makan, saatnya tidur.
Ssst....ada yang ngorok. siapa ya???

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej