Bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak dihargai oleh orang lain?
Kalau ada yang belum merasakan, saya tahu rasanya.
Tidak cuma sakit, tidak hanya pedih, atau sedih yang berderai-derai saja tapi hancur berkeping-keping. Orang yang kita percaya, ternyata tidak menghargai kepercayaan yang kita berikan. Bahasa saya sebenarnya terlalu halus, inginnya sih mencaci maki karena batin ini tersiksa juga.
Ahay….lebay? Mungkin juga. Tapi kalau menemui orang yang tidak sungguh-sungguh menjaga benar kepercayaan dan tidak menghargai diri Anda, tampaknya lebih suka menggampar mukanya agar marah ini bisa tersalurkan. Sakit ini bisa terbalaskan. Dan agar dia tahu sikap tidak menghargai orang lain itu menyakitkan.
Ehmm…itu semacam keinginan yang tidak terlaksana hingga sekarang. Gimana mau marah, orangnya kabur entah kemana. Hahahahha.....
Just kidding.
Tapi sungguh lho, itu keinginan saya. Tapi nggak saya laksanakan karena muncul pemikiran, kenapa saya harus marah kalau dia sendiri tidak pernah menghargai kita? Apakah dia akan mikir atau hatinya tersentuh karena sudah menyakiti orang lain? Ehmm…saya kira tidak. Mungkin dia akan lebih suka mengurusi urusannya sendiri, ketimbang memikirkan orang-orang yang sudah disakiti dengan sikapnya itu.
Maka saya pun memilih untuk mengabaikan saja semua perlakuan orang yang tidak pernah menghargai keadaan atau keberadaan saya. Biarkan saja dia senang. Hidup kita terlalu sayang untuk dihabiskan memikirkan orang yang tak benar-benar peduli dengan kita bukan?
Tetapi memang terasa tidak adil kalau kita menimpakan seluruh perasaan ketidakadilan atas perlakuan kepada orang tersebut. Meski kecil, kemungkinan kesalahan ada di diri sendiri, tentu ada. Sebagai manusia biasa, kesalahan merupakan hal lazim yang kita lakukan. Hanya saja, memang kita harus proporsional menempatkan segala permasalahan yang ada.
Seorang kawan yang sudah saya anggap sebagai kakak laki-laki pernah nuturi, tidak semua omongan orang perlu kamu dengarkan. Pilah dan pilih mana yang harus kamu ikuti dan pertimbangkan. Yang jelas, orang yang membuang kepercayaan kita, tidak patut untuk didengarkan lagi saran dan pendapatnya.
Sepahit-pahitnya sebuah peristiwa, emosi kadang melupakan ada hal yang indah terselip disana. Dan memaafkan sebuah tragedi yang dialami diri sendiri jauh lebih memudahkan hidup kita ketimbang mencari-cari kesalahan orang lain. Berat? ember cyiiin.......tapi BISA. Sabar lan sareh.
Eh Lebaran sudah dekat loh…sudah dapat tiket mudik? Saya belum.
Kalau ada yang belum merasakan, saya tahu rasanya.
Tidak cuma sakit, tidak hanya pedih, atau sedih yang berderai-derai saja tapi hancur berkeping-keping. Orang yang kita percaya, ternyata tidak menghargai kepercayaan yang kita berikan. Bahasa saya sebenarnya terlalu halus, inginnya sih mencaci maki karena batin ini tersiksa juga.
Ahay….lebay? Mungkin juga. Tapi kalau menemui orang yang tidak sungguh-sungguh menjaga benar kepercayaan dan tidak menghargai diri Anda, tampaknya lebih suka menggampar mukanya agar marah ini bisa tersalurkan. Sakit ini bisa terbalaskan. Dan agar dia tahu sikap tidak menghargai orang lain itu menyakitkan.
Ehmm…itu semacam keinginan yang tidak terlaksana hingga sekarang. Gimana mau marah, orangnya kabur entah kemana. Hahahahha.....
Just kidding.
Tapi sungguh lho, itu keinginan saya. Tapi nggak saya laksanakan karena muncul pemikiran, kenapa saya harus marah kalau dia sendiri tidak pernah menghargai kita? Apakah dia akan mikir atau hatinya tersentuh karena sudah menyakiti orang lain? Ehmm…saya kira tidak. Mungkin dia akan lebih suka mengurusi urusannya sendiri, ketimbang memikirkan orang-orang yang sudah disakiti dengan sikapnya itu.
Maka saya pun memilih untuk mengabaikan saja semua perlakuan orang yang tidak pernah menghargai keadaan atau keberadaan saya. Biarkan saja dia senang. Hidup kita terlalu sayang untuk dihabiskan memikirkan orang yang tak benar-benar peduli dengan kita bukan?
Tetapi memang terasa tidak adil kalau kita menimpakan seluruh perasaan ketidakadilan atas perlakuan kepada orang tersebut. Meski kecil, kemungkinan kesalahan ada di diri sendiri, tentu ada. Sebagai manusia biasa, kesalahan merupakan hal lazim yang kita lakukan. Hanya saja, memang kita harus proporsional menempatkan segala permasalahan yang ada.
Seorang kawan yang sudah saya anggap sebagai kakak laki-laki pernah nuturi, tidak semua omongan orang perlu kamu dengarkan. Pilah dan pilih mana yang harus kamu ikuti dan pertimbangkan. Yang jelas, orang yang membuang kepercayaan kita, tidak patut untuk didengarkan lagi saran dan pendapatnya.
Sepahit-pahitnya sebuah peristiwa, emosi kadang melupakan ada hal yang indah terselip disana. Dan memaafkan sebuah tragedi yang dialami diri sendiri jauh lebih memudahkan hidup kita ketimbang mencari-cari kesalahan orang lain. Berat? ember cyiiin.......tapi BISA. Sabar lan sareh.
Eh Lebaran sudah dekat loh…sudah dapat tiket mudik? Saya belum.
Comments