Skip to main content

Sinopsis Drakor Sky Castle yang ciamik abissss



Baru-baru ini tuntas menonton drakor (drama korea) berjudul Sky Castle. Iya iya... Drakor yang lumayan jadul karena dirilis sejak 2018 lalu.

Sky Castle adalah serial televisi Korea Selatan tahun 2018 yang dibintangi oleh Yum Jung-ah, Lee Tae-ran, Yoon Se-ah, Oh Na-ra dan Kim Seo-hyung. Serial ini disiarkan di JTBC setiap hari Jumat dan Sabtu pukul 23:00 WSK pada tanggal 23 November 2018 hingga 1 Februari 2019. Jumlah episode: 20. (Wikipedia).

Sejujurnya, bukan penggila drakor tapi suka drama ini dibandingkan dengan serial Turki, India dan Indonesia. Jadi bukannya ga cinta Indonesia, tapi drakor lebih realistis ceritanya, bumbu lebaynya ga berlebihan. Jadi memang buat hiburan buat aku.

Awalnya gak ekspektasi apapun, apalagi sampai ditulis di blog. Tapi ternyata film ini sungguh berani mengkritik sebuah kultur dan sistem pendidikan di Korsel. Secara pribadi, gak paham banget dgn sistem pendidikan disanah tapi drama ini sungguh menggugah.

Begini sinopsis Sky Castle:
Kultur budaya Korsel (dalam drakor) menggambarkan bahwa setiap keluarga harus menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik keluarga. It's a good things actually.

Yang jadi masalah adalah ketika cara untuk menjaga kehormatan dan nama baik keluarga diidentikkan dengan kesuksesan jabatan, kekayaan dan dalam drakor ini adalah keberhasilan masuk fakultas kedokteran kampus bergengsi.

Di Sky Castle, tiap keluarga berlomba agar anak-anaknya memenuhi standar pendidikan. Sang ayah harus punya jabatan bergengsi. Sedangkan si ibu akan saling bantai secara elegan dengan tetangga lainnya. Hal itu berlangsung bertahun-tahun hingga tragedi datang di perumahan elit itu: seorang ibu menembak dirinya sendiri krn anaknya memilih kabur meski sdh diterima di fakultas kedokteran.

Awalnya tragedi dianggap biasa. Tapi Sue Liem dan suaminya dr. Hwang dan anaknya Woo Joo membawa angin perubahan. Tragedi itu bukan hal biasa.

Diketahui si ibu yg bunuh diri pernah menyewa pelatih khusus masuk kampus bergengsi. Dari rekaman sang anak, Yong Jeae, diketahui si anak minggat dipengaruhi pelatihnya Kim Joo Yung.

Tapi tragedi ini tak membuat Suh Jin tak surut. Dia ingin anaknya Yeh Suh lolos FK dan menyewa Pelatih Kim. Apalagi neneknya Yeh Suh berambisi agar tiga generasi di keluarganya jadi dokter semua. Maka Suh Jin makin yakin untuk tetap menggunakan jasa pelatih Kim.

Suh Jin sebenarnya tau kalau Pelatih Kim pernah jadi tersangka pembunuhan suaminya sendiri di Fairfax. Tapi Suh Jin tak ambil peduli asalkan ambisinya dan ambisi neneknya memasukkan Yeh Suh ke FK kampus bergengsi, dengan membayar Pelatih Kim dengan biaya jutaan dolar.

Disinilah konflik dimulai dengan bumbu masa lalu Suh Jin yang bernama asli Kwang Min Hyuk si penjual darah sapi, bukan keturunan orang kaya.
   

Konflik lainnya adalah sang suami dr. Kang punya anak di luar nikah, Hye Na. Cerita makin meruncing tatkala Hye Na nekad jadi tutor tinggal Yeh Bin di rumah dr. Kang.

Hye Na akhirnya mati terjatuh dari balkon, dia sebenarnya bisa diselamatkan dr. Hwang. Tapi dr. Kang memaksanya mengoperasi cucu presdir RS tempatnya bekerja tanpa tahu Hye Na adalah anak kandungnya.

Scene dramatis makin intens setelah kematian Hye Na, dan aku makin penasaran cerita soal masuk kampus kok pakai bunuh-bunuhan. Setelah investigasi polisi, akhirnya Woo Joo jadi tersangka pembunuhan. Suh Jin sebenarnya tidak percaya Woo Joo membunuh Hye Na tapi dia tak punya bukti.

Diam-diam dia menyelidiki Pelatih Kim, tapi pikirannya dibuat percaya Pelatih Kim kalau Yeh Suh mungkin jadi tersangka membunuh Hye Na. Dia ketakutan.

Tapi bukti demi bukti bermunculan. Hye Na ternyata punya bukti nilai sempurna Yeh Suh diperoleh karena Pelatih Kim mencuri soal ujian. Hye Na mengancam jika Yeh Suh tetap dapat nilai bagus dan lolos FK maka bukti itu akan dibawa ke polisi.

Pelatih Kim meradang, dia menyuruh satpam perumahan untuk mendorong Hye Na dari balkon di sela-sela ultah Woo Joo. Pelatih Kim bahkan menyiapkan si satpam pakai sweater merah, mirip yg dipakai Woo Joo agar bisa direkam kamera dashboard mobil dan menjadikan Woo Joo kambing hitam.

Suh Jin mengungkap bukti kalau Pelatih Kim mencuri soal dan mencurigainya sebagai otak pembunuhan. Tapi pelatih Kim mengancam kalau bukti sampai ke polisi maka nilai-nilai Yeh Suh hangus dan gagal masuk Fakultas Kedokteran. Suh Jin ketakutan dan memilih bungkam dengan pembunuhan Hye Na.

Tapi Yeh Suh yang berontak Woo Joo masuk penjara atas kesalahan yang tak pernah dilakukannya. Yeh Suh berasa ingin mati. Pengakuan Yeh Suh membuat Suh Jin ketakutan kalau Yeh Suh benar-benar mati. Semalaman dia berpikir dan pagi harinya meminta Yeh Suh siap lahir batin jika nilainya hangus. Dia lalu lapor polisi dan kisahnya mulai antiklimaks.

Dr. Kang yang baru tau Hye Na anaknya syok berat dan mundur dari perebutan jabatan presdir. Dia sadar hidupnya selama ini hampa karena mengejar jabatan, sampai-sampai dirinya tak menyadari kehadiran Hye Na.

Tragedi ini membuat dua keluarga lainnya juga terdampak. Tapi empat keluarga ini makin solid dan sadar kebahagiaan anak paling penting.

Salah satu adegan yang menohok ada di episode akhir. Dalam dialog orang tua Soo Hoon, mereka menyebut sistem pendidikan Korsel sangat mengerikan, tapi sbg warga negara tidak bisa mengubahnya. Satu-satunya yg bisa dilakukan adalah tidak ikut sinting seperti keluarga dr, Kwang dan memberi cinta dan dukungan kepada anak.

Hmmm makjleb banget ya pesan drakor Sky Castle.

Eniwei ternyata drakor ini tayang di TransTV dan udah masuk episode 15. Cepet amat yak muternya. Tau gitu ga nonton di Viu. Wkkkkwk

Demikian sinopsis ini. Maaf kalau byk salah, terutama nulis nama karakternya. hihihi

Tonton deh drakor ini. Mengharu biru, plot cerita tak terduga, menyentuh hingga akting yang yahud. Cuzzz ahh..

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej