Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2010

Seorang Perempuan

Aku punya seorang kawan Perempuan cantik, tubuh menjulang indah dengan jilbab putihnya, feminin, hobi memasak namun kuat pendirian. Banyak lelaki mengagumi dia, tapi tak berani mendekat. Karena lelaki itu tahu jika hanya modal nekad maka perempuan itu takkan meliriknya Banyak yang menganggap perempuan itu sombong tapi orang tahu dia suka tersenyum, suka menolong dan bercanda. Banyak yang menilai hatinya dingin sebeku es tapi yang lain pun tahu dia sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Dia punya materi yang cukup, perhatian dari banyak lelaki dan dicemburui banyak perempuan lain. Lelaki memujinya, wanita mencercanya Lelaki mendekatinya namun para wanita iri padanya Dia memang terlihat bahagia Tapi apa yang terlihat tak seperti apa yang sesungguhnya. Hatinya senyap Hatinya kering, jiwanya kosong Bukan karena tak punya cinta, bukan merana karena tak berharta Hatinya perih karena keluarganya yang tak bahagia. Lelakinya pemarah, ayahnya pecundang dan ibunya dendam padanya T

Karena Blackberry Lebih Unggul dari Nokia

Karena Blackberry Lebih Unggul dari Nokia *Sebuah kritik, harus terlebih dahulu curiga dengan kritik itu sendiri,, by Wishnugroho Akbar on Thursday, November 18, 2010 at 8:36am Sebenarnya saya malas menanggapi tulisan Ervin yang sangat bersifat pribadi dan mengandung motif percintaan. Tapi harus saya tanggapi karena beberapa hal, terutama karena tulisan Ervin dengan jelas langsung menyorot perilaku saya dan Wawan Warta Kusuma. Mengapa saya berani menyatakan diri sebagai pihak yang mendapat sorotan? Tidak lebih karena di antara sahabat-sahabat yang dulu berjuang membangun tradisi intelektual di Ruang Melati, hanya saya dan Wawan yang saat ini menggunakan Blackberry. Lain tidak. Saya memulainya sekaligus menyangkut isi, analisis, dan kritik dalam tulisan Ervin yang tampak ceroboh mengenai fenomena Blackberry, gaya hidup dan kapitalisme dalam konteks kondisi Ruang Melati saat ini. Terlintas sesaat memang terbaca gamblang dan kritis dengan logika jernih yang mengalir. Khus

Kecewa di Balik Ciamiknya Teater Koma

 Kecewa di Balik Ciamiknya Teater Koma  Teater Koma lagi-lagi menyapa publik Surabaya. Kali ini dalam pagelaran Festival Seni Surabaya, teater yang digawangi N. Riantiarno membawa lakon ‘Rumah Pasir’. Namun tak seperti biasanya, teater ini membawa tema ringan ketimbang persoalan politik yang selalu diselipkan dalam tiap pertunjukkannya.  Rumah Pasir ini sendiri berkisah mengenai karakter Gelileo Kastoebi yang akrab dipanggil Leo. Seorang pengusaha muda, kaya raya dan gemar berganti pacar ini akhirnya jatuh ke lembah kenestapaan setelah divonis mengidap HIV/AIDS. Tanpa ampun, tubuh Leo digerogoti aneka macam penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh dan akhirnya merenggut nyawanya. Yang lebih mengenaskan, tak satupun kawannya maupun pacar-pacarnya semasa masih sehat rela untuk menjenguk. Di sisa akhir hidupnya, hanya sahabatnya Bambang Nirwanto, pemuja setianya Wieske Gerung, dokter yang merawatnya Tatyana Ridanda serta kedua orangtuanya Bapak-Ibu Kastoebi yang menema