Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Resep Kue Kastengel ala Mashita

Hari ini, semangat bikin kue kembali membara. Apalagi, liat Ayun beberapa hari ini males makan. Uughh..apa ya yang bisa bikin dia mau masukin makanan, gak cuma susu doang ke dalam perutnya? Dua hari mikir, diputuskan untuk mengeluarkan kembali peralatan bikin kue. Plus beli alat cetakan kue. Rencananya adalah membuat kastengel. Daan googling googling googling ketemulah resep kastengel ala Ny. Liem. Ini dia resepnya: Bahan dan bumbu kue kastengel kejumoo kraft cheddar - 400 gram tepung terigu protein rendah - Butter cream atau mentega 250 gram - Margarin 50 gram - Keju craft cheddar 250 gram - Susu bubuk instan full cream 20 gram - Kuning telor 3 buah - Maizena 1 sendok makan Bahan olesan kastengel cake - Kuning telur ayam 2 butir Bahan taburan - Keju cheddar diparut 50 gram Cara membuat: 1. Campur butter, margarin dengan mixer sebentar saja. Lalu tambahkan susu bubuk full cream, maizena dan sebagian tepung terigu, lalu diaduk dengan kecepatan tinggi. 2. S

pa..pa...pa....pa...pa...

Alhamdulillaaaah.... Itu kata saya ucapin ketika Ayun bisa mengucapkan kata pa pa pa pa pa Kerasa lebay sih...anak kecil memang harus bisa melafalkan kata-kata itu. Ketika usianya antara 9-11 bulan. Tapi Ayun baru melafalkan dengan jelas di usianya menginjak 18 bulan. Yap. Memang Ayun sudah divonis telat bicara oleh dokter spesialis di RS Graha Amerta Dr. Soetomo. Sedih...iya. Apalagi si dokter itu menekan saya sebagai ibunya, bahwa saya tak berusaha lebih keras. Bahwa meski tahu ibunya juga telat bicara - yang katanya bisa diturunkan ke anaknya - tak responsif segera mencegah berulangnya telat bicara yang saya alami. Duuuh duuh duuuh...aku sakiiiiit sakiiiitt. Rasanya ingin meraung-raung. MANA AKU TAU KALAU TELAT BICARA ITU GENETIK? Dan itu semua salahku?? Aaaaargghh rasanya ingin ku menjerit. Tapi aku redam. Waktu itu Ayun sangat gembira. Ia berlari kesana kemari di koridor rumah sakit. Dia juga salim dengan seorang dokter yang lewat kala itu. Selama diobservasi oleh

Peneliti ITS jadikan ikan gabus obat alternatif bagi penderita diabetes

Dua peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Dr Dewi Hidayati SSi MSi dan Sri Nurhalita berhasil memanfaatkan ikan gabus sebagai obat penyakit diabetes. Dewi Hidayati menjelaskan ketertarikan meneliti ekstrak ikan gabus berawal dari tingginya jumlah penderita diabetes di Indonesia. Berdasarkan penelitian berjudul Blueprint for Change, penderita diabetes di Indonesia tercatat mencapai 7,6 juta orang. Sebanyak 41 persen di antaranya tidak mengetahui kondisi kesehatannya dan 39 persen mendapatkan pengobatan. Sisanya, hanya 0,7 persen penderita diabetes yang mendapatkan pengobatan dengan tepat. Adapun Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian tertinggi ke-6 di Indonesia. Kebanyakan penderitanya tidak sadar mengidap penyakit ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala-gejala yang timbul. Selain itu, biaya pengobatan yang harus dikeluarkan juga terbilang mahal. "Ikan gabus merupakan salah satu jeni