Skip to main content

RSBI yang Silaukan Si Miskin

SURABAYA – Sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) begitu mahal. Sekolah RSBI bagaikan sibuk menghitung duit dari berbagai pos yang dipungut dari orangtua siswa dan sumber-sumber lain. Angka-angka itu membuat silau warga miskin yang ingin masuk sekolah RSBI.
RSBI merupakan amanat UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 50 ayat 3 menyebutkan, Pemda harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional.
Di Surabaya saat ini ada 12 sekolah berstatus RSBI. Rinciannya 3 SMA (SMAN 2, SMAN 5, SMAN 15), 7 SMK (SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 10, dan SMKN 11), dan 2 SMPN (SMPN 1 dan SMPN 6).
Perubahan status menjadi RSBI ini sebenarnya cukup positif bagi dunia pendidikan karena mengatrol kualitas. Namun apa lacur, RSBI juga menjadi ’’monster’’ baru di dunia pendidikan bagi warga miskin.
Sebagai contoh Prestisa Gifta Axelia, siswi inisial kelas XI1 SMAN 5 RSBI kena kewajiban bayar kontribusi bulanan Rp 400 ribu. Itu tidak termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan lain. Misalnya pertukaran pelajar selama 9 hari di Tranby College Perth Australia, putri pasangan Bambang Iswahjudi-Sri Hidayati ini harus keluar dana Rp 9 juta. ”Untuk biaya berangkat ke Australia dan kebutuhan lainnya,” katanya.
Bisa dibayangkan. Orang miskin pasti silau melihat angka-angka seperti itu. Juga bisa dipahami bila siswa miskin RSBI tidak akan bisa optimal mengikuti program-program RSBI mengingat keterbatasan biaya. Belum lagi masalah mental, siswa miskin RSBI juga rentan mengalami tekanan-tekanan.
Memang banyak duit yang dihitung SMA RSBI. Sebagai contoh RSBI SMA Negeri 5 Surabaya, pada 2009 khusus pendapatan dari komite sekolah atau dana masyarakat mencapai Rp 2,8 miliar lebih. Rinciannya, kontribusi bulanan siswa terkumpul Rp 2,5 miliar lebih. Dana sumbangan orangtua yang terkumpul Rp 199 juta lebih. Sedangkan dana dari masyarakat lainnya Rp 60 juta.
Pendapatan tahun 2009 dari kontribusi bulanan siswa lebih kecil jika dibandingkan 2008 yang mencapai Rp 2,97 miliar. Tapi, dana yang dikelola SMAN 5 sesungguhnya lebih besar karena selama empat tahun terakhir banyak block grant yang digelontorkan ke sekolah berlabel RSBI. Pada 2009, block grant yang bersumber dari APBN itu senilai Rp 500 juta per sekolah. Meningkat dari 2008 yang Rp 300 juta per sekolah.
Menanggapi hal ini, Humas SMAN 5 Abdul Latief hanya mengatakan pelaksanaan pendidikan butuh dana tak sedikit, mulai operasional hingga peningkatan mutu. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan pun beraneka dan harus berstandar internasional. Seperti kelengkapan laboratorium, sarana mengajar yang menggunakan LCD, jaringan koneksi internet, komputer, dan buku-buku berbahasa Inggris yang harganya tak murah.
Untuk kebutuhan ini, selain bantuan dari pemerintah, pihaknya juga memungut dari orangtua sesuai kesepakatan. ”Memang harus ingat bahwa pendidikan kita itu masih mahal. Tapi sebagai sekolah pemerintah, kami tetap masih memperhatikan siswa yang tak mampu,” tegasnya kepada Surabaya Post, baru-baru ini.
Karena itu pihaknya selalu mengalokasikan beasiswa untuk siswa tidak mampu. Tahun lalu jumlahnya mencapai Rp 176,4 juta atau 13 persen anggaran yang dialokasikan untuk membantu 120 siswa. Namun, angka itu sangat rendah dibandingkan gaji para guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang mencapai Rp 5 miliar lebih per tahun. Biaya beasiswa ini juga lebih rendah ketimbang dana pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah yang mencapai Rp 265 juta di tahun 2009.
Dengan anggaran yang dialokasikan untuk siswa tak mampu tersebut, bisa diasumsikan sebenarnya dalam satu bulan kebutuhan siswa hanya Rp 122.500 saja. Tapi nyatanya, di sekolah ini biaya pendidikan tiap anak berbeda.
Latief mengatakan untuk siswa angkatan 2009/2010 (kelas X) membayar biaya Rp 300 ribu per bulannya. Khusus untuk siswa yang tidak mampu bisa digratiskan asal menunjukkan surat keterangan tak mampu dari kelurahan domisili siswa.
Tapi dana yang dikeluarkan siswa ini sebenarnya masih bejibun karena sekolah memprogramkan kunjungan ke sister school yang berada di luar negeri. Dalam waktu dekat, akan ada 30 siswa yang berangkat ke Singapura selama delapan hari pada 28 Juni hingga 10 Juli.
Di bulan November, sekolah juga menawarkan kunjungan ke sekolah di Boston, Amerika Serikat. Pada bulan Juli, lima siswa SMAN 5 juga akan berangkat ke Amerika Serikat dan seorang siswa berangkat ke Norwegia dalam rangka program pertukaran pelajar.
Sebelumnya, 20-29 Maret lalu sebanyak 30 siswa berangkat ke Australia untuk program sister school. Sedangkan 50 siswa, yang batal berangkat ke Australia karena keterbatasan kuota, berencana berangkat tahun depan. ”Semuanya swadana. Kami tawarkan ke orangtua siapa yang ingin berangkat dengan biaya yang sudah ditentukan,” katanya.
Pengeluaran lain yang cukup besar adalah penggunaan standar Cambridge International di sekolah. Penggunaan standar ini membuat siswa selain mengikuti ujian nasional, juga diizinkan untuk ikut tes Cambridge. Biaya yang dibutuhkan tak sedikit yaitu Rp 1,5 juta per mata pelajaran. Tes ini mengujikan lima mata pelajaran yaitu Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
Kepala Sekolah SMAN 15 RSBI , Kasnoko mengatakan tingginya kebutuhan pendidikan di sekolah-sekolah berlabel RSBI disebabkan fasilitasnya yang mewah ketimbang sekolah reguler. Di sekolahnya, seluruh kelas dipasang AC, 30 kelas diberi fasilitas LCD dan laboratorium lengkap dengan jaringan internetnya. ”Di sini, saya bahkan membuat empat jalur jaringan internet untuk menyokong pendidikan,” terangnya.
Selain itu, siswa di kelas juga dipersilakan belajar menggunakan laptop, bukan buku tulis. Laboratorium juga dilengkapi peralatan canggih terbaru seperti mikroskop trinokuler. Sekolah ini juga menggunakan digital library untuk mendata buku-buku koleksinya. Memasukkan nilai siswa pun dilakukan dengan komputerisasi. Alhasil dana untuk membayar listrik juga melonjak tajam.
Ini karena tiap sekolah RSBI dituntut memenuhi delapan standar dari Kemendiknas. Yaitu standar isi dan kompetensi lulusan, standar pendidikan dan kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Belum lagi, syarat untuk meraih prestasi minimal tingkat nasional. ”Nah itu kan butuh biaya. Tapi kami selalu berkoordinasi dengan orangtua tiap ada kegiatan,” katanya.
Salah satu contohnya adalah pembangunan parkir motor. Tiap siswa dimintai kontribusi sekitar Rp 500 ribu per bulan. Sekolah sendiri ’hanya’ menarik dana Rp 300 ribu per bulannya. Sementara untuk siswa tak mampu, sekolah melakukan sistem subsidi silang agar 103 siswa tak mampu tetap bisa bersekolah di sekolah ini.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ruddy Winarko mengutip Dirjen Manajemen Dikdasmen Kemendiknas Suyanto mengatakan, UU membolehkan sekolah RSBI memungut biaya pendidikan kepada siswa. Namun, pihaknya masih menggodok berapa batasan maksimumnya. ”Memungut itu kan karena dia (sekolah) memberikan layanan di atas rata-rata. Sekolah juga tak bisa sembarangan memungut, harus sesuai rencana anggaran biaya sekolah,” tegasnya.
Sebenarnya ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) selain Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) dari Pemkot Surabaya. Kata Ruddy Winarko, siswa-siswa SMA/SMK RSBI maupun reguler mendapat BOS, tanpa memandang status ekonomi. Namun untuk BOPDA bagi SMA, hanya diberikan kepada siswa tak mampu. ’’Kalau SMK, semua siswanya menerima BOPDA baik kaya maupun miskin,” katanya.
Nilai BOPDA 2010 untuk siswa SMA Rp 240 ribu per bulan per orang atau naik Rp 90 ribu dari BOPDA 2009 yang Rp 150 ribu. Sedangkan BOPDA 2010 untuk siswa SMKA Rp 275 ribu per orang per bulan atau naik Rp 123 ribu dari tahun 2009 sebesar Rp 152 ribu per siswa per bulan.sit

Penerimaan Siswa Baru Jalur RSBI
Dibuka : 21-23 Juni 2010
Diumumkan : 28 Juni 2010
Untuk SMP : Nilai rata-rata UN minimal 8,50 (jumlah nilai UASBN minimal 25,50) dan tidak ada nilai di bawah 7,50.
Untuk SMA : Nilai SKHUN rata-rata minimal 8,50 (jumlah nilai UN minimal 34,00) dan tidak ada nilai di bawah 7,50.

Kuota RSBI 2010
SMPN 1 270
SMPN 6 240
SMAN 2 288
SMAN 5 288
SMAN 15 320
SMKN 1 1.056
SMKN 2 828
SMKN 5 648
SMKN 6 864
SMKN 8 544
SMKN 10 628
SMKN 11 792

Keterangan: Sesuai aturan Dirjen Manajemen Dikdasmen Kemendiknas, kuota siswa miskin di RSBI maksimal 20%.

Comments

redy said…
salam kenal...kembali berkunjung

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej