Skip to main content

A Long Trip For A New Year 2009 (1)



Toet....toettt..!!!!!!!

Kali ini, pergantian tahun baru 2009 tidak seperti biasanya.
Emang biasanya gimana?? Biasanya sih kita liputan, terus wawancara ma gubernur lalu tiup terompet bareng-bareng. Abis itu, nongkrong ampe pagi trus barusan pulang.

Lah tahun ini???
Tahun ini sih sama aja. Bedanya aku gak liputan gitu. hehehhhe

Pastinya tahun ini, aku sudah memulai libur akhir tahunku sejak Natal digelar. Hehehe...ya iyalah. Bulan Desember kemarin kan banyak libur, akhir bulan, berdekatan lagi!
tangal 27-29 Desember aku ngabur ke Pekalongan buat ketemu kakakku dan mbak iparku. Emang sih itu rencana mendadak, soalnya aku pulang kantor sekitar jam 10-an gitu. Daripada basi di rumah mendingan aku cabut kemana ya??

Setelah kupikir-pikir, hmm...kayaknya seru deh ke Pekalongan. Akhirnya...dok! disepakati kesana. Aku pun langsung pesan tiket bus Ezri ke Pekalongan malam itu juga. Nekad sebenarnya, karena aku gak pernah ke kota itu. Ya sering sih waktu jamannya masih suka mudik dari Bekasi ke Surabaya. Tapi waktu itu kan bareng-bareng, nah sekarang kan sendirian.

Kupikir sih, gak papa lah buat seru-seruan. Perjalanannya sih seru juga. Bayangin jam 6 aku baru order taksi ke rumah, padahal dah disuruh kumpul 18.30 WIB. Dan ternyata taksi itu gak datang juga hingga 18.25!! Jelas aja aku kelabakan! Bolak-balik aku telepon operator untuk segera kirim taksinya.

Karena gak jelas juga, akhirnya aku kabur ke tetangga. Thanks God!!!!! Tetanggaku ada yang jadi profesi supir taksi, langsung aku sewa dan meluncur ke pangkalan Bus Ezri di daerah Demak gituuu. Ujan-ujan gak karuan, jalanan mulai menggenang, akhirnya sampe juga aku di pangkalan bus. Eh...ndilalah kok ternyata bus-nya belum berangkat meski jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.00 :p

Pada akhirnya bus berangkat 19.30 WIB. hahhaha jauh amat ya ama yang diomongin ma operator busnya. hadow..hadow...hadow...

Untungnya, datang di Pekalongan tepat waktu. Jadi aku pun kontak mas ku dan minta dijemput di terminal lama pekalongan. setelah istirahat beberapa jam, kita pun kabur ke Kabupaten Pekalongan. Disana ada sebuah tempat wisata, yang aku gak tau namanya, yang punya fasilitas kolam renang, aula dan tempat makan lesehan.

Dan ternyata yang datang, buanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banged. Hadow!!! Padahal aku jauh-jauh dari Surabaya udah menyiapin baju renang. Ngeliat banyaknya orang yang berenang, aku jadi ngeper. Apalagi kolam renang yang khusus dewasa, isinya bapak-bapak semua. Hiks...berenang enggak berenang enggak ya? Akhirnya aku milih nyebur.

Byurrr...!!!!

Segarnya air kolam renang di Pekalongan. Airnya dingin dan lokasinya enaak banget. Di wilayah pegunungan dengan pemandangan pegunungan. Kolam renang ini juga dikelilingi sawah-sawah. Wuih...pokoknya seger banget lah!

Malamnya, kita jalan-jalan keliling kota Pekalongan dan salah satunya mengunjungi masjid Jami' Pekalongan. Setelah itu, mampir ke Pasar Kraton untuk membeli hal kecil yang vital. (apa itu? rahasia.hahahaha)

Liburan pun berlanjut keesokan harinya.
Kali ini, aku diajak mengunjungi Pantai Sigandu di Kabupaten Batang. Pantainya bersih banget..banget..banget..Masuk ke areal pantai emang bayar tapi cuman Rp 2000 per orang. Kalo dari segi fasilitas sih emang gak ada apa-apanya termasuk yang jualan pun gak banyak-banyak amat.

Tapi lokasinya itu looh masih bersih dan alami banget. ombaknya emang gak gede amat, hawanya terasa sejuk. Apalagi waktu itu cuaca lagi agak mendung, tapi hangat, gak panas gitu loh. Waaah...senangnya! Sayangnya, karena saya sudah tidak punya baju ganti, maka saya memilih untuk tidak berenang di pantai. hiks....

Orang-orang di sekitar pantai tampaknya gak banyak yang datang kesini. barangkali udah keseringan maen ke pantai kali yaa. Hah! Benar kayaknya. Hahahaha. Mungkin juga karena kurang promosi yah, jadinya gak banyak turis mengunjungi pantai ini.

Pasir di pantai ini hitam. Tapi jangan salah, tempatnya bisa jadi sangat romantis. Pinggir pantai yang memanjang bikin kita leluasa untuk menyisir pantai sesekali kaki kita dicium oleh ombak. Sesekali, kita bisa memunguti kulit kerang yang berserakan membentuk pola-pola indah. Atau kalo mau, kita bikin istana pasir disana, atau mau bikin buaya pasir. hehehe



Eh jangan heran ya kalo selama liburan di Pekalongan, aku lintas kabupaten gitu. Maklum namanya juga kota kecil, kemana-mana dekat. Kota Pekalongan dengan wilayah seluas 4.525 ha terbagi dalam 4 kecamatan ( kecamatan Pekalongan utara, Barat, Selatan dan Timur ) serta 46 kelurahan. Penduduk Kota Pekalongan sebanyak 263.574 jiwa dan 66 persennya merupakan usia kerja. Kota Pekalongan, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan.

Kota yang mendapat julukan kota batik ini terletak di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat Semarang, atau 384 sebelah timur Jakarta. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga.

Makanan khas Pekalongan adalah adalah megono, yakni irisan nangka dicampur dengan sambal bumbu kelapa. Makanan ini umumnya dihidangkan saat masih panas dan dicampur dengan petai dan ikan bakar sebagai menu tambahan. Sayangnya, aku menikmatinya enggak dengan petai atau ikan bakar, tapi ama tempe goreng. Agak aneh sih rasanya tapi tetap Nyummy....! Rasa baru emang selalu menggoda lidah. :p


Hoaaah.....pulang dari pantai terasa lelah. Mengantuk lagi. Tapi aku menyempatkan diri mampir ke pusat grosir buat beli batik. Bukannya apa-apa, baju yang kukenakan basah semua dan kotor oleh air pantai. Apalagi aku dah ga bawa ganti baju lagi. heheheheh.Udah itu, mulai deh aku siap-siap untuk balik ke Surabaya.

Oh ya untuk kawan-kawan yang mau ke Pekalongan, saya sarankan untuk tidak menggunakan bus Coyo. Bukannya black campaign, tapi sumpeh deh ampyun-ampyun naik bus itu. Udah kayak naik bus setan aja, gak tau tanda, gak kenal rem, gak kenal takut! Aduh ngerii!!!! Aku ampe gak bisa tidur nyenyak. Aku bete soalnya paginya aku harus langsung kerja. Duh!

Comments

LOMBOK! said…
WUJUDKAN UPAH LAYAK MINIMUM JURNALIS rp 2,7 juta!!!

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej