“Assalamualaikum Ta…udah di kos?”, kata Ibu di seberang telepon. “Sudah, barusan datang,” kataku sembari merebahkan tubuh di atas kasur. “Trus…kapan pindah balik ke rumah,” kata beliau. “Iya…sedang beberes ini. Masih harus nyari kardus yang lebih besar lagi,” ucapku sedikit enggan. Lalu obrolan selanjutnya mulai mengalir. Mulai dari pekerjaanku, mantanku, sampe marah-marah karena aku yang selalu susah makan tepat waktu. *** Ibu bukan sekedar pertanyaan, tapi desakan yang cenderung untuk memerintah. Ibu tahu, kalau terlalu keras memaksa, aku akan makin keras menolak. Secara pelan namun pasti, Ibu meminta untuk kembali ke rumah. Awalnya, berat karena tentu ada pertanyaan apa yang harus dikerjakan? Apa yang harus dilakukan kalau kembali ke rumah? Apa tidak membebani orang tua? Bagaimana pekerjaan yang sekarang? Banyak ketakutan. Banyak keresahan. Sedih dan kecewa meninggalkan pekerjaan lama memang sempat menggelayut hati. Tapi mengabaikan
happy, healthy, wealthy