Skip to main content

Yey! Akhirnya Ke Bioskop

Slalu ada yang pertama kali atas sesuatu dan buat kami itu adalah nonton bioskop. 

Awalnya rempong karena papski tetiba ada acara penting, sedangkan saya sebagai emak yang baik hati enggan untuk ingkar janji. 

Jadinyalah sok pede dan gagah berani berangkat ke bioskop bertiga LEBIH AWAL 1 jam sebelumnya. Dan ternyata di depan bioskop sudah banyak jojoba dan pasangan muda mudi, keluarga satu anak udah siap masuk ke dalam bioskop. 

Emaknya jadi mikir, jelasnya gaz bakal dapat kursi kalo ngikutin cara konvensional alias antre di ticketing. Meski bukan cewek gaul, sebagai emak tetap harus update teknologi terbaru yeeekaan...!! 

Jadi sembari menunggu bioskop buka, saya login ke pembelian tiket online. Tap tap tap... Done! Udah dpt dua tiket di tangan. 

Nungguin pintu teater 4 dibuka


Pas bioskop dibuka, yang lain udah pada buru-buru naik ke eskalator. Sedangkan saya? Masih membujuk anak-anak supaya ga ngabisin koin di Transmart. Bukannya pelit, udah beli tiket ini!!! Untung aja akhirnya anak-anak mau naik ke eskalator menuju bioskop. 

Di depan pintu masuk, saya sempat lega karena ada beberapa anak muda yang gak bisa masuk gegara ga punya aplikasi PeduliLindungi. Helooo... Anak milenial kok ga update siyyy... Kata emaknya Ayun Mikha setengah menyombong. 

Setengah sombong, kayaknya ga bakal panjang antrean karena pada gak tau aturan nonton bioskop yang baru. Ladalaaaah... Baru masuk antrean udah belak-belok kayak uler keket. Plus ternyataaaaaa anak usia di atas 2 tahun udah kena tiket bioskop. 

Sempet panik, akhirnya pakailah jurus emak-emak yang gak tau malu. Deketin petugas tiketnya, bilang udah beli online tapi kurang 1. "Tolongin dong aku beliin satu tiket, " emak ini memelas membayangkan antrean panjang demi 1 tiket. 

Dan mamasnya mengangguk. Wadawww!! Kalo ga ingat gandeng Ayun dan Mikha, udah lompat kegirangan. Wkwkwkw... 

And finally our first time movie adalah Spiderman: No Way Home. Ceritanya ya soal Spiderman memberantas kejahatan laah... 

Wkwkwkwkwk... 

Dot ga boleh ketinggalàn 


Jujur sih kurang konsen nonton. Karena dua bocilku punya tingkah yang beda. Si kakak minta menggandeng lengan emaknya saat nonton. Sedangkan adiknya minta dipegangin telinganya karena suaranya filmnya berisik. Ya iyalah dek, namanya juga bioskoop. 

Belum lagi drama kelaparan padahal udah dibeliin roti (dicatat). Pampers bocor. Kepengen pipis. Nyariin papski. Dan minta pulang sebelum film tuntas. 

Alhamdulillah semua cobaan terlewati. 

Salah satu kebiasaan yang mulai saya bangun yaitu menceritakan kembali kisah/kejadian yang baru dialami. Setelah itu akan ada diskusi lanjutan, pastinya dalam perspektif anak anak ya. 

Mama : Gimana filmnya tadi? 

Ayun   : Ya soal Spiderman 😴

Adek   : Tivinya besar

Ayun   : Kalau menurut mama gimana? 

Mama : Bikin bokek 🤣

Ayun    : ?? ?? 


Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej