Dear Jokowi, Maaf kalau saya begitu lancang menyapa panjenengan dengan sebutan “dear”. Itu bukan karena saya mencintai panjenengan, tapi juga tidak bermaksud untuk mencela apalagi menghina seperti politikus saingan panjenengan. Saya hanya peduli sama panjenengan. Surat ini untuk memberi semangat pada panjenengan, bahwa saya sangat tersentuh dengan gaya kepemimpinan yang ditunjukkan selama ini. Karakter yang tetap panjenengan pertahankan sejak memimpin Solo selama dua periode – meski periode yang terakhir ‘terpaksa’ diserahkan ke FX Hadi Rudyatmo karena desakan partai. Saya tidak mau mengingat-ingat masa yang sudah lampau itu. Saya sudah mahfum dan bagi sebagian besar masyarakat kita mungkin juga tidak mau mempermasalahkannya lagi. Saya menulis surat ini karena saya terharu, panjenengan tetap blusukan ke kampung-kampung meski sekarang banjir bandang – sesuatu yang tidak pernah ditemui warga Jakarta sebelumnya. Tidur pun tetap beberapa jam. Dialog dan diskusi dengan warga. Turun
happy, healthy, wealthy