Skip to main content

Anang-Ashanty dan UU Penyiaran yang terabaikan



Sebuah kabar bahagia datang dari pasangan Anang Hermansyah-Ashanty. Minggu (14/12/2014), Ashantyh melahirkan putri pertamanya. Sayangnya momen bahagia itu ternodai dengan disiarkannya proses persalinan caesar secara live di sebuah televisi swasta.

Honestly, saya tidak lihat acara tersebut. Saya sedang bekerja sembari momong anak. Uhmmm...kalaupun luang saya males nonton karena pasangan ini lama kelamaan basi dengan segala pernak-pernik kehidupannya yang terlalu diumbar.

Okelah waktu Anang diselingkuhi Krisdayanti itu lumayan tragis. Yaaa dimaklumi deh ketika dia menikah dengan Ashanty disiarkan secara langsung oleh RCTI. Taaaapiiii...ketika melahirkan juga harus disiarkan tivi, mendadak ingin muntah.

Dan yang lebih bikin jengkel, Anang sekarang jadi anggota DPR RI!!

Heloooo.....plis deh jadi sedikit cerdas dan malu gitu. Baca-baca dikitlah mengenai UU Penyiaran no 32 tahun 2002. Disana jelas disebutkan bahwa, “Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.”

Kata penyiaran dalam kutipan pasal 1 (2) di atas, juga dijelaskan lagi ke dalam dua bentuk, penyiaran radio dan televisi. Mari kita lihat yang bagian televisi saja (Pasal 1 (4)): “Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambung

Frekuensi yang digunakan oleh siaran televisi, adalah ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Karena itu pula, negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 6 ayat 2).

Artinya apa?
Yang disiarkan harusnya adalah yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Lah Ashanty melahirkan caesar itu apa ada kepentingannya?

Okelah biar orang tahu bagaimana operasi caesar...tapi gak perlu disiarkan lah.
Jadinya gimanaaaaaa gitu....

Serasa pengen ngomen : emang frekuensi ini milik nenek moyang lu!

Parahnya, Anang tampaknya lupa bahw dia sudah terpilih menjadi anggota DPR RI sehingga dia tidak bisa seenaknya bilang, "Kalau gak suka tinggal ganti channel."

Well....selain payah mengenai pengetahuan bermusik - kata Ahmad Dhani - tampaknya dia juga buta aturan ataupun buta undang-undang. Padahal dia adalah legislator yang salah satu tugasnya adalah membuat undang-undang.

Minta maaf? Errrr...kayaknya dulu udah kena semprit gara2 nikahnya disiarkan tivi yang sama. Bahkan nyaris diciduk KPK karena dugaan penyelewengan APBD Jember, meski sudah dibantah.

Lah kok sekarang minta maaf karena mengulang hal yang sama?

Tampaknya Anang sudah punya modal jadi politisi : bebal.

Comments

Popular posts from this blog

(Sebaiknya) Mahasiswa FK Harus Orang Kaya

Selasa (29/11) pagi, saya mengunjungi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Setelah berbincang dengan kolega baru, saya bersama beberapa kawan memutuskan untuk sarapan di kantin kampus. Jujur, saya sangat menikmati makanan sehat yang disajikan kantin itu terutama ketiadaan penggunaan MSG. Saya pun merasa nyaman dengan kampusnya yang bersih, dengan para calon dokter berpakaian rapi dan cantik bersliweran sembari membawa buku tebal. Melihat beberapa di antaranya mengenakan jas dokter begitu gagah dan menawan. Apalagi, cuaca pagi tadi sangat cerah. Tetapi, kenyamanan saya tiba-tiba terusik dengan tindakan salah seorang mahasiswa disana. Jamaknya sebuah kantin yang meja-kursi selalu penuh dan harus berbagi dengan orang lain yang tidak satu kelompok, mahasiswi itu terlihat sangat memusuhi dan judes. Awalnya cuek. Tapi ketika dia sudah pindah meja, dengan seenaknya mengambil wadah sambal tanpa permisi. Sontak, saya pun kecewa. Hilang rasa simpati saya terhadap mahasiswa kedokteran ...

Surabaya "hot potatoes"

Dua hari ini, Surabaya panas membara. Panas dalam arti sebenarnya. Membara dalam arti kiasan saking panasnya. Lek jare arek Suroboyo: "Hot potatoes" alias panas ngentang-ngentang. Atau : "The hot is not public" alias panas ra umum, ora njamak panase. Intinya panas di Surabaya dalam setahun belakangan ini benar-benar tak seperti biasane. Hampir 15 tahun tinggal di Surabaya - meski dalam periode tertentu meninggalkan kota ini - tau betul lah kalo Surabaya itu kota panas. Panas karena sinar matahari yang benar-benar menyengat. Bukan karena air laut - seperti Semarang, atau Jakarta - panas ditambah polusi yang parah. Mungkin tak sepanas Pontianak yang berada di garis khatulistiwa, tapi coba deh tinggal disini selama seminggu. Yang jelas, penjelasan Wikipedia bersuhu udara rata-rata 23,6 °C hingga 33,8 °C gak pas jeh. Dalam sebulan ini mencoba mengamati suhu di Surabaya terutama di siang hari. Nyaris gak pernah di bawah 33 derajat celcius. Bahkan hari ini,...

Uang Tunai Hilang, Onde-onde Melayang

Kehidupan manusia di era digital sangat dimanjakan. Ada smartphone, smarthome, sampe udah ada konsep smartcity. Begitu juga kehidupan sehari-hari banyak teknologi memudahkan manusia. Salah satunya uang digital.  Saat ini, saya termasuk pengguna aktif uang digital. Kemana-mana ga pernah bawa uang cash banyak... Secukupnya aja. Biasanya Rp50 ribu. Paling banyak Rp100 ribu. Buat beli bensin atau sekedar jaga-jaga ban bocor/kempes. Kalo ga ada insiden di atas, bisa berhari-hari ngendon di dompet. Kartu debet aneka bank.  Ada kartu vaksin juga. Wkwkkw Lah gimana enggak? Belanja di minimarket, gesek kartu debet. Lewat tol, pake e-money. Beli pulsa, bayar tagihan, BPJS, langganan internet, tinggal tutul-tutul aplikasi keuangan di hape. Belanja makanan tinggal scan barcode hape. Hmm apalagi yah... Banyak deh.  Uang digital emang membantu banget sih buat saya. Karena ga harus bawa uang yang banyak. Otomatis di dompet cuma berisi KTP, SIM, STNK, dan kartu ATM. Wkwkkwkw... Gak enakn...