Skip to main content

Batal Diterima PSB, Habibah Gagal Dapat Kado Ultah

Hati Nur Habibah Putri Rahayu saat ini tengah gundah gulana. Keinginannya lolos seleksi penerimaan siswa baru (PSB) sebagai kado ulang tahun kandas. Hingga kemarin, jalan menuju kemudahan menembus seleksi masih menemui jalan terjal.

Nani Mashita

Rumah di Jl. Gubeng Airlangga IV nomor 4 itu tampak penuh dengan aneka barang. Koran-koran terbitan beberapa hari terserak diatas meja papan. Sebuah lemari hias dijejali aneka barang, dua buah sofa hijau yang terkelupas kulitnya membuat ruang tamu yang disekat lemari besar, tampak berantakan.

Seorang gadis hitam manis berjilbab keluar menyambut Surabaya Post saat berkunjung ke rumah tersebut kemarin. ”Silakan masuk mbak,” kata Nur Habibah Putri Rahayu.

Matanya tampak sembab, bibirnya tampak merengut. Didalam ruang tamu, dia langsung duduk terdiam dan terlihat termenung. Menurut ibunya, Sri Rahayu (43), paska kegagalannya menembus seleksi rekomendasi alumni SMP Muhammadiyah 2 Genteng Kali ini sudah putus asa.”Dia sudah putus asa. Sudah tidak mau mencoba PSB rekomendasi. Dia menyerah,” ujar Sri Rahayu, ibu Habibah.

Awalnya, Habibah ingin mendaftar di SMAN 9 Surabaya. Namun paska kegagalannya, dia memilih untuk mendaftar di SMKN 6 Margorejo. Dia mendaftar di jurusan Tata Boga dan Restauran. Dia pun hanya menggeleng pertanda enggan berangan-angan lagi bisa menembus persaingan mendapatkan kursi di SMAN 9 lewat jalur prestasi.

Padahal prestasi Habibah boleh dikatakan cukup baik. Selain menyabet juara 1 Pencak Silat Porseni SMP tingkat Propinsi 2007, dia juga menjuarai Pencak Silat Puteri Porseni SMP tigkat kota Surabaya. Dia juga sempat meraih juara empat Porseni SMP tingkat nasional di Makassar 24-28 Agustus 2007 lalu. Tak hanya itu, dia juga sempat jadi atlet kontrakan di Malang.

”Prestasi ini adalah buah dari kerja keras latihan Habibah. Saya kadang suka kasihan. Dia itu harus sudah ada di sekolahnya jam 6.30 WIB lalu latihan pencak silat. Sering juga dia pulang pukul 21.30 WIB ya karena pencak silat itu,” ujar Yayuk, panggilan akrabnya.

Dengan aktivitas diluar sekolah yang seabrek, kemampuan akademis Habibah juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan nilai ujian nasional sebesar 30,60, gadis kelahiran 4 Agustus 1993 ini mendapat nilai 9 di mata pelajaran Bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran Matematika dan IPA mendapat nilai 7 dan Bahasa Indonesia mendapatkan nilai 7,60.

Yayuk mengatakan dirinya sudah jungkir balik memperjuangkan anaknya agar bisa mendapatkan kemudahan lolos seleksi PSB. Namun, berkali-kali ke Dinas Pendidikan baik Jatim maupun Kota, yang didapatkannya hanya kekecewaan. Dua instansi itu saling lempar tanggung jawab atas nasib anaknya. ”Saya hanya dapat memo seperti ini, entah apa artinya,” sembari menunjukkan tulisan tangan Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Rasiyo, yang meminta agar diserahkan ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Rasiyo, menjelaskan mekanisme penerimaan PSB rekomendasi diserahkan pada masing-masing kabupaten dan kota. Sedangkan untuk siswa berprestasi seperti Habibah akan diberi sertifikat yang dilegalisir untuk digunakan sebagai mendaftar dalam PSB. Tindak lanjutnya diserahkan kepada masing-masing kabupaten dan kota. ”Saya sudah mengingatkan kepada kepala dinas pendidikan di kabupaten dan kota agar memperhatikan siswa-siswi berprestasi yang akan mendaftar dalam PSB tahun ini,” imbuhnya.

Dia menjelaskan menteri pendidikan sudah mengeluarkan peraturan soal PSB terkait siswa berprestasi. Dalam permendiknas itu, disebutkan agar dinas kabuapaten dan kota memperhatikan tiga kelompok siswa yang memiliki prestasi di bidang akademis, seni dan olahraga. Jika sudah diterima jadi murid, siswa-siswa berprestasi itu akan diusulkan untuk mendapatkan beasiswa prestasi. ”Saya lupa nomor Permendiknasnya. Tapi para kepala dinas itu pasti sudah tahu, tergantung bagaimana pemahaman dari masing-masing kepala dinas seperti apa,” tuturnya.

Namun Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Sahudi tidak mau disalahkan terkait penerimaan siswa beprestasi. Dia mengatakan mekanisme penerimaan siswa baru berprestasi jalur olahraga sudah diatur dalam MoU antara KONI Surabaya dengan Pemkot Surabaya dan MoU antara KONI Surabaya dengan Dinas Pendidikan Surabaya.

Aturan soal atlet tertuang dalam peraturan PSB pasal 10 mengenai ketentuan PSB Khusus. Pasal 1 Prestasi olahraga disebut Siswa yang masuk MoU KONI dengan Walikota Surabaya sesuai Petunjuk Operasional Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Kota Surabaya dengan KONI Kota Surabaya tahun 2008. ”Jadi siswa-siswa yang diterima masuk dalam PSB rekomendasi kemarin itu sudah lewat mekanisme. Mungkin Habibah itu tidak melakukan prosedur dengan benar sehingga dia tidak lolos PSB,” katanya. (k2).

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej