Skip to main content

Menikah Itu Nggak Bisa Nyontek

Kisruh pernikahan Enji-Ayu Tingting yang diikuti dengan "numpang ngetopnya" sejumlah perempuan makin meruncing. Mereka - satu di antaranya - bahkan mengaku berhubungan secara hati dan fisik dengan anak dari mantan Kapolri Bambang Hendarso Danuri.

Beud....
Kejamnya dunia entertainmen dan artis di luar sana. Hmmm..saya sih gak mau ikutan komen soal mereka.

Saya tidak mau terjebak dalam kisruh dan kehebohan infotainmen soal kisah Ayu. Cuma berusaha mengambil makna dari keributan mereka yang gak jelas ujung-pangkalnya itu. Wong pasutri lagi ribut dikomporin infotainmen...hasilnya yang nonton ikutan ribet.

Bukan ribet siapa yang salah atau benar. Tapi jadinya heran : ini apa-apaan sih. Yang ada saya berkomentar mereka tidak menghargai pernikahan dan seenaknya kayak gak hidup dengan orang lain aja.

Hihihiih...gak emosi sih nulisnya. Setelah nulis gitu juga jadi mikir...apa bisa saya untuk tidak berbuat seperti mereka? Bisa akur terus? Bisa mencapai mimpi bersama ? Wallahualam....

Tapi saya BERNIAT seperti itu, hidup bersama sampai semua mimpi kami tercapai dan tetap mesra selamanya. 

Gak bisa bro niru 100 persen kehidupan pernikahan orang lain. 
Seperti kata orang, pernikahan itu tidak melulu tentang seks dan kemana-mana pergi berdua. Itu hanya satu-dua faktor yang ada di dalam pernikahan. Lainnya? Ada banyak hal yang harus dipikirkan secara serius dan matang. Meski banyak mendapatkan masukan dari teman-teman baik yang punya pengalaman baik maupun yang punya pengalaman buruk, toh saya tetap berjuang keras supaya pernikahan ini tetap berjalan.

Mau nyontek gaya hidup pernikahan teman Melati sulit diterapkan. Mau nyontek gaya hidup pernikahan Kumbang juga susah. Gak bisa bro niru 100 persen kehidupan pernikahan orang lain. 

Menurut saya, ego menjadi hal yang paling penting untuk dikelola. Ego membuat orang bergairah, tertantang dan membuat hidup lebih berarti. Tapi bisa pula membuat kehidupan kita jadi rusak, hancur dan berantakan. Ngeri.........Tapi jangan samakan diam saja dengan kemampuan mengelola ego. Bersikap diam malah lebih berbahaya karena menyimpan emosi, suatu saat akan meledak begitu hebat.

Mengelola ego ini membutuhkan keterampilan khusus. Ada banyak trik yang bisa dipaparkan disini atau googling sendiri. Tapi  saya berusaha memahami ketika menghadapi ego - baik dari dalam diri maupun dari pasangan  .Memahami bahwa tiap orang memiliki keinginan, pemikiran dan tujuan yang sudah dicanangkan ketika belum menikah. Kan kadang kita udah punya gambaran, khayalan kalau menikah harus punya A, B, C dan harus BEGINI dan BEGITU.

Padahal setelah menikah, pasangan kita juga punya khayalan yang sama, gambaran yang sama. Uhmmm...trus gimana dong? Ya jelasnya kita harus memahami keinginan, pemikiran dan tujuannya. Ya jelas dong, kan kita menikah. Mosok satunya ke Tunjungan Plaza, satunya ke Delta Plaza? Hheheheh... 


Gampang? Nggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk

Banyak susahnya karena secara natural, kita tidak ingin keinginan kita tidak tercapai atau dikalahkan oleh kepentingan yang lain. Apalagi saya adalah jenis perempuan yang tidak bisa diblokir kalau udah punya keinginan. Maju terusssssssssssssss sampai dapat. Maka saya pun belajar untuk mau berbagi tentang keinginan dan cita-cita dengan pasangan.

Kalau sudah paham, maka kita bisa menaklukkan ego. Kita bisa mengelola ego kita menjadi lebih positif. Tidak emosi tapi juga tidak pesimistis. Semua tujuan hidup jadinya terlihat lebih terang dan mudah. Tidak perlu saling merasa berjasa dalam menyelesaikan masalah, tidak perlu gengsi untuk meminta maaf meski tidak salah. Dan kalau sudah ada yang minta maaf, pasangan jangan malah membesar-besarkan masalah yang sudah selesai.

Teoriku seperti itu. Paling gak hal itu manjur menguraikan perdebatan....gak langsung sih, tapi selalu ada proses. Dan dalam proses itulah yang kita bisa mendapatkan manfaat dan makna dalam pernikahan.


Dalam bahasa yang lebih singkat, menikah itu harus supeeeeeeerrrrrrrrr sabaaaaaaaaaaaaaarrrrrrr  dan ikhlaaaaaaaaaaass. Insya Allah, akan diberi kebaikan bagi kita dan pasangan.


Mungkin terdengar terlalu "mentah". Belum masak dan belum mantap benar sih, maklum masih new couple.  

But heyy....it's a life to love. So learn over and over again isn't that bad. heheheh 

Cemungudh.......!!!

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej