Skip to main content

Cagub PKB, Achmady

Nah, kandidat kedua calon gubernur yang akan bertarung dalam Pemilihan gubernur 2008 adalah Achmady yang diusung oleh PKB. Hari Minggu (24/2/2008) jadi hari dideklarasikannya Bupati Mojokerto itu sebagai cagub dari partai berlambang bintang tujuh itu.

Pelaksanaan deklarasi digelar di Jatim Expo. Mm...jelas ini jauh lebih prestise ketimbang deklarasi Pakde-Gus Ipul yang hanya digelar di Gelora Pantjasila dua minggu sebelumnya. Meski demikian, deklarasi kandidat kali ini tampak janggal.

Bagaimana tidak? Lazimnya, deklarasi itu langsung mengumumkan paket cagub dan cawagub yang diusung. Tapi tidak dengan PKB yang hari ini hanya akan mendeklarasikan Achmady sebagai calon gubernur. Lantas siapa cawagubnya?

Mmm..masih belum jelas benar. Saat ini nama-nama masih beredar di seputaran Khofifah Indarparawangsa dan Ali Maschan. Khofifah sudah hampir pasti tidak ikut karena ada nama Ali Maschan dan Gus Ipul dalam pertarungan pilgub ini.

Nama Ali juga jadi gamang karena Ali menginginkan jadi cagub bukan cawagub seperti yang ditawarkan PKB. Pun meski pengurus PKB tidak berkeberatan dan para kyai juga mendukungnya, Gus Dur enggan memberi posisi cagub dengan gampang kepada Ali. Tampaknya mantan Presiden RI tersebut menghargai proses panjang yang dilalui Achmady untuk bisa memperoleh tiket sebagai cagub.

PKB pun menggodok nama lain. KH Nuruddin Arrahman pun mencuat. Apalagi dia sebelumnya sempat disebut sebelum akhirnya tenggelam oleh dua nama populer diatas. Kini nama itu kembali dimunculkan seiring makin tipisnya PKB menggandeng Ali Maschan apalagi Khofifah.

Nama ini terungkap dalam pertemuan Gus Dur dengan sejumlah pengurus DPW PKB. Alhasil, mereka pun tunduk atas permintaan Gus Dur. Nuruddin sendiri mengaku sudah ditawari soal posisi cawagub ini.

Bagaimanapun keputusannya, itu masih terlalu dini.

Menurut aku....
Pemunculan nama ini bisa jadi sebagai sikap putus asa PKB yang akan bertarung dalam pilgub nanti. Posisi penjaringan cagub yang terlalu awal, disaat kondisi internal PKB Jatim sedang carut-marut, bisa jadi penyebab kenapa jago PKB tidak terlalu tokcer.

Nama-nama yang bertarung untuk mendapat tiket cagub PKB memang tidak terlalu jos. Ini wajar karena kandidat saat itu bisa jadi ragu-ragu untuk ikut karena konflik yang terjadi yang belakangan berujung dengan pembekuan pengurus PKB pimpinan Imam Nahrawi.

Bisa jadi pula ini yang membuat PKB jadi tidak 'semanis' 2004 lalu yang jadi rebutan para politikus, partisan dan simpatisan. Terbukti, partai ini langsung menyodok jadi pemenang di Jatim dengan torehan suara sebanyak 31 persen. Fantastis.

Posisi PKB saat ini berbeda 180 derajat. Meski menyatakan sudah tidak ada konflik internal, wajar saja jika statemen itu masih meragukan. Posisi pengurus yang belum benar-benar definitif --baru dilantik hari ini --, calon gubernur yang tidak terlalu kuat dan dukungan suara yang mulai terpecah belah -- beberapa memilih PKNU atau PPP --- serta masih lemahnya dukungan para kyai lagi ke PKB.

Satu-satunya yang masih kuat adalah posisi Gus Dur yang seakan jadi 'Tuhan' PKB dan nahdliyin yang ada dibelakangnya. Nama Nuruddin Arrahman mencuat juga gara-gara diusulkan oleh Gus Dur yang emoh disetir oleh para kyai. Untuk diketahui, para kyai menyodorkan Ali Maschan sebagai cagub dengan alasan rekonsiliasi suara NU di PKB.

Menurut aku (lagi).
Nama Nuruddin bisa jadi hanya sebagai gertak sambal kepada Ali Maschan yang 'mau enaknya' saja. Tanpa melewati proses mekanisme partai, langsung mendapat tiket sebagai cagub. Gus Dur juga tidak khawatir jika akhirnya Ali bergabung dengan Soenarjo.

Pasalnya, dengan nilai survey LSI atas Soenarjo yang terus menurun, kehadiran Ali malah jadi kartu mati. Ingat! Ali sudah menandatangani kontrak jam'iyah saat terpilih dalam Konferwil NU di Ponpes Genggong Probolinggo yang menyatakan tidak terlibat dalam politik praktis.

Skenario menggunakan kontrak jam'iyah untuk menjatuhkan Ali dalam pilgub bisa jadi masih rencana. Namun ini akan bisa dilakukan jika akhirnya syahwat politik Ali lebih besar ketimbang melaksanakan kontrak jam'iyah.

Toh ini masih bulan Februari. Setidaknya sampai awal Mei, parpol-parpol masih bisa mencari orang-orang yang pas untuk dijadikan jago dalam pilgub nanti.

Penasaran nih ma komentarnya Gus Dur

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej