Skip to main content

Lontong Balap yang Menggelegar

Ahahayhayhay....agak menggelegar juga judulnya.
Maaf sebesar-besarnya, soalnya saya tidak  bisa  tidak untuk menggambarkan betapa beruntungnya saya bisa mencicipi lezatnya makanan khas Surabaya yang disebut Lontong Balap. Langsung jatuh cinta ketika pertama kali menginjak Surabaya di tahun 1999. Eitss..aku asli Arek Suroboyo tapi baru benar-benar tinggal ketika pertengahan SMA karena ikut ortu yang kerja jadi PNS. Waktu itu, almarhum Ayah mengajak makan di daerah Kranggan untuk menghibur hatiku yang sedih karena merasa dipaksa pindah ke Surabaya.
Awalnya merasa aneh ada nama makanan Lontong Balap....awal mengira kalau hal itu dikarenakan pedagangnya harus balapan dng Satpol PP, takut diobrak. Hahahah.....


And it's heaven!

Makanan ini benar-benar luar biasa enak. Curigaku, hal ini disebabkan oleh sambel petisnya yang juga wah-wah pedasnya. Meski begitu, sesendok sambel petis rasanya kurang....ya minimal dua sendok or tiga sendok lah. Nggobyosss! Kayaknya ini makna 'balapan' itu ---> makannya balapan ama keringatnya. hahahha

Selain soal sambel petisnya yang joss gandosss...saya juga gandrung ama yang namanya 'lentho'. Ini salah satu isi dalam lontong balap itu sendiri. Rasanya yak opo yo? Enak, gurih, nikmat lah. hahhahha. Dan menu ini, tidak akan lengkap menu ini kalau gak dikasih sayur tauge, tahu goreng, lontong ditaburi bawang goreng plus kecap manis. Eh jangan lupaaaa...tambahi sate kerang plus minumnya pake air es kelapa. Maknyussss............

Catatan buat Lontong Balap Pak Gendut : porsi lontong dan sayur tauge-nya gak sebanyak dulu. Apa karena efek inflasi yak. Kekwekke.

LONTONG BALAP : Porsinya gak sebanyak dulu yang taugenya sampe menggunung 

Mengutip Wikipedia :
Menurut cerita dahulu lontong balap masih dijual dalam kemaron besar yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, yang berat dan dipikul keliling kota. Kemaron besar yaitu wadah terbuat dari tanah liat (dibakar menjadi warna merah bata). Karena bobot kemaron yang berat, sekarang tempat ini diganti dengan panci yang terbuat dari logam. Para penjual lontong balap ini, untuk berebut pembeli di perjalanan dan pembeli di pasar berjalan cepat-cepat menuju pos terakhir di Pasar Wonokromo, dari jalan cepat ini menimbulkan kesan berpacu sesama penjual (dalam bahasa Jawa: balapan), dari balapan ini kemudian dikenal dengan nama lontong balap.
Penjual lontong balap pada zaman dulu didominasi oleh penjual dari Kampung Kutisari dan Kendangsari yang sekarang menjadi wilayah Surabaya Selatan. Dari Kutisari-lah makanan lontong balap berasal. Kampung Kutisari dan Kendangsari, pada kenyataannya, keduanya sama-sama berjarak lebih kurang 5 km dari Pasar Wonokromo. Karena lontong balap dikenal luas oleh masyarakat dari Pasar Wonokromo yang sekarang berubah nama menjadi DTC, nama tempat itu pun melekat serta menjadi ciri khas nama masakan "Lontong Balap Wonokromo" yang untuk masa sekarang disebut lontong balap.
 
Kalo penasaran ama resep Lontong Balap....ini nih ada kisi-kisinya. Yang jelas, aku sendiri belum pernah bikin sih. hahhha....
Resep ini mengutip disini ---> http://mbakevi.blogspot.com/2011/05/tips-cara-membuat-lontong-balap-asli.html.

Emang bkn resepnya Pak Gendut, tapi yaaaa mirip-mirip lah, kecuali krupuknya.

bahan dasar :

1. Lontong yang diiris – iris sesuai selera : 500 gr.
2. Tahu goreng diiris – iris sesuai selera juga : 500 gr.
3. Kerupuk, sesuaikan jumlahnya sebagai pelengkap saja.
4. Tauge : 150 gr.

Bahan untuk kuah :

1. 150 gr udang haluskan
2. Air secukupnya untuk merebus udang dan menjadi kaldu
3. Minyak goreng secukupnya untuk menumis bumbu.
4. 6 siung Bawang putih
5. 10 siung bawang merah
6. 1 sendok merica
7. gula,garam dan penyedap
8. 250 gr udang utuk buat taburan
9. 50 gr daun bawang dan seledri

Bahan untuk lento :
LENTHO : Yang bulat-bulat ada kacangnya itu lentho, biasanya ditemani dengan irisan tahu goreng


1. Kacang tolo : 50 gr.
2. Singkong parut : 250 gr.
3. Bawang putih : 2 siung.
4. Cabe rawit : 5 buah.
5. Bawang merah: 2 siung.
6. Ketumbar bubuk : 2 sdm.
7. Putih telur.
8. Garam secukupnya.
9. Minyak goreng secukupnya untuk menggoreng.

Bahan untuk sambal petis :
SAMBEL PETIS : Biasanya ditaruh di panci biru itu, trus di sampingnya ada sate kerang



1. Cabe rawit rebus : 10 buah.
2. Petis udang berkualitas : 4 sdm.
3. Kecap manis secukupnya.
4. Air matang secukupnya.
5. Bawang goreng : 3 sdm.
6. Bawang puith goreng : 1 sdm.

Proses pembuatan Lontong Balap memakan waktu yang cukup banyak dengan proses yang cukup banyak, tetapi pada dasarnya dapat dikelompokan dalam tiga tahap, pembuatan lento, pembuatan kuah bersama tauge dan pembuatan sambal.untuk mempersingkat waktu lentonya bisa beli di pasar di tempat penjual lontong / gorengan biasanya.

Proses pembuatan lento kacang tolo :

1. Rebus kacang tolo sampai lunak.
2. Haluskan bumbu, beri garam dan gula secukupnya.
3. Tambahkan kedalam parutan singkong, bumbu dan kacang tolo, kemudian buat adonan.
4. Buat bulatan dan celup kedalam putih telur untuk digoreng.
5. Goreng bulatan adonan yang telah dicelupkan telur hingga matang.

Proses pembuatan kuah :

1. haluskan udang rebus sebagai kaldu.
2. Sisihkan kaldu rebusan udang
3. Tumis bumbu.
4. Masukan kaldu dan beri taburan udang utuk 250 gr tadi
5. Beri penyedap rasa secukupnya.
6. Jika telah mendidih, masukan tauge dan beri taburan potongan daun bawang
dan seledri
7. Angkat dan sisihkan.

Proses pembuatan sambal :

1. Haluskan semua bahan sambal.
2. campurkan kecap manis setelah sambal itu halus dan sisikan
PENUH : Suasana warung Lontong Balap Pak Gendut full yg bikin fiuuuhh

Setelah semua proses dilalui, maka sebagai langkah terakhir adalah penyajian, berikut proses yang penyajian yang dapat dilakukan ( dapat disesuaikan dengan kondisi dan selera ) :

1. Siapkan piring.
2. Masukan sambal petis yang dibuat, secukupnya atau sesuai selera.
3. Beri sedikit kuah pada sambil petis.
4. Masukan potongan lontong.
5. Masukan irisan tahu goreng.
6. Masukan irisan lento.
7. Tuang kuah plus udang di dalamnya.
8. Taburkan bawang goreng bila perlu.
9. Beri kerupuk sebagai pelengkap.
lontong balap siap dinikmati bersama es kelapa muda dan sate kerang, pasti tambah mantap coy!!
 

Comments

Anonymous said…
Salam Molazt

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej