Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2012

God Knows What We're Fighting For

Tiap orang memiliki perjuangan sendiri-sendiri. Tapi kali ini, kami bertiga, memiliki tujuan yang sama atau lebih tepatnya mirip. Tiga orang perempuan yang berbeda usia, berbeda asal muasal, berbeda cara pikir tiba-tiba jadi satu untuk memberi semangat pada orang yang dikasihi. Sebut saja Ratih. Rapuh ditinggal nikah oleh pria yang dicintainya selama bertahun-tahun, dia mulai menapak di jalan cinta. She's finally found someone. Tapi gamang itu masih membekas di hatinya, ragu itu masih menggandengnya dan pedih itu masih sakit menggigit hatinya. Maka saya dan sahabat saya di kota lain ramai-ramai memberi dukungan. Ramai-ramai menyuntikkan semangat. Perjuangan harus dimulai. Pertempuran harus dihadapi. Dan kemenangan yang didapatkan. Riuh rendah kami saling melempar pendapat, membakar semangat dan mendukung hati yang kecut. Kami yang terpisah di tiga kota berbeda serasa saling berhadapan karena perbincangan kami sangat terbantu oleh fasilitas Blackberry Messenger. Malam itu ter...

UGM Siapkan 3.481 Kursi Jalur Undangan

JOGJA – Universitas Gadjah Mada membuka pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan mulai 1 Februari mendatang. Total kursi yang disiapkan sebanyak 3.481 kursi. Kepala Direktorat Administrasi Akademik UGM, Budi Prasetyo W, mengatakan sejak tahun 2011 UGM tidak lagi membuka seleksi mandiri. Universitas tersebut hanya membuka dua jalur SNMPTN yaitu ujian tulis dan jalur undangan. “Kami rasa tanpa jalur mandiri, UGM bisa mendapatkan siswa yang lebih berkualitas,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (20/1). Hingga kini, baru dua universitas yang menjaring siswanya lewat mekanisme SNMPTN saja yaitu UGM dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Sesuai jadwal, UGM akan membuka pendaftaran mulai 1 Februari hingga 8 Maret 2012. Siswa yang mengikuti jalur ini diwajibkan untuk mengisi dan menyerahkan Formulir Kesediaan Pembayaran SPMA (Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik) paling lambat pada 12 Maret. Sedangkan hasil seleksi akan diumumkan 25 Mei mendatang. Dia ...

Siluet dalam Rinai Hujan (2)

Lelaki itu bernama Bumi. Lelaki kesekian yang mendapatkan Restu, setidaknya tubuhnya. Bumi tidak seperti Hujan. Bumi kokoh, dengan pelukan yang erat, tawa yang kekanak-kanakkan. Bumi berbicara gravitasi. Kesadaran. Realitas. Kenyataan. Tak sekalipun membiarkan dirinya pergi menjemput Hujan yang mengawang di cakrawala. Bumi selalu menjaga Restu untuk tetap sadar. Restu bersikap abu-abu. Tidak pernah terang mencintai Bumi namun tidak pula membiarkan pergi. “Paling tidak kamu tidak membuat aku gila karena selalu bisa kupijak,” jawab Restu. Bumi tak pernah kecewa dengan jawaban itu. Tetapi, tiba-tiba tanah menjadi kering, panas juga menyengat. Restu gerah. Di titik ini, dia kembali mencari Hujan untuk menumpahkan rinainya. Belum lagi menjalankan niatnya, gravitasi menariknya kembali ke Bumi. “Sikapmu terlalu abu-abu. Mungkin itu pula alasannya, mengapa hati saya tidak beranjak meninggalkan kamu. Sungguh, saya suka kamu.” Tenang Restu mendengar pernyataan Bumi. Dia percaya...

Siluet dalam Rinai Hujan (1)

PING! Blackberry Restu kembali berdenting. Dia hanya melirik saja ke gadget yang digilai orang se-Indonesia saat ini. Cahaya BB memendar ke seluruh kamar yang gelap. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendekati benda itu. Restu sendiri sudah mematikan lampu kamar sejak tiga jam lalu. Tapi matanya tak mau terpejam. PING! Suara itu muncul lagi. Kini dia tidak hanya melirik. Tapi memandangnya cukup lama sebelum akhirnya mengambil benda itu. Lampu merahnya berkedip tak henti menandakan mencari sinyal terus menerus. Restu mendengus. Dia mengetikkan password dan menuju ikon blackberry messenger, muasal bunyi itu. Restu membaca sebaris kalimat yang terkirim untuknya: “Aku merasa ingin menyerah saja dengan hubungan ini. Aku merasa tidak cocok untuk meneruskan cinta-cita kita lagi.” BBM itu hanya dibaca. Dia tak peduli meski di awal kalimat itu sudah tertulis huruf ‘R’ yang menandakan pesan itu sudah dibaca penerimanya. Restu enggan membalas BBM itu. Manusia itu sud...