Skip to main content

Cara mendaftarkan calon bayi ke BPJS

Hai hai hai
Hari ini, saya mau sharing tentang cara mendaftarkan calon bayi ke BPJS. Caranya simpel dan gak ribet ASALKAN semua dokumen yang dibutuhkan sudah tersedia.

Begini tahapannya:
1. Siapkan kelengkapan syarat yaitu Kartu Keluarga, kartu BPJS ibu, surat keterangan hari perkiraan lahir dari faskes tingkat 1. Serta nomor rekening/nomor ATM dari BNI/Mandiri/BRI karena diminta petugas loket untuk peserta kelas 2 dan kelas 3.
2. Ambil nomor antrean di kantor BPJS Kesehatan dan formulir pendaftaran.
3. Isi semua isian sesuai data IBU.
4. Adapun nama calon bayi yang didaftarkan ditulis "Bayi Nyonya si Fulan".
5. Saat dipanggil, serahkan semua persyaratan kepada petugas loket.
6. Selanjutnya akan mendapatkan selembar kertas yang menyatakan bahwa calon bayi kita sudah terdaftar. Yang bagian ini agak bikin kesel, karena selembar kertas ketikan biasa, gak ada kopnya atau surat resmi gitu. ngetik di rumah sendiri napa? Hahahahaa...just kidding.
7. Ketika anak lahir, dilaporkan selambat2nya satu bulan dari tanggal HPL dengan menyertakan surat keterangan lahir, KK, KTP dan BPJS.


Oh ya Moms, pastikan di surat keterangan HPL disertakan tentang detak jantung bayi (DJJ). Bidan juga menginformasikan jika calon bayi yang didaftarkan berusia makakmal 37 minggu. Informasi dari sejawat yang baru melahirkan, proses aktivasi membutuhkan waktu 6 bulan.

Kenapa daftarkan ke BPJS? Ya karena emang udah program pemerintah dan diwajibkan bagi seluruh WNI. Dan yang kedua tentu jaga-jaga aja kalau ada apa apa dengan si jabang bayi (amit-amit jabang bayi) dan tentu aja bayar preminya lebih murah ketimbang asuransi swasta. Hehehe...

Semoga info ini membantu Moms semua

Comments

Popular posts from this blog

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran ...

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,...

Uang Tunai Hilang, Onde-onde Melayang

Kehidupan manusia di era digital sangat dimanjakan. Ada smartphone, smarthome, sampe udah ada konsep smartcity. Begitu juga kehidupan sehari-hari banyak teknologi memudahkan manusia. Salah satunya uang digital.  Saat ini, saya termasuk pengguna aktif uang digital. Kemana-mana ga pernah bawa uang cash banyak... Secukupnya aja. Biasanya Rp50 ribu. Paling banyak Rp100 ribu. Buat beli bensin atau sekedar jaga-jaga ban bocor/kempes. Kalo ga ada insiden di atas, bisa berhari-hari ngendon di dompet. Kartu debet aneka bank.  Ada kartu vaksin juga. Wkwkkw Lah gimana enggak? Belanja di minimarket, gesek kartu debet. Lewat tol, pake e-money. Beli pulsa, bayar tagihan, BPJS, langganan internet, tinggal tutul-tutul aplikasi keuangan di hape. Belanja makanan tinggal scan barcode hape. Hmm apalagi yah... Banyak deh.  Uang digital emang membantu banget sih buat saya. Karena ga harus bawa uang yang banyak. Otomatis di dompet cuma berisi KTP, SIM, STNK, dan kartu ATM. Wkwkkwkw... Gak enakn...