Skip to main content

Seorang Perempuan

Aku punya seorang kawan

Perempuan cantik, tubuh menjulang indah dengan jilbab putihnya, feminin, hobi memasak namun kuat pendirian.
Banyak lelaki mengagumi dia, tapi tak berani mendekat. Karena lelaki itu tahu jika hanya modal nekad maka perempuan itu takkan meliriknya

Banyak yang menganggap perempuan itu sombong tapi orang tahu dia suka tersenyum, suka menolong dan bercanda. Banyak yang menilai hatinya dingin sebeku es tapi yang lain pun tahu dia sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Dia punya materi yang cukup, perhatian dari banyak lelaki dan dicemburui banyak perempuan lain.

Lelaki memujinya, wanita mencercanya
Lelaki mendekatinya namun para wanita iri padanya

Dia memang terlihat bahagia

Tapi apa yang terlihat tak seperti apa yang sesungguhnya.
Hatinya senyap
Hatinya kering, jiwanya kosong
Bukan karena tak punya cinta, bukan merana karena tak berharta
Hatinya perih karena keluarganya yang tak bahagia.
Lelakinya pemarah, ayahnya pecundang dan ibunya dendam padanya
Tiap hari dia merana, meraung-raung dalam air mata yang tertutupi indahnya lagu-lagu cinta
Kepalanya tertunduk, kakinya bersedekap. Ketakutan akan teriakan dan pukulan yang mengancam
Dadanya berdetak kencang sembari mulutnya merapal harap

"Datang dan datanglah cahaya....
Pergi dan pergilah kesakitan...
Datang dan datanglah cahaya....
Pergi dan pergilah kesakitan...
Datang dan datanglah cahaya....
Pergi dan pergilah kesakitan..."

Comments

Popular posts from this blog

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran ...

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,...

Uang Tunai Hilang, Onde-onde Melayang

Kehidupan manusia di era digital sangat dimanjakan. Ada smartphone, smarthome, sampe udah ada konsep smartcity. Begitu juga kehidupan sehari-hari banyak teknologi memudahkan manusia. Salah satunya uang digital.  Saat ini, saya termasuk pengguna aktif uang digital. Kemana-mana ga pernah bawa uang cash banyak... Secukupnya aja. Biasanya Rp50 ribu. Paling banyak Rp100 ribu. Buat beli bensin atau sekedar jaga-jaga ban bocor/kempes. Kalo ga ada insiden di atas, bisa berhari-hari ngendon di dompet. Kartu debet aneka bank.  Ada kartu vaksin juga. Wkwkkw Lah gimana enggak? Belanja di minimarket, gesek kartu debet. Lewat tol, pake e-money. Beli pulsa, bayar tagihan, BPJS, langganan internet, tinggal tutul-tutul aplikasi keuangan di hape. Belanja makanan tinggal scan barcode hape. Hmm apalagi yah... Banyak deh.  Uang digital emang membantu banget sih buat saya. Karena ga harus bawa uang yang banyak. Otomatis di dompet cuma berisi KTP, SIM, STNK, dan kartu ATM. Wkwkkwkw... Gak enakn...