Skip to main content

Chairul Tanjung dan SBY "Dikerjai" Angle



Foto ini seolah jadi pemuas dahaga masyarakat yang tidak puas dengan kepemimpinan SBY

Munculnya foto Chairul Tanjung (seolah-olah) menunjuk muka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat gempar media sosial, terutama Facebook. Dalam foto tersebut, terlihat bila CT tengah berdiri di tengah ruangan dan menunjuk SBY yang saat itu didampingi oleh Ani Yudhoyono dan Seskab Sudi Silalahi plus beberapa paspampres.

Foto ini jadi gempar karena tampang tokoh-tokoh ini terlihat sangat tegang sehingga ramai-ramai diunggah ke media online. Dalam berita tersebut juga ditulis sebuah narasi yang sangat ‘menggelora’ seolah-olah CT berhasil memenuhi hasrat sebagian besar masyarakat Indonesia yang ingin protes keras terhadap gaya kepemimpinan SBY selama ini.

Pada kenyataannya, tidak.

Foto itu diunggah ke sebuah akun FB milik wartawan senior. Beliau adalah sosok yang sangat cerdas dan cerdik dalam melihat sebuah isu atau peristiwa. Dia juga ‘nakal’ dalam mengelola isu tersebut agar bisa menjadi isu bersama media-media.

Saat peristiwa foto itu terjadi, sudah sangat jelas dia berada di lokasi. Saya tidak tahu persisnya, tapi saya coba meraba. Bahwa kemungkinan CT saat itu berulang kali menunjukkan ekspresi menunjuk-nunjuk ke arah SBY saat menjelaskan ruangan yang akan digunakan dalam KTT APEC awal Oktober mendatang.

Dari sana, dia mendapatkan ‘ide’ nakal untuk menjepret momen tersebut.
Kemungkinan kedua, adalah dia secara ‘kebetulan’ menangkap momen tersebut dari kameranya. Yang mana unsur ‘kebetulan’ peluangnya lebih kecil. Hahahahaa…..

Dan jebreeetttt…..

Keusilan berlanjut dengan caption yang disematkan dalam foto tersebut. Dia menulis kata : “keluar….”

Foto ini jadi bahan banyolan para teman-teman yang bersangkutan, termasuk saya. Tidak dinyana, banyak yang membagikan foto itu ke halaman facebook masing-masing. Dia mengaku tidak bisa mencegah hal tersebut dan begitulah social media.
Entah sengaja ikut-ikutan usil atau hanya cari bahan pemberitaan saja, foto tersebut akhirnya muncul di beberapa media online. Istana dibuat pusing oleh berita itu dan Chairul Tanjung pun dibuat pening karena ‘rekayasa banyolan’ a la teman-teman wartawan. Kepeningan pun juga digandholi oleh wartawan senior tersebut.

Dia ditegur oleh Paspampres akibat foto nakalnya tersebut. “Aku gak mau ngomentari komentar yang ada di foto itu. Aku juga pusing nih,” katanya kalem.
Aku yakin dia tidak pusing.

Di ujung komputer sana, saya yakin dia senyam-senyum dengan peristiwa ini.
Pada akhirnya, pembaca memang harus jernih dalam melihat sebuah berita terutama media online.  Banyak kasus berita asal ditayangkan untuk menarik ‘klik’ pembacanya. Untuk konfirmasi, boleh belakangan. Namanya juga media online.  Berita yang bisa tayang dalam hitungan jam bahkan menit dan detik.

Peristiwa ini juga bisa jadi pelajaran kita bersama. Foto yang baik adalah yang bisa ‘berbicara’ pada penikmatnya. Namun foto terbaik adalah dengan memberikan caption yang tepat bagi foto yang dimaksud. Seperti kata fotografer senior saya, “Foto bisa berbicara, tapi foto bisa saja disalahartikan.”

Yang ketiga, keusilan memang hal yang lucu dan bisa memantik tawa. Tapi di era digital seperti ini, banyolan memang harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menyinggung orang lain, apalagi sampai bikin pusing orang se-Indonesia.

Lebih dari itu, secara pribadi saya menilai foto ini sangat sensasional, unik dan punya angle fenomenal.

Salam


Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej