Skip to main content

Resep Kue Kastengel ala Mashita



Hari ini, semangat bikin kue kembali membara. Apalagi, liat Ayun beberapa hari ini males makan.

Uughh..apa ya yang bisa bikin dia mau masukin makanan, gak cuma susu doang ke dalam perutnya?

Dua hari mikir, diputuskan untuk mengeluarkan kembali peralatan bikin kue. Plus beli alat cetakan kue.

Rencananya adalah membuat kastengel. Daan googling googling googling ketemulah resep kastengel ala Ny. Liem.

Ini dia resepnya:
Bahan dan bumbu kue kastengel kejumoo kraft cheddar
- 400 gram tepung terigu protein rendah
- Butter cream atau mentega 250 gram
- Margarin 50 gram
- Keju craft cheddar 250 gram
- Susu bubuk instan full cream 20 gram
- Kuning telor 3 buah
- Maizena 1 sendok makan

Bahan olesan kastengel cake
- Kuning telur ayam 2 butir

Bahan taburan
- Keju cheddar diparut 50 gram

Cara membuat:

1. Campur butter, margarin dengan mixer sebentar saja. Lalu tambahkan susu bubuk full cream, maizena dan sebagian tepung terigu, lalu diaduk dengan kecepatan tinggi.

2. Setelah itu, tambahkan setengah bagian parutan keju cheddar yang sudah dioven 5 menitan. Lalu ambil sisa tepung terigu dan parutan kejunya lalu aduk sampai kalis

3. Kalau sudah kalis, adonan diletakkan di alas plastik, digepengkan 4 mm, lalu dibentuk

4. Panaskan oven sekitar 20 menit dengan api sedang

5. Sebelum dimasukkan ke oven, adonan ditata di loyang, beri mentega. Lalu bagian atas diolesi dengan kuning telor dan ditaburi keju parut.

6. Panggang kue sekitar 30 menit sampai berubah warna.

7. Sebelum masuk ke toples, dinginkan sekitar 10 menit.

Salah satu yang baru saya pahami adalah, ribuan resep bertebaran di internet. Namun, tak sepenuhnya kita harus mengikuti takaran atau bahan yang tertulis disana.

Contohnya, di resep yang saya intip sebenarnya tak ada kuning telor yang harus diaduk bersama adonan mentega. Bahkan menggunakan kaldu ayam. Namun, di resep lain ada yang menyertakannya.

Yang lain, menggunakan susu bubuk. Tapi ada yang pakai susu full krim.

Keputusannya emang di tangan kita. Jadi ya pakai feeling-feeling an gitu deh.

Hehehee...

Hasilnya ya lumayan lah. Kata Ibu dan teman-teman rasanya enak banget.

Dan yang penting adalah Ayun doyan makan kastengel buatanku.

Alhamdulillah.

PS: Foto kastengelnya akan saya update kemudian. Hehehe

Comments

Popular posts from this blog

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran

Agung Bakhtiyar, Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51. NANI MASHITA Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman. Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas mej