Skip to main content

Yuuuk bukber di Al Bazaar Hotel Harris Gubeng

Haaaaaaaaiiii....lama bingiiit gak apdet nih blog.

So sori yes. Soalnya nih agak rempong, ribet dan saya terlalu lelah. Mungkin perlu piknik yang jaaaaauuuuhhhh biar gak jemuuuuuuuuuuu menunggu seorang kekasih. *nah kan gagal fokus

Nah kebetulan nih ya dapat invitation dari Hotel Harris Gubeng Surabaya yang lagi bikin even Al Bazaar yang digelar di Harris Cafe di lantai lima hotel itu. Eh betewe nih hotel berada di kawasan Gubeng dan berdampingan dengan Hotel Pop. Jadi jangan salah masuk yes?

Aku sih gak salah masuk, cuma sempet bingung naik lift dari parkiran motor kok masuk ke parkiran mobil. Kan aku belum punya mobil...sempet baper eh ternyata cuma ga liat belokan masuk ke lobi. Qiqiqiiqiqiqi...

Nah di Harris Cafe ini seru banget suasananya. Di indoor cafenya bisa lihat pemandangan kota Surabaya yang jauuuh jauuuh sekale. Trus di sisi lain, ternyataaah cafe ini berada di areal kolam renang. Isshh adeeem deh rasanya.

Taaaapiii lebih adem lagi pas lihat makanannya di Al Bazaar ini. Busyeett deh ada 111 menu buat buka puasa. Biyuuuhh...ngeces dah nih iler.
Ada menu takjil yang terdiri dari kurma, manisan buah, aneka gorengan, aneka salad dan menu khas Timur Tengah. Tak lupa, masakan tradisional seperti Penyetan Suroboyo, Lontong Balap, atau Pecel Madiun juga disajikan di Al Bazaar yang digelar untuk tahun ketiga.

Menu andalan tahun ini di Al Bazaar ialah Chicken Shawarma, Sizling Mongolian Seafood Barbeque, Nasi dan Mie Goreng Jahanam. Aku nyobain yang Chicken Shawarma, itu tuh yang bentuknya putih bulan separoh. Isinya mirip kebab tapi berasa kayak makanan India. Soalnya dicocolin pake saos kari.

Entahlah...yang jelas rasanya enyaaaaakkk....sayangnya, cuma bisa menikmati sepotong gegara perut udah penuh nyobain semua menu. (duh keliatan rakus deh).

The point is manisan buahnya enak, gorenganya enak, nasi lemaknya enak. nyamnyam semua deh. Layak kalo dihargai Rp111 ribu per orang.

Penyebab lain gak ngabisin Chicken Shawarma gegara keasikan liat para koki live cooking. Ada yang masak barbeque, bikin mie, sampek ngeliatin chef bikin Chicken Shawarman. Bentuknya ngegemesin dan Instagramable bikin bingung, antara pengen makan atau upload di Instagram.

Anda pasti paham kebingunganku.

Kwkwkwkw....

Nih ada video chef-nya lagi live cooking






Comments

Assalamualaikum Wr. Wb.

WhatsApp Only>>>(+33) 753893351
Email<<<>>>{aditya.aulia139@gmail.com}
{iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}

Nama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu BBM INVITE-nya: {D8980E0B} atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan CREDIT UNION DAYA LESTARI via: {mail:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej