Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Dua Gerimis

Tidak ada air mata yang menetes. Atau nafas yang begitu menggelegak. Ekspresinya peres. Hanya saja, matanya memang tidak bisa berbohong kalau hatinya tengah berontak. Tetap saja, dia berusaha tenang dan ceria seperti yang kukenal. Yakinlah itu bohong. Kami bersahabat sejak lama. Dan sejak lama aku iri dengannya. "Aku ingin keliling ke kota-kota di Indonesia. Aku akan menikmati tiap sudut kota. Untuk makan, aku akan bekerja," ujarnya saat masih duduk di bangku kuliah. "Ngawur kamu. Mana ada pekerjaan semacam itu?" sanggahku. "Ada...gak usah takut. Kita hidup sekali, harus senang-senang. Bekerja itu cuma sambilan," katanya enteng. Aku hanya menatap wajah optimisnya saat itu. Entah keirian yang ke berapa kali hinggap di hatiku saat itu. Malini memang serba beruntung. Apa yang diinginkan dia pasti terwujud. Orang tuanya termasuk golongan berada. Meski tak kaya raya, dia selalu dimanja dengan berbagai keinginan yang sudah terpenuhi. Dan dia

Bisnis Obat di Balik Ruang Praktik

Tak ada yang ingin jatuh sakit. Menurunnya kesehatan membuat hidup menjadi tak nyaman. Namun di Indonesia bukan hanya hidup yang tak nyaman, sakit juga berarti seseorang harus merogoh kocek dalam-dalam. Nanti dulu bicara soal perawatan di rumah sakit. Untuk sekadar menebus resep obat kita sudah dibuat mengurut dada. Mahalnya harga obat-obat sudah melampaui batas kemampuan ekonomi masyarakat banyak. Mahalnya harga obat di Indonesia bukan cerita baru. Hal ini sudah menjadi keluhan sejak lama. Kebijakan pemerintah untuk mengedarkan obat generik yang diklaim lebih murah dari obat paten malah berbalik. Di lapangan pasien ternyata mendapatkan fakta bahwa harga obat generik yang diresepkan dokter lebih mahal ketimbang obat paten [baca: Pengawasan Kurang, Harga Obat Mahal]. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Kesehatan serta Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga mengakui harga obat di Indonesia mahal bukan kepalang. Disinyalir harganya ada yang mencapai 200 kali lipat dari h

Tempo dan Jilbab Hitam

Tulisan ini merupakan salinan dari website rimanews.com yang menyalinnya dari Kompasiana. Tidak lama setelah mengunggah tulisannya, Kompasiana memutuskan menghapus tulisan tersebut karena dianggap menyalahi aturan yang disepakati bersama. Tempo sudah menyanggah tulisan yang konon ditulis oleh mantan wartawannya. Link bantahan dari Tempo bisa dklik disini dan disini . Tidak ada hal tendensius dari kemunculan cerita Jilbab Hitam di blog saya. Tapi mari kita jadikan sebagai sebuah peristiwa yang pernah ada, meski sekarang sudah dihapus. Juga bisa jadi pelajaran menarik bagaimana tudingan-tudingan dari akun anonim di twitter semisal Trio Macan seolah mendapat pembenar dari tulisan Jilbab Hitam. Atau jangan-jangan, Trio Macan juga bikin akun anonim Jilbab Hitam di Kompasiana? Wallahualam........mari membaca, mari bijak menanggapinya. Meski gemas dan sakit hati, toh kita harus tetap esensi dari tulisan ini. Apa? Menurut saya? Hmmm...sebagian keciiiil benar, sebagian keciiiiiil salah,

Menikah Itu Nggak Bisa Nyontek

Kisruh pernikahan Enji-Ayu Tingting yang diikuti dengan "numpang ngetopnya" sejumlah perempuan makin meruncing. Mereka - satu di antaranya - bahkan mengaku berhubungan secara hati dan fisik dengan anak dari mantan Kapolri Bambang Hendarso Danuri. Beud.... Kejamnya dunia entertainmen dan artis di luar sana. Hmmm..saya sih gak mau ikutan komen soal mereka. Saya tidak mau terjebak dalam kisruh dan kehebohan infotainmen soal kisah Ayu. Cuma berusaha mengambil makna dari keributan mereka yang gak jelas ujung-pangkalnya itu. Wong pasutri lagi ribut dikomporin infotainmen...hasilnya yang nonton ikutan ribet. Bukan ribet siapa yang salah atau benar. Tapi jadinya heran : ini apa-apaan sih. Yang ada saya berkomentar mereka tidak menghargai pernikahan dan seenaknya kayak gak hidup dengan orang lain aja. Hihihiih...gak emosi sih nulisnya. Setelah nulis gitu juga jadi mikir...apa bisa saya untuk tidak berbuat seperti mereka? Bisa akur terus? Bisa mencapai mimpi bersama ? Wallahualam.... T

"Teroris Kapan Nikah

Aku kaget juga. Ibu mendadak masuk ke kamar dan bercerita tentang pernikahan. Di akhir obrolan, beliau bertanya, “Sudah waktunya kamu memiliki pendamping hidup.” Waktu terasa lama bergulir saat aku menyerap kalimat itu. Dan jawaban yang aku berikan juga tidak memuaskan ibu. "Iya, nanti aku menikah ,” kataku dengan detak jantung berdegup terkejut. panic bottom(google) Wajahnya masih pucat kelelahan, tapi sudut bibirnya membentuk tawa yang tertahankan. Aku juga tak bisa menahan tawa mendengar cerita perempuan itu. Bilang saja namanya Dea, berusia 29 tahun, perempuan dengan segudang cita-cita dan punya kemauan keras.   Isu “kapan menikah” sudah melandanya beberapa tahun terakhir. Ini semacam jadi serangan bertubi-tubi yang harus dia tangkis dengan tangkas. Antara sebal ditanyain tentang kapan menikah, sekaligus menjaga hati si "teroris kapan nikah". Sebenarnya bisa saja Dea memperoleh jodoh yang dia inginkan. Namun ada syarat yang sudah terceta

Kondom...Pada Suatu Ketika

 Halooooo......sedang apakah malam ini? Atau apakah sedang beristirahat setelah aktivitas melelahkan malam ini? Yeah...saya juga. Sampai berpeluh-peluh. Maklum, barusan selesai ngepel dan gosok lantai kamar mandi. Aktivitas lumayan melelahkan sembari menunggu suami pulang. Hehehehe Trus ngapain malam-malam update blog? Eng ing eng....tidak lain dan tidak bukan adalah sekarang malam jumat. Bagi kebanyakan muslim --- terutama suami istri --- adalah malam keramat. Yeaaah...googling aja referensi soal ini. Tidak lain dan tidak bukan, mendadak saya ingat tentang peristiwa beberapa tahun silam. Ketika baru lulus kuliah dan haqqul yaqin jadi wartawan Suara Indonesia. Suatu ketika, saya ditugaskan meliput kegiatan Komisi Penanggulangan AIDS yang baru terbentuk. Ketuanya adalah Nafsiah Mboi -- sekarang jadi Menkes, bersosialisasi tentang kondom untuk cegah AIDS di Shangri La Hotel. Tidak dinyana, ternyata suvernir kegiatan itu adalah sebuah tas dengan berbagai macam bungkus

Ayo Jalan-jalan

Siapa yang gak mau berwisata? Errr…kayaknya gak bakal ada yang menolak deh kalau diajak jalan-jalan, abis itu gratis pula. Hahhaha….modus nyari gretongan nich. Sayangnya, kebanyakan kita berpikir bahwa yang namanya jalan-jalan a.k.a wisata a.k.a travelling (bahasa Inggris) itu harus ke tempat wisata atau ke luar negeri. Oh nooo…….hal semacam itu tidak selamanya benar. Bahwa ke tempat wisata, adalah salah satu model yang lazim kita lakukan. Tapi bukan berarti kita menutup kemungkinan jalan-jalan model lain.  Wisata alternatif adalah : 1. wisata kuliner 2. wisata religi 3. wisata minat khusus Jalan-jalan bareng House of Sampoerna WISATA KULINER Tentu dong kalau kalian semua pasti tahu apa nih maknanya wisata model ginian. Intinya adalah: makan-makaaaaaaaaaaan yang enak. Hahahhaahah. Pilihannya tentu saja mendatangi tempat-tempat penjual makanan. Terserah deh pilihan yang mana, bisa yang paling laris – paling terkenal – paling enak di daerah tertent

Chairul Tanjung dan SBY "Dikerjai" Angle

Foto ini seolah jadi pemuas dahaga masyarakat yang tidak puas dengan kepemimpinan SBY Munculnya foto Chairul Tanjung (seolah-olah) menunjuk muka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat gempar media sosial, terutama Facebook. Dalam foto tersebut, terlihat bila CT tengah berdiri di tengah ruangan dan menunjuk SBY yang saat itu didampingi oleh Ani Yudhoyono dan Seskab Sudi Silalahi plus beberapa paspampres. Foto ini jadi gempar karena tampang tokoh-tokoh ini terlihat sangat tegang sehingga ramai-ramai diunggah ke media online. Dalam berita tersebut juga ditulis sebuah narasi yang sangat ‘menggelora’ seolah-olah CT berhasil memenuhi hasrat sebagian besar masyarakat Indonesia yang ingin protes keras terhadap gaya kepemimpinan SBY selama ini. Pada kenyataannya, tidak. Foto itu diunggah ke sebuah akun FB milik wartawan senior. Beliau adalah sosok yang sangat cerdas dan cerdik dalam melihat sebuah isu atau peristiwa. Dia juga ‘nakal’ dalam mengelola isu tersebut agar bisa