Skip to main content

A half day at Tunjungan Plaza

A new record has been created!!
It’s the first time for me to be at mall for almost six hours 2 pm untill 8 pm!
Ceritanya adalah kemarin Senin (22/9) ane kan lagi libur tuh, jatah piket kuambil hari itu juga soalnya pegeeeelll banget dah kemarin liputannya. Aduh..aduh..aduh...rasanya Minggu (21/9) kemarin teh isinya kepengen nangis ajah. Udah puasa,panas pisan.

So..so..so maka akhirnya aku ambil libur di hari Senin itu. Karena libur, ya...bangun siang gitu deh. Well, sebenernya gak siang juga sih. Itu emang jam bangun tidurku, yaitu setengah sembilan. It’s a normal time for me to wake up. Since work at Surabaya Post, i have to wake up at leas 6.30 am! What a hard work :D

Pagi-pagi gw dah cuci-cuci baju yang dah menumpuk di keranjang baju. Hmm...mencuci merupakan salah satu kegiatan rutin favoritku. Yang paling gak tahan adalah setelah baju kering aku harus seterika. Kok bisa? Ya seterika kan harus mulus dong, rapi gitu loh. Tapi susah juga apalagi kalau seterikaanya kepanasan, baju bisa gosong :(
After that, my mother ask me to accompany my sister, Lalak who wants to find a new shoes for her. Because i don’t have nothing to do, i said why not?

Beberes...beberes...maka berangkatlah ke tunjungan plasa karena adekku tuh bilang dah nemu sepatu yang diinginkan. Sebenernya aku dah bilang kayaknya tuh sepatu gak bakal ada di tempatnya soalnya kan hari gini orang pada belanja. Siapa cepat dia yang dapat.

Tapi karena adekku yakin bin optimis, oke deh melaju kesana. Lagian, aku dah lamaaaaa banget gak ke TP. Mo lihat, ada perubahan apa sih di mall paling terkenal di Surabaya ini. Sesampai disana, aku gak sempet liat-liat kondisi terbaru TP soalnya banyak banget dah orang yang datang ke mall ini. Meski tidak jadi sesempit Royal Plaza, tapi banyaknya orang membuat aku lupa keinginan satu itu.

Maka meluncurlah diriku menyusul Lalak yang sudah stil yakin menuju konternya jual sepatu Matahari. Disana jumlah orang yang belanja makin buanyaaaaak, aduh..aku jadi pusing sendiri. Tapi tampang adekku bahkan lebih bingung dari diriku. Selidik punya selidik, ternyata sepatu yang diincarnya dah menghilang entah kemana. Dia pun mencoba mencari-cari diantara sepatu yang ada serta di sela-sela orang-orang yang tengah belanja. Aku? Aku sih liat-liat dikiiit tapi lebih banyak duduknya. Soalnya pusing euy ngeliat orang belanja segitu banyak.

Lama di Matahari, akhirnya adekku menyerah. Dia malah mengajakku untuk pergi ke Delta Plaza. Mm...boleh juga sih. Tapi gimana kalau kita putar-putar dulu disini, kita masuki semua toko sepatu yang ada sampai ketemu jenis sepatu yang pas untuk kamu, kata aku.

Usulan ini akhirnya diterima. Maka putar-putarlah kita memasuki toko-toko sepatu yang ada yang entah apa nama kiosnya. Sampai suatu ketika mampir ke toko yang dompetnya ditaksir oleh Lalak. Masuklah dan pilih-pilihlah dompet yang kiranya cucok. Setelah pilah dan pilih selama setengah jam lebih gitu deh, akhirnya ketemu dompet yang pas wat adekku. Dompetnya sih simpel, warna pink dengan bahan dompet dari kain Oscar. Harganya? Yang jelas menguras THR yang dia terima. Hehehehhe

Awalnya sih aku kaget dengan pilihan dia. Aku pun mencoba agar dia tidak usah membeli dompet itu. Cuman karena dia ngebet banget dan kecewa paska kegagalannya mendapatkan sepatu yang diinginkannya, akhirnya aku meluluskan permintaannya untuk beli dompet itu. Puff...setengah guyon aku bilang ke adekku. ”Mulai hari ini, isi dompet dilarang kurang dari Rp 200 ribu!,” kataku sembari ngakak.

So putar-putar lagi.Tapi kali ini semangat hunting sepatu dah gak ada soalnya Lalak dah dapat dompet baru. Lah kok ndilalah masuk ke konter Bata, dia ketemu sepatu yang cocok. Dia pun kepengen dan pengen banget. Yawda, kali ini giliran aku yang merogoh dompetku. Yang bikin seneng, dia sumringah setengah mati dapat sepatu itu. Hihihihihhihihi

Ups dah setengah lima jadi aku cepet-cepet cari musholla untuk sholat ashar. Setelah itu, kita pilih langsung ke Solaria. Pesen dua porsi plus minuman, masih sempet juga kita ber-narsis ria. Nih..nih..liat deh foto-foto kita berdua. Disaksikan oleh waitress, kita mah cuek jeprat-jepret pake kamera ponsel. Mmm...fotogenik juga yah wajahku



Nunggu setengah jam lebih, ibu tiba-tiba telepon dan mengabarkan kalau waktu berbuka sudah tiba. Waaaaah...langsung deh kita berdua menyerbu nasi goreng yang sudah terjadi. Sebenernya adekku gak puasa kemarin, tapi kok lapernya ngalah-ngalahin laperku yah? Dasar adek yang aneh!

Nah, berbuka di Solaria tampaknya menyuntikkan energi baru. Buktinya, setelah sholat Maghrib, kita memutuskan untuk keliling Tunjungan Plaza lagi! Kali ini, kita mampir ke gerai Sony Ericsson. Aku naksir hape W580i juga ponsel yang dipamerin di gerai itu (hehehhheheehe). But karena ini lagi puasa, kayaknya harganya lebih mahal deh. So aku putusin untuk liat-liat aja deh

Terus...kita juga nerusin jalan-jalan ke Gramedia dan disana beli VCD berjudul Hoax dan Number 23. Lalu kita windows shopping di Matahari (lagi).


Saat menuju ke Matahari, kita sempetin foto dibawah tangga berjalan (eskalator) meski hasilnya goyang (sempet-sempetnya). Di Matahari kali ini, alasannya nyariin mangkok es buah gitu deh. Cuman ya mampir ke bagian baju-baju, celana jeans ampe liat ‘kacamata’. Hahahahhaha.... Tapi begitu ketemu mangkok es buah yang dicari, eh kok malah gak jadi beli. Abis lebih mahal ketimbang toko satunya sih. Wkawkekakkwakekakak.

Lah kok setelah itu tetep aja masih ngajak jalan-jalan. Kali ini ke Hero lantai dasar. Disana nyariin daging burger dan roti for mommy. Puff...untungnya aku pake sepatu Pollux. Meski hak setinggi 3 cm, tapi aku gak ngerasa capek banget. Beda kalo aku pake sepatu connextion yang tinggi hak sepatunya juga sama. Kenapa bisa gitu? Gak tau juga sih kok bisa ada beda-beda gitu.


Yang menarik, selama kita jalan-jalan itu banyak hal kita bicarakan. Mulai dari model sepatu, jenis hape keluaran terbaru, temen-temen kita, menu yang paling enak di Solaria, and about our family. Bahkan sepanjang jalan-jalan itu, kita banyak ketawa. Contoh yang paling seru adalah ketika kita lihat baju tidur. Kok ya ada ide untuk membelikan ibu baju daster itu. Selain harganya lumayan murah, bentuknya lucu-lucu dan jadi bahan lelucon. ”Mbak..mbak...ibu mau ikutan ospek nih. Liat dasternya penuh dengan pita-pita,” kata adekku sambil terbahak-bahak.

Oalah, Senin kemarin emang bener-bener menyenangkan. Clearly it’s cost some money because i must several times to ATM. Tapi gak masalah karena peristiwa hari ini cukup berkesan dan jarang bisa terjadi karena aku sibuk kerja (atau sok sibuk yah??). Met Lebaran dan mudik pren!Taqaballahu minna wa minkum, taqaballahu yaa kariim.

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej