Kamis, 9 Juli 2009 | 13:58 WIB
www.surabayapost.co.id
Perolehan suara capres incumbent di Jawa Timur melampau target tim kampanyenya
SURABAYA–Suara pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono melampaui target. Total suara berdasarkan hasil quik qount Partai Demokrat (PD) Jatim, SBY-Boediono mendapatkan 60% dari total jumlah pemilih di Jatim. Angka itu melebihi target minimal yang ditargetkan DPD PD Jatim yaitu 54%.
’’Hasil quik count itu diperoleh dari data dari semua daerah di Jatim, data itu membuktikan pilpres di semua daerah di Jatim pasangan SBY-Boediono menang mutlak,” kata Arif Afandi, ketua Koordinator Daerah DPD PD Jatim si Surabaya, Kamis (9/7).
Arif yang juga Wakil Walikota Surabaya itu mengatakan, hasil quik count 60% harus dibuktikan dengan hasil real count KPU Jatim. Namun, hasil quik count ama dengan hasil pantauan para tim sukses SBY-Boediono, yakni mencapai 60% untuk kemenangan capres yang diusung PD bersama 24 parpol tersebut.
Surabaya dan Kota Blitar yang dikenal sebagai kandang PDIP, juga direbut SBY-Boediono. Pilwali 1999-2004 dan 2005-2010 di dua kota itu dimenangkan PDIP.
Di Kota Blitar berdasarkan penghitungan tim sukses PKS Jatim, SBY-Boediono meraih 66,10% (49.009), disusul Mega-Prabowo 28,61% (21.210) dan pasangan JK 5,56% (4.122). Sedangkan di Kota Surabaya, SBY-Boediono meraih 67%, disusul Mega-Prabowo sekitar 25%, dan JK-Wiranto 8%.
SBY juga merajai Pacitan, tempat kelahiran dan masa kecilnya. Ketua KPU Pacitan, Damhudi, dihubungi Kamis (9/7) pagi tadi, menyebutkan bahwa perolehan SBY-Boediono (95,25 %), disusul Megawati-Prabowo (3,37 %), dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (1,37 %).
Di Probolinggo, masih kata tim PKS Jatim, SBY-Boediono juga mendapatkan suara 50,72% (57.147), disusul Mega-Prabowo 41,11% (46.320) dan JK-Wiranto 8,17% (9.203).
Sementara di Nganjuk dari jumlah DPT sebanyak 874.00 suara pasangan Mega-Pro 167.463, SBY-Bodiono 279.800, pasangan JK-Win 37.340. ’’Ini semua masih hasil quik count kami, lho, bukan hasil dari KPU,” tutur Arif Affandi.
Di Bondowoso, sumber resmi KPU setempat, mengatakan, SBY-Boediono unggul dengan perolehan 264.097 suara, disusul Mega-Pro 58.389 suara dan JK-Wiranto 62.925. Berdasarkan hasil penghitungan cepat (quick qount) Desk Pemilu Kab. Bondowoso, perolehan SBY-Boediono berjaya di 21 kecamatan dari 23 kecamatan di Kab. Bondowoso.
Di Sumenep, perolehan suara sementara di 20 dari 27 kecamatan yang ada juga dikuasai SBY-Boediono. Dari data perolehan suara yang dihimpun Tim Kampanye SBY-Boediono di Sumenep hingga hari ini, SBY-Boediono mearih 158.480 suara, disusul Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Mega-Pro) sebanyak 140.697 suara, dan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) 74.729 suara.
’’Kami baru bisa mengumpulkan data perolehan suara dari saksi di 20 kecamatan, sedang suara di tujuh kecamatan lainnya belum masuk,’’ kata Sekretaris Tim Kampanye SBY-Boediono di Sumenep, Yusuf Ismail.
Di Pamekasan, SBY-Boediono juga merajai, dengan 245.892 suara, disusul Mega-Prabowo 86.496 suara dan JK-Wiranto 64.132. ’’Data yang kami kumpulkan hingga Kamis dini hari berdasar laporan dari masing-masing saksi TPS se-Kabupaten Pamekasan, pasangan SBY-Boediono,’’ kata jubir tim sukses SBY-Boediono Pamekasan, Fariduddin Tamim, di Pamekasan.
Secara nasional, SBY-Boediono menurut hasil penghitungan suara sementara KPU di Jakarta, Kamis (9/7) pagi, unggul atas calon lainnya di 22 provinsi. Calon Partai Demokrat dan 24 parpol lainnya itu, selain unggul di Jatim, juga di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara (lihat tabel halaman 1).
Karena Figur
Kemenangan mutlak SBY-Boediono dalam pilpres 2009 tak lain karena pencitraan SBY. Masyarakat saat ini, khususnya masyarakat lapisan bawah, masih melihat sosok bukan pada program kerja serta kontrak politik capres.
Airlangga Pribadi, pengamat politik FISIP Unair, mengatakan, kemenangan Partai Demokrat dan kekalahan PDIP dan Partai Golkar sudah terlihat sejak pemilihan legislatif (pileg) kemarin. Hal ini menunjukkan kemenangan tidak tergantung dari partai melainkan pada sosok yang dijual. Selain tokoh, kerja keras tim sukses dalam membentuk pencitraan terhadap tokoh tersebut juga menjadi kunci kemenangan calon.
”Saat ini masyarakat bisa melihat sosok SBY selama memimpin. Ditambah dengan tepatnya tim sukses dalam membangun pencitraan SBY yang semakin menguatkan citranya sebagai pemimpin ideal,” jelasnya.
Dibandingkan dengan calon lainnya, ungkapnya, SBY tampil sebagai sosok pemimpin yang low profile, tidak ambisius serta langsung menyapa masyarakat. Tidak terlalu mengumbar janji melalui program kerja maupun kontrak politik yang dijanjikan untuk masyarakat. Berbeda dengan pencitraan yang dibentuk kedua pasangan capres lainnya.
Hal yang sama diungkapkan Direktur Utama Pusat Kajian, Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskpatis), Husin Yazid. ’’Kemenangan SBY di antaranya disebabkan saat ini masyarakat Indonesia, terutama di tingkat bawah, masih menempatkan figur sebagai dasar menentukan pilihan,” katanya di Jakarta.
Dibandingkan dua kandidat capres lainnya, kata Husin, SBY lebih tenang dan santun dalam berperilaku. ’’Sikap yang ditunjukkan para capres/cawapres dua hari sebelum pemilu dilangsungkan, sangat mempengaruhi elektabilitas masing-masing kandidat,’’ katanya. Selain itu, upaya yang dilakukan tim sukses dalam mempengaruhi massa juga menjadi pendorong tingginya perolehan suara SBY-Boediono dibandingkan pasangan capres/cawapres lainnya.
Tentang hasil survei Puskaptis yang sebelumnya memprediksi Pilpres berlangsung dua putaran, kata Husin, hal itu gugur dengan sendirinya setelah sejumlah manuver yang dilakukan capres-cawapres sebelum pelaksanaan Pilpres dilangsungkan.
Prestasi Mega-JK
Berbeda dengan Airlangga Pribadi, Asfar menganggap kemenangan SBY merupakan hal biasa. Sebab, SBY didukung dengan sekian banyak partai, mulai partai besar, partai menengah, serta partai kecil. Belum lagi, tim sukses yang di luar partai politik. Hal itu membuat kemenangan SBY sudah menjadi hal yang wajar. ”Kalau SBY hanya mengandalkan partainya, yang diperoleh kurang dari 20 persennya,” ujarnya.
Asfar justru melihat prestasi membanggakan didapatkan Megawati dan Jusuf Kalla. Megawati mendapatkan perolehan 31 persen, artinya berhasil mendapatkan dukungan suara 100 persen dari suara partai yang hanya 17 persen. ”Menurut saya sosok Megawati sangat bisa dijual, ini terlihat dari perolehan suara yang luar biasa,” ungkapnya.
Sedangkan untuk JK, Asfar melihat kekalahan JK karena dia terlambat untuk bergerak. Hal itu tidak lain karena janji SBY yang akan menggandeng dia lagi pada pilpres kali ini. Namun, kenyataannya dia ditinggal dan didepak setelah Demokrat menang dalam pemilu legislatif lalu. ”Meskipun terlambat, namun JK menunjukkan hasil yang sangat luar biasa,” paparnya.
Hal itu, terlihat dari hasil survei atau polling untuk JK yang selalu memperoleh kenaikan yang signifikan, yaitu 100 persen. Dari 3 persen, naik menjadi 6 persen dan terus merangkak menembus angka 12 persen. ”Justru karena incumbent, JK jadi kehilangan pamor. Sebab, prestasi selama ini milik presiden,” tegasnya. pur,sis,mer,wid
www.surabayapost.co.id
Perolehan suara capres incumbent di Jawa Timur melampau target tim kampanyenya
SURABAYA–Suara pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono melampaui target. Total suara berdasarkan hasil quik qount Partai Demokrat (PD) Jatim, SBY-Boediono mendapatkan 60% dari total jumlah pemilih di Jatim. Angka itu melebihi target minimal yang ditargetkan DPD PD Jatim yaitu 54%.
’’Hasil quik count itu diperoleh dari data dari semua daerah di Jatim, data itu membuktikan pilpres di semua daerah di Jatim pasangan SBY-Boediono menang mutlak,” kata Arif Afandi, ketua Koordinator Daerah DPD PD Jatim si Surabaya, Kamis (9/7).
Arif yang juga Wakil Walikota Surabaya itu mengatakan, hasil quik count 60% harus dibuktikan dengan hasil real count KPU Jatim. Namun, hasil quik count ama dengan hasil pantauan para tim sukses SBY-Boediono, yakni mencapai 60% untuk kemenangan capres yang diusung PD bersama 24 parpol tersebut.
Surabaya dan Kota Blitar yang dikenal sebagai kandang PDIP, juga direbut SBY-Boediono. Pilwali 1999-2004 dan 2005-2010 di dua kota itu dimenangkan PDIP.
Di Kota Blitar berdasarkan penghitungan tim sukses PKS Jatim, SBY-Boediono meraih 66,10% (49.009), disusul Mega-Prabowo 28,61% (21.210) dan pasangan JK 5,56% (4.122). Sedangkan di Kota Surabaya, SBY-Boediono meraih 67%, disusul Mega-Prabowo sekitar 25%, dan JK-Wiranto 8%.
SBY juga merajai Pacitan, tempat kelahiran dan masa kecilnya. Ketua KPU Pacitan, Damhudi, dihubungi Kamis (9/7) pagi tadi, menyebutkan bahwa perolehan SBY-Boediono (95,25 %), disusul Megawati-Prabowo (3,37 %), dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (1,37 %).
Di Probolinggo, masih kata tim PKS Jatim, SBY-Boediono juga mendapatkan suara 50,72% (57.147), disusul Mega-Prabowo 41,11% (46.320) dan JK-Wiranto 8,17% (9.203).
Sementara di Nganjuk dari jumlah DPT sebanyak 874.00 suara pasangan Mega-Pro 167.463, SBY-Bodiono 279.800, pasangan JK-Win 37.340. ’’Ini semua masih hasil quik count kami, lho, bukan hasil dari KPU,” tutur Arif Affandi.
Di Bondowoso, sumber resmi KPU setempat, mengatakan, SBY-Boediono unggul dengan perolehan 264.097 suara, disusul Mega-Pro 58.389 suara dan JK-Wiranto 62.925. Berdasarkan hasil penghitungan cepat (quick qount) Desk Pemilu Kab. Bondowoso, perolehan SBY-Boediono berjaya di 21 kecamatan dari 23 kecamatan di Kab. Bondowoso.
Di Sumenep, perolehan suara sementara di 20 dari 27 kecamatan yang ada juga dikuasai SBY-Boediono. Dari data perolehan suara yang dihimpun Tim Kampanye SBY-Boediono di Sumenep hingga hari ini, SBY-Boediono mearih 158.480 suara, disusul Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Mega-Pro) sebanyak 140.697 suara, dan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) 74.729 suara.
’’Kami baru bisa mengumpulkan data perolehan suara dari saksi di 20 kecamatan, sedang suara di tujuh kecamatan lainnya belum masuk,’’ kata Sekretaris Tim Kampanye SBY-Boediono di Sumenep, Yusuf Ismail.
Di Pamekasan, SBY-Boediono juga merajai, dengan 245.892 suara, disusul Mega-Prabowo 86.496 suara dan JK-Wiranto 64.132. ’’Data yang kami kumpulkan hingga Kamis dini hari berdasar laporan dari masing-masing saksi TPS se-Kabupaten Pamekasan, pasangan SBY-Boediono,’’ kata jubir tim sukses SBY-Boediono Pamekasan, Fariduddin Tamim, di Pamekasan.
Secara nasional, SBY-Boediono menurut hasil penghitungan suara sementara KPU di Jakarta, Kamis (9/7) pagi, unggul atas calon lainnya di 22 provinsi. Calon Partai Demokrat dan 24 parpol lainnya itu, selain unggul di Jatim, juga di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara (lihat tabel halaman 1).
Karena Figur
Kemenangan mutlak SBY-Boediono dalam pilpres 2009 tak lain karena pencitraan SBY. Masyarakat saat ini, khususnya masyarakat lapisan bawah, masih melihat sosok bukan pada program kerja serta kontrak politik capres.
Airlangga Pribadi, pengamat politik FISIP Unair, mengatakan, kemenangan Partai Demokrat dan kekalahan PDIP dan Partai Golkar sudah terlihat sejak pemilihan legislatif (pileg) kemarin. Hal ini menunjukkan kemenangan tidak tergantung dari partai melainkan pada sosok yang dijual. Selain tokoh, kerja keras tim sukses dalam membentuk pencitraan terhadap tokoh tersebut juga menjadi kunci kemenangan calon.
”Saat ini masyarakat bisa melihat sosok SBY selama memimpin. Ditambah dengan tepatnya tim sukses dalam membangun pencitraan SBY yang semakin menguatkan citranya sebagai pemimpin ideal,” jelasnya.
Dibandingkan dengan calon lainnya, ungkapnya, SBY tampil sebagai sosok pemimpin yang low profile, tidak ambisius serta langsung menyapa masyarakat. Tidak terlalu mengumbar janji melalui program kerja maupun kontrak politik yang dijanjikan untuk masyarakat. Berbeda dengan pencitraan yang dibentuk kedua pasangan capres lainnya.
Hal yang sama diungkapkan Direktur Utama Pusat Kajian, Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskpatis), Husin Yazid. ’’Kemenangan SBY di antaranya disebabkan saat ini masyarakat Indonesia, terutama di tingkat bawah, masih menempatkan figur sebagai dasar menentukan pilihan,” katanya di Jakarta.
Dibandingkan dua kandidat capres lainnya, kata Husin, SBY lebih tenang dan santun dalam berperilaku. ’’Sikap yang ditunjukkan para capres/cawapres dua hari sebelum pemilu dilangsungkan, sangat mempengaruhi elektabilitas masing-masing kandidat,’’ katanya. Selain itu, upaya yang dilakukan tim sukses dalam mempengaruhi massa juga menjadi pendorong tingginya perolehan suara SBY-Boediono dibandingkan pasangan capres/cawapres lainnya.
Tentang hasil survei Puskaptis yang sebelumnya memprediksi Pilpres berlangsung dua putaran, kata Husin, hal itu gugur dengan sendirinya setelah sejumlah manuver yang dilakukan capres-cawapres sebelum pelaksanaan Pilpres dilangsungkan.
Prestasi Mega-JK
Berbeda dengan Airlangga Pribadi, Asfar menganggap kemenangan SBY merupakan hal biasa. Sebab, SBY didukung dengan sekian banyak partai, mulai partai besar, partai menengah, serta partai kecil. Belum lagi, tim sukses yang di luar partai politik. Hal itu membuat kemenangan SBY sudah menjadi hal yang wajar. ”Kalau SBY hanya mengandalkan partainya, yang diperoleh kurang dari 20 persennya,” ujarnya.
Asfar justru melihat prestasi membanggakan didapatkan Megawati dan Jusuf Kalla. Megawati mendapatkan perolehan 31 persen, artinya berhasil mendapatkan dukungan suara 100 persen dari suara partai yang hanya 17 persen. ”Menurut saya sosok Megawati sangat bisa dijual, ini terlihat dari perolehan suara yang luar biasa,” ungkapnya.
Sedangkan untuk JK, Asfar melihat kekalahan JK karena dia terlambat untuk bergerak. Hal itu tidak lain karena janji SBY yang akan menggandeng dia lagi pada pilpres kali ini. Namun, kenyataannya dia ditinggal dan didepak setelah Demokrat menang dalam pemilu legislatif lalu. ”Meskipun terlambat, namun JK menunjukkan hasil yang sangat luar biasa,” paparnya.
Hal itu, terlihat dari hasil survei atau polling untuk JK yang selalu memperoleh kenaikan yang signifikan, yaitu 100 persen. Dari 3 persen, naik menjadi 6 persen dan terus merangkak menembus angka 12 persen. ”Justru karena incumbent, JK jadi kehilangan pamor. Sebab, prestasi selama ini milik presiden,” tegasnya. pur,sis,mer,wid
Comments