Skip to main content

Mengapa Butuh ASURANSI ?


Apa yang terpikir ketika mendengar kata ASURANSI ?

Dulu, mendengar kata ini, langsung terpikir mengenai bisnis pembohongan jamaah sebuah perusahaan terhadap masyarakat.
Saya harus berani jujur pada diri sendiri meski akhirnya sekarang saya ikut-ikutan berkecimpung di bisnis ini.  

AWALNYA, saya  mengira pemikiran semacam itulah yang sesungguhnya terjadi dalam bisnis asuransi. 
 
Ternyata TIDAK. 

Memang ada unsur mengambil keuntungan. Wajar. Namanya juga bisnis, namanya juga perusahaan...pastilah mengambil untung. Namun, manfaat asuransi baru saya rasakan setelah saya opname di Jogja International Hospital. Dalam diagnosa, dokter  mengatakan asam lambung saya naik  tinggi yang kemungkinan dipicu oleh stress yang berkelanjutan. 

Setelah bla-bla-bla dan tidur semalaman, saya terkejut ternyata kantor media tempat saya bernaung menolak untuk memberikan bantuan pengobatan. Padahal yang membawa ke rumah sakit itu bukan atas keinginan saya. Alasannya, surat keputusan saya sebagai pegawai tetap di kantor tersebut belum keluar. Saya rasanya dongkol karena kantor sudah memotong gaji seperti laiknya pegawai tetap tapi menolak memberikan fasilitas kesehatan. Huh…rasanya ingin menangis. 

Taaaaapi….saya merasa lega karena tidak ditarik biaya apapun saat mau pulang dari rumah sakit. Padahal tagihannya bisa bikin geleng-geleng. Numpang tidur di sebuah rumah sakit taraf internasional di Jogja menghabiskan duit Rp 1,5 juta. 

UNTUNGNYA ada PRUDENTIAL. 

Daaaaan……….asuransi juga makin dibutuhkan ketika BPJS Kesehatan dimulai pada tahun 2014 mendatang. Daaaaaaaaaaan….tidak semua masyarakat Indonesia mendapat kover asuransi dari pemerintah ini.   

Metrotvnews.com, Jakarta: Menko Kesra Agung Laksono mengatakan penerapan BPJS Kesehatan akan dimulai pada 2014.

"Penerapan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dimulai pada 2014. Tidak ada lagi masyarakat miskin yang ditolak jika berobat ke rumah sakit," ujar Menko Kesra (Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat) Agung Laksono seusai audiensi dengan Komite Aksi Jaminan Sosial di Jakarta, Selasa (13/8).

Dia menambahkan terdapat 86,4 juta jiwa masyarakat miskin yang dibiayai oleh pemerintah. Sementara, bagi masyarakat mampu atau pekerja dibiayai sendiri dan perusahaan.

"Sekarang masih 35 persen dari jumlah penduduk yang dibiayai oleh pemerintah, pemerintah menargetkan 40 persen," jelas dia.
Sedangkan lima persen sisanya dibiayai oleh pemerintah daerah melalui Jamkesda. "Jamkesmas pada 2014 sudah tidak ada lagi," jelas dia.

Pemerintah membayarkan iuran Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp19.925 per bulan.

"Namun dalam pelaksanaannya dilakukan bertahap mulai dari iuran, kepesertaan dan integrasi dengan Jamkesda," jelas Agung.

Sementara Sekjen Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) Said Iqbal mengatakan pada prinsipnya mulai 1 Januari 2014 tidak ada lagi masyarakat yang ditolak jika berobat ke rumah sakit.

"Masyarakat harus mendapatkan pelayanan kesehatan pada 1 Januari 2014. Tidak ada lagi yang ditolak," tandasnya.

Iqbal juga mengingatkan pemerintah agar jangan sampai penerapan Jaminan Kesehatan itu bertentangan dengan konstitusi seperti badan hukum dan kepesertaannya tidak bertahap.

"Jaminan Kesehatan ini harus terintegrasi karena terkait prinsip portabilitas. Jika terpisah, maka hal itu bertentangan dengan konstitusi," tukas Iqbal.

KAJS juga akan mempersiapkan uji materi ke Mahkamah Agung terkait PP 101/2014 dan PP 12/2013 karena belum terpenuhinya dana kesehatan sebesar lima persen dari APBN 2014. (Antara)”

Catatan penting: dari pengalaman yang ada, beberapa rumah sakit yang tidak menerima jamkesmas ataupun Kartu Jakarta Sehat (KJS) punya Jokowi. Selain itu, ada info penting bahwa tahun depan banyak rumah sakit mensyaratkan tiap pasien memiliki asuransi dan tidak terima uang cash.
 
Padahal, berita di atas sudah jelas menyebut tidak semua masyarakat mendapatkan fasilitas BPJS ini. Artinya, masyarakat yang tidak dikover dalam BPJS harus memiliki asuransi ketika dirawat di rumah sakit. 

Jadi, tunggu apalagi? Cari asuransi yang paling tepat : PRUDENTIAL 

More info : PING ME!!!
BB : 26DB6BEB

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej