Skip to main content

I remember

Lamunan saya tiba-tiba buyar ketika seorang kawan mengirimkan blackberry messenger 
Dia salah satu sahabat ketika berjuang bersama di Jakarta. Selalu bersama. Sedih susah.
Dan kali ini kabarnya sangat menggembirakan. She's finally get marrried.
Her name? Umi Khulsum.
It's so unexpectable karena selama setahun terakhir ini tidak terdengar kisahnya bersama seorang pria.
Ternyata dia dikenalkan sang ayah kepada calonnya ini. Namanya? Uhm....saya belum tahu but sooner i'll tell you all. 

Singkat cerita, dia dikenalkan dengan lelaki pilihan orang tua. Diskusi serius. Tiga bulan kemudian mengajak menikah. Insya Allah, setelah Lebaran.

Ini kabar kedua yang saya peroleh dalam satu minggu terakhir. 

Sebelumnya, sahabat baik saya juga akan menikah pertengahan September nanti.
Namanya Siska Prestiwati.
Sedikit berbeda dengan Umi, dia akhirnya menikah setelah setahun digantung oleh mantan pacarnya. Dengan berani, mengambil keputusan untuk serius dengan pria yang dia kenal dalam tiga bulan. "Capek Sit, nungguin pria yang gak jelas maunya apa. Usiaku sudah lebih banyak ketimbang kamu," keluhnya. 

BBM Umi mengarahkan mata saya pada pendar lampu di Kafe Semesta malam ini.  
Dan angan saya pun liar lari kemana-mana. Dan ingatan saya tertumbuk pada satu ingatan ketika salah astu penyanyi favorit saya, Sarah McLachlan menyanyikan lagu 'Forgiveness'. 

I remember your loving eyes 
 And the moonlit kiss
 The evening lullabies I will truly miss 
Through the years we had it ali
Midnight whispers, the midday calls   
This house of cards, it had to fall

Kesannya memang saya iri dengan dua sahabat saya yang akhirnya menikah.
Memang awalnya saya kira bisa menikah tahun ini, masih ingin menikah tahun ini dengan dia.
Tapi ternyata memang tidak berjalan sesuai keinginan.  
Sahabat saya selalu bertanya kenapa saya bertahan dengan pria seperti dia.
Mana saya tahu, I just knew I'm falling love in him. And suddenly, my heart was torn


Rasanya? Ya sama seperti orang lain yang patah hati.
He just surrender too fast
And now, he asking me to much even he knew it's kill me. 
"Dia perlakukan kamu dengan buruk," kata sahabatku.
Debatable tapi seburuk apapun itu, ingin ingat yang baik-baik saja. 
Masih belum berjalan baik, but I'll trying :) 


 ...And you ask for forgiveness 
You’re asking too much  
 I have sheoltered my heart in a place you can’t touch 
Don’t believe when you tell me your love is real 
Because you don’t know much about heaven boy 
If you have to hurt to feel.... 

ahayahayhayhay....Sarah McLachlan bikin hati makin biru. kkwkwkwk.

Caiyyoo.....

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej