Skip to main content

Meraup Untung dari Toilet

Keberadaan toilet selama ini dianggap tidak mengenakkan untuk dibahas, apalagi sampai harus dipersiapkan keberadaannya secara khusus. Padahal fungsi toilet sangat penting dan dibutuhkan semua orang. Andri Wibowo Susilo melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis dengan menyiapkan toilet portabel yang ‘wah’. Presiden SBY pun pernah menggunakan toilet miliknya ini. 


ADA sebuah ungkapan, bila ingin mengetahui kepribadian seseorang bisa tercermin dari toilet yang ada di rumahnya. Jika kamar mandinya bersih, maka orang tersebut rapi dan sebaliknya. Namun, pilihan toilet bersih kadang tidak bisa dipenuhi oleh toilet-toilet yang ada di ruang publik. “Karena itu, saya ingin memberikan sebuah toilet yang decent, layak,” katanya ditemui di sela-sela perhelatan Jatim Fair 2012 di Grand City Mall, Surabaya.   
TOILET SEWA : Andri di depan toilet yang disewakan

Ada di bisnis toilet portabel memang tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Andri. Bermula dari keberhasilan memenangkan tender pemerintah di tahun 2009 untuk menyediakan bus toilet. Hasil pekerjaannya ini lantas di-posting di website miliknya. Saat itu, banyak yang merespon namun dia tidak  ngeh jika ada sebuah peluang bisnis dibalik itu semua.   
Ide untuk terjun secara serius dalam bisnis toilet, baru tercetus ketika dia hadir dalam sebuah eksibisi bertema water and waste. Dalam  pameran tersebut, dia melihat ada beberapa toilet portabel sebagai pendukung kegiatan tersebut. Dari hasil obrolan dengan si pemilik toilet portabel, diketahui ada sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang memproduksi toilet tersebut.
Dia mendapat informasi bahwa di luar negeri, terutama Amerika Serikat dan Eropa, toilet portable yang disewakan sudah menjadi hal yang lazim ditemui. Di Indonesia, fasilitas seperti ini jarang ditemui. Kalaupun ada, kondisinya juga kurang layak. Celah tersebut dimanfaatkan Andri untuk menciptakan sebuah toilet yang layak bagi penggunanya.
Maka, dosen Universitas Ciputra ini mulai berburu untuk mendapatkan toilet portabel dengan mengimpor langsung dari Amerika Serikat sekitar tahun 2009. Per unit, dihargai Rp 30 juta. Dia membeli sekitar 11 unit sekaligus. Kebetulan saat itu, kampus tempatnya mengajar menggelar acara wisuda dengan konsep outdoor. Setidaknya ada 700 undangan yang harus dipenuhi hasrat ingin ‘ke belakang’, padahal toilet kampus terlalu jauh dari lokasi. Keberadaan toilet portabel miliknya ternyata memunculkan kepuasan dari konsumennya. 
Namun, bisnis ini tidak semudah yang dia bayangkan. Hampir di sepanjang tahun 2010, nyaris tidak ada kampus atau event organizer yang berminat untuk menggunakan jasa sewa toilet portabel miliknya. “Saya blank, nggak tahu toilet ini harus diapakan karena kampus tidak tiap bulan ada even,” ujarnya.  
Andri harus memutar otaknya. Salah satu yang dia lakukan adalah mencari mailing list yang dikhususkan bagi penyelenggara even. Jurus ini ternyata cukup jitu untuk bisa mendatangkan orderan yang cukup deras dalam dua tahun terakhir. Dalam dua tahun itu pula dia mampu menaikkan jumlah toilet portabel miliknya menjadi 400 unit dengan delapan pegawai tetap. Jika di rata-rata, tiap bulan ada 40 hingga 50 unit yang disewakan. Pria yang pernah terjun di bisnis chemical itu bahkan memiliki tiga gudang di tiga kota berbeda yaitu Surabaya, Bali dan Jakarta.  Untuk meningkatkan informasi tentang produknya, lagi-lagi Andri memanfaatkan dunia internet dengan membuat situs khusus.
Dia memiliki sepuluh jenis toilet portabel yang disewakan. Namun kebanyakan, toilet jenis Sona yang memiliki dimensi 1,2x1,2x2,34 meter. Toilet berbahan HD-polyethylene memiliki fasilitas toilet duduk, cermin, tisu, sabun, penyegar ruangan,keranjang sampah, dan gantungan pakaian. Warna toilet yang berwarna-warni juga jadi daya tarik tersendiri.   
Selain itu, dia juga rajin membuat inovasi agar produknya makin digemari. Salah satunya adalah karavan toilet yang berisi dua unit portabel yang gampang dipindahkan. Disana juga diberi tambahan berupa genset dan pompa untuk memastikan air selalu tersedia. “Jadi mau kemana saja. Gak usah takut gak ada air,” ujarnya. 
Nyaris Kena Tipu 
Jatuh bangun mengembangkan bisnis ini masih terus dialami oleh Andri, terutama dalam mengantisipasi penyelenggara yang enggan membayar. Yang terbaru, berkaitan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Provinsi Jawa Timur di gedung DPRD Provinsi Jatim. Saat itu, ada orang yang meneleponnya dan meminta untuk mengirimkan beberapa unit toilet portabel hanya dalam dua jam. Melihat situasi yang kurang kondusif, dia memutuskan tidak mengirimkannya. “Memang tidak pernah kena tipu, tapi kami selalu yang harus meminta agar jasa kami dibayar. Itu menjengkelkan,” kenangnya. 
Di Jakarta, dia menghadapi jenis kesulitan yang berbeda. Di kota ini, jasanya selalu dibandingkan dengan kompetitornya. Berulangkali, produknya dibandingkan dan dinilai terlalu mahal. Menurutnya hal tersebut wajar karena calon konsumennya belum pernah memanfaatkan jasanya. Belakangan, penyewa yang menggunakan toilet portabel miliknya memang harus memiliki ‘saku tebal’. 
Dia sendiri ingin mengembangkan gudang-gudang di berbagai daerah untuk memudahkan mobilisasi toiletnya. Cara seperti ini diharapkan jitu untuk mengurangi masalah ongkos kirim yang bisa memberatkan konsumennya. “Supaya lebih efisien,” ujarnya. (majalahwisata/sit).

Pernah Digunakan SBY
Dia menceritakan, tidak mudah untuk mencapai sukses yang dia nikmati sekarang. Selama satu tahun terakhir, Andri berkutat untuk bisa menancapkan dirinya sebagai salah satu pemain di bisnis sewa toilet. Selain dirinya, ada sebuah perusahaan multinasional yang sudah 15 tahun menguasai dunia sewa toilet. Namun, dia memastikan dua perusahaan ini memiliki segmen yang berbeda. “Kami mengejar segmen premium,” ujarnya.
Dari segi harga, Andri memang mematok hampir empat kali lipat dari kompetitornya atau Rp 2 juta per unit. Namun, dia menjamin pelayanannya lebih maksimal. Selain fasilitas yang lebih elegan, dia memastikan bahwa toiletnya selalu bersih dengan menyiagakan seorang petugas yang beridentitas resmi berupa rompi. Kondisi toilet yang bersih akan menimbulkan kenyamanan terutama bagi perempuan.  “Kami berprinsip untuk menyediakan toilet yang layak untuk publik. Oleh karena itu, kami memastikan toilet yang kami miliki harus seperti yang digunakan di rumah,” tuturnya.   
Toilet portabel miliknya sudah banyak digunakan di berbagai even nasional di berbagai wilayah di Indonesia. Sebut saja Medan, Binjai, Palembang, Padang, Pekanbaru, Lampung, Kalimantan, Makassar. Sedangkan di Pulau Jawa, seluruh kota sudah hampir dijamahnya. “Ini dikarenakan toilet dibutuhkan dimana-mana, orang butuh toilet,” ujarnya.
VIP : Toilet VIP seperti ini digunakan SBY dan artis-artis
Penyewanya kebanyakan adalah event organizer dengan even yang sangat besar. Biasanya, dia melayani kebutuhan ‘ke belakang’ para artis. Mulai dari artis nasional, hingga artis-artis korea SM Town yang menggelar konser di Gelora Bung Karno, akhir September lalu. Tidak hanya itu, protokoler kepresidenan pun beberapa kali memanfaatkan toilet portabel miliknya bila SBY tengah mengikuti sebuah even di daerah. Biasanya menggunakan toilet jenis Hira yang digunakan bagi VVIP.  Yang berbeda, adalah ruangan yang lebih luas dua kali lipat dari ukuran Sona dengan suasana yang lebih nyaman. “Biasanya Pak SBY suka minta ditambahi meja kecil, handuk, sikat gigi, odol dan tisu basah,” katanya sembari tersenyum. 
Lewat bisnis toilet ini pula, dia mendapatkan sebuah pengalaman yang berbeda. Dia mencontohkan, para pejabat maupun menteri-menteri kerap didatangi ratusan orang jika membuat acara pribadi. Begitu pula para artis yang menggelar pesta pernikahan private di Pulau Dewata. Andri juga mempelajari kebiasaan baru yang berbeda dengan yang diketahuinya selama ini. Dia mencontohkan, jika ada anggota keluarga masyarakat Batak meninggal dunia maka akan disemayamkan selama berhari-hari untuk dijenguk ratusan kerabat.  Pemakaman Chinese di Surabaya yang berbukit-bukit biasanya jauh dari toilet. “Mereka butuh toilet-toilet,” ungkapnya. 
Saat ini, dia masih menikmati hasil jerih payahnya dan posisinya sebagai pemain tunggal sewa toilet portabel untuk segmen premium. Diakuinya, ada ketakutan bila ada pesaing yang meniru konsep yang dia bangun selama ini. “Antisipasinya ya selalu berinovasi tiada henti. Jadi kalau ada yang meniru, saya sudah beberapa langkah di depan,” ujarnya tersenyum.   
 Secara blak-blakkan dia mengaku, investasi yang ditanamkan untuk bisnis ini belum kembali seutuhnya. Tapi dia tetap menganggap bisnis yang dijalankannya masih layak untuk dilakukan. Lantas, pilih menjadi dosen atau terjun di dunia pertoiletan? Dia mengaku kedua kegiatan yang berbeda ini masih mungkin dia kerjakan. “So far, saya menikmati kedua pekerjaan ini,” ujarnya.

Comments

Unknown said…
Terima kasih banyak atas sejarah nya FIRST COMMENT !!!!!

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej