Skip to main content

"Menumpangi" kesenangan Ayun

Ayun udah berfoto centil
Melihat foto-foto dan video ini, sungguh kamu harus bersyukur Anakku, bisa merasakan kesenangan di masa kecil.

Namun, kamu juga harus menyediakan ruang maaf seluas-luasnya bagi Mama-mu ini. Iya...Mama meminta maaf bila jadi "penumpang gelap" segala kesenanganmu, diam-diam menikmati secuil kebahagiaan masa kecilmu.

Iya...dulu memang tak bisa Mama icipi semua kesenanganmu sekarang. Maafkan Mama jika ikut berjingkrak naik ke permainanmu, "berkedok" menemani namun sebenarnya ingin bahagia sejenak.
Ayun foto bareng Papa

Mama ingin bercerita padamu. Dulu kalau ingin menikmati permainan roller coaster, kereta api-kereta apian, kursi gila, atau sekedar mainkan mesin yang berhadiah boneka pun tak bisa. Harus ke Taman Impian Jaya Ancol yang jauh sekali dan tiketnya mahal bagi kakek dan nenekmu. Pada akhirnya, semua permainan itu bisa Mama cicipi meski hanya kejauhan.


Dulu, tiap ada pasar malam, Mama harus puas cuma menyaksikan komidi putar. Terkagum-kagum pada pesawat yang bisa dinaiki anak kecil. Tak mungkin bisa naik.

Dulu...main paling jauh ke Monas. Itu pun setelah kakekmu punya mobil tua yang mesinnya mati saat macet atau tanjakan. Tak sepertimu yang sudah bisa jalan-jalan ke aneka tempat wisata. 

Kalau pas lagi punya uang, paling banter kakek-nenekmu mengajak ke Proyek, sebuah pasar di Bekasi. Entah kenapa diberi nama itu, tapi disanalah saatnya Mama dibelikan sepatu dan baju baru. Tak sepertimu yang langsung pergi ke mal one stop shopping.

Mama cuma bisa bersepeda bergantian dengan pamanmu. Mama pun sering bermain ke rumah tetangga sembari mengetuk pintu rumah mereka yang lebih sering tertutup. 
Foto bareng Ayun di TransStudio Mini Transmart Rungkut

Bukan...mereka bukannya benci pada Mama Nduk. Tapi dahulu, kasus penculikan anak yang tinggal di perumahan begitu ramai dan meresahkan. Nenekmu sebenarnya melarang Mama bermain di siang hari. Toh tetap saja bisa lolos dari "penjara" nenekmu. Untung saja tak ada yang mau menculik anak kucel seperti Mama.

Mama mungkin tak sebahagia dirimu, Nduk. Tapi Mama dan Papa akan selalu berusaha menyenangkan hatimu.

Jadi maafkan ya Nduk kalau Mama menumpangi kesenanganmu. Dan jangan lupa bersyukur atas nikmat yang kamu rasakan hari ini dan seterusnya. 





Surabaya, 3 Juli 2017

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej